59

9 0 0
                                    

Sudah hampir tiga bulan Kila tinggal dengan Khalid. Dirumah yang segala kemewahannya dapat Kila nikmati. Namun anak itu sudah merasa bosan disana. Ia begitu merindukan Mama dan Ayahnya serta adik-adiknya di Purwokerto. Disini rasanya begitu sepi, Papanya sibuk bekerja dan Kila juga ikut serta dalam kesibukan itu.

Khalid masih ingat betul perjanjian yang ia buat dengan Humaira dan Jono. Ia akan membawa Kila kembali ke Purwokerto setelah tinggal dengannya. Namun rasanya begitu berat untuknya. Khalid sudah terbiasa dengan Kila yang berada disisinya. Mewarnai harinