9

10 0 0
                                    

"Ya namanya juga hidup Kil, nggak melulu seneng terus. Pasti ada susahnya kan? Lagipula setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kamu doakan yang terbaik aja"

Tampak Jono sedang menasihati Kila yang tengah bersedih itu. Sekarang Jono sudah tahu alasan apa yang membuat Kila marah kemarin. Secuil rahasia tentang Kila yang Jono ketahui hari ini membuat ia sedikit mengerti dan penasaran apa saja rahasia tersembunyi di balik cerianya anak itu.

"Ya sudah, mamamu umur berapa?" Tanya Jono mengalihkan pembicaraan.

"Ya... Hampir seumuran sama pak Jono kali" jawab Kila sambil mengendikkan bahunya

"Lahiran tahun berapa?" Tanya Jono lagi

"Tahun delapan enam kalau ga salah sih" jawab Kila sambil mengingat tahun lahir ibunya.

"Masih muda ya, Sayang ga sama mama?" Tanya Jono

"Banget" jawab Kila lirih

"Kalau saya tahun delapan tujuh, jadi ibumu lebih tua satu tahun dari saya" jelas Jono

"Iye tau" jawab Kila

Hari ini Kila sedang full ngobrol dengan Jono setelah ia berpamitan ke semua ruangan yang ditempati anak PKL. Hari ini merupakan hari terakhir mereka Praktik Kerja Lapangan, jadi mereka mempunyai waktu free untuk kesana kemari berpamitan.

"Bentar lagi puasa, pas lebaran kamu kesini nggak?" Tanya Jono sambil menghisap rokoknya.

"Ga tau nih Jun" balas Kila tak memikirkan sampai lebaran.

"Ke sini lah, walaupun udah selesai PKL tapi silaturahmi jangan sampai putus. Kalau kamu kesini kan ramai, buat lucu-lucu" kekeh Jono mengingat semenjak ada anak PKL suasana kantor berubah menjadi lebih berwarna.

"Eh bentar, asbak saya mana ya?" Tanya Jono saat tak menemukan asbaknya.

Kila mengendikkan bahunya pura pura tak tahu. Sementara itu Karmila datang dan membuat pertahanan Kila ambyar. Setelah Karmila sampai mereka berdua tiba-tiba aja ketawa membuat Jono curiga.

"Hayooo, kalian ngumpetin asbak saya lagi ya?!" Tuding Jono dengan nada santainya.

"Ngga ya Kil, kita ngga ngapa ngapain ya" elak Karmila sambil menahan tawanya.

"Siapa lagi kalau bukan kalian" Jono sudah yakin mereka berdua pelakunya.

"Ambil sana, ini abunya jadi berantakan" perintah Jono.

"Bukan saya Pak, beneran" bela Kila melirik Karmila. Karena sesungguhnya Karmila yang menyembunyikannya asbak milik Jono. Kila hanya ikutan saja.

"Iya tau tuh Kil, main nuduh aja. Yok ke lab, pamitan sama Pak Danu dan Pak Adji" kata Karmila mengajak Kila pergi agar anak itu tidak terpengaruh dan segera mengembalikan asbak Jono.

Karmila dan Kila pergi dari pantry begitu saja tanpa memberitahu Jono dimana asbaknya. Jono mendesah kesal dibuatnya. Dari sekian kejahilan Kila dan Karmila, kejahilan menyembunyikan asbaklah yang Jono tidak sukai. Karena mereka begitu pintar menyembunyikan asbak walaupun hanya di ruang pantry.

Setelah berpamitan dengan seluruh karyawan kantor yang sedang WFO atau Work From Office Kila kembali duduk di pantry bersama Jono juga Rahman. Kila tampak sedang menghubungi seseorang. Ternyata selain Jono dan Rahman ada juga Arif, Bandi, dan Hani. Hani adalah sekretaris Dekan yang sedang ikut berkumpul bersama mereka.

"Udah selesai ya PKL nya" kata Hani mengingat waktu begitu cepat berjalan. Kila hanya tersenyum tipis lalu dia kembali fokus ke HP-nya.

"Lagi nunggu dijemput apa Kil?" Tanya Arif

"Ya" jawab Kila seadanya

"Ini katanya Rahman mau nganterin" kata Arif kembali berulah. Sedangkan Rahman geleng-geleng kepala saja.

"Ogah" jawab Kila dengan nada ngegasnya yang membuat mereka semua terkekeh.

"Sensi banget kalau bahas Rahman" komentar Bandi yang sedari tadi tertawa

"Hih, dengar ya, bukannya sensi. Maman tuh ngeselin, mana mau dia ngantar saya pulang. Kemarin tanya alamat aja tanya doang, ga main, katanya jauh" omel Kila dengan ekspresi lucunya membuat mereka gemas dan semakin gencar meledek Kila.

"Haduh dek dek, kenapa si kamu harus ngomel-ngomel lucu di depan mereka. Gak rela sebenarnya aku lihat kamu lucu di mata orang lain" jerit batin Rahman. Namun ia tak bisa mengutarakan itu secara langsung. Ia hanya ikut terkekeh saja bersama mereka.

"Atau mau sama Jono aja" goda Hani agar anak itu semakin kesal.

"Hiii, emoh" (hiii tidak mau) balas Kila sambil kembali menelfon pamannya.

"Huu dasar Aqua!" Kesal Jono karena anak itu berekspresi menyebalkan saat mengatakan tidak mau.

"Halo paman?" Kata Kila setelah panggilannya diangkat oleh pamannya.

"..."

"Iya paman tungguin, Kila turun sekarang" kata Kila sambil bergegas menggendong tasnya yang ia letakkan di meja pantry.

"..."

"Iya paman maaf, Kila keasikan ngobrol tadi. Ya udah ya paman, Kila turun, tungguin!" Kata Kila dan segera memasukkan ponselnya ke saku.

"Tatah oyang oyang menyebalkan. Thanks for everything hehe" pamit Kila dengan nada menyebalkanya.

"Dadah Aqua, air minum dari pegunungan wkwkw" kekeh Jono

Kila pun pulang bersama pamannya. Hari terakhir PKL, hari dimana hari berikutnya ia harus berkutat dengan guru pembimbingnya. Tapi Kila tak mempermasalahkan itu. Ia yakin laporannya hanya perlu perbaikan sedikit.

"Yah, kembali sepi ya Man" kata Jono agak galau setelah anak-anak PKL pergi. Rahman pun mengangguk mengiyakan perkataan Jono. Ia tengah sibuk membuat status WhatsApp di hpnya. Isinya galau semua, seperti orang putus cinta.

"Rencana mau gimana man?" Tanya Jono sambil menghisap rokoknya.

"Rencana apa? Saya tidak akan berbuat apa apa Jon" jawab Rahman dengan tenang. Padahal hatinya sangat sedih mengingat anak itu tidak akan kembali lagi.

"Saya tau kamu sedih, dia masih akan kembali Man, paling tidak untuk meminta tanda tangan Kabag Tata Usaha sama Dekan" kata Jono mengerti kesedihan Rahman. Ia sudah hafal dengan temannya yang pandai menyembunyikan perasaannya.

"Setelah itu dia tidak akan kembali kan?" Tanya Rahman lirih tak bersemangat.

Jono mengendikkan bahunya tanda tak tahu. Yang tahu hanya Tuhan saja yang telah menuliskan takdir. Jika memang takdirnya kembali pasti ia akan kembali.

"Jon, kamu kan sering tuh ngobrol sama Kila" kata Rahman menggantung.

"Iya?"

"Kamu gak ada perasaan kan buat dia?" Tanya Rahman khawatir

Jono tertawa dengan pertanyaan Rahman. Sebegitu takutnya kah Rahman? Sampai-sampai ia mempertanyakan hal tersebut.

"Hahaha Rahman, Rahman. Kamu tenang aja saya gak ada rasa apa apa sama Kila, lagipula mana mau anak remaja seperti dia dengan duda anak satu" kekeh Jono sambil menggelengkan kepalanya. Setelah itu kembali menghisap rokoknya.

"Atau kamu sukanya sama Kamir Jon?" Ledek Rahman yang membuat Jono tersedak.

"Tolong ya Rahman, saya mah sadar diri haha" tawa Jono hambar.

Yang benar saja, dia tidak doyan dengan bocah remaja labil, pasti mengesalkan jika dia mempunyai istri remaja labil. Bisa cepat tua dia karena marah-marah.

~Ren Ofii~

Dipublikasikan pada
Jumat, 19 Januari 2024

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang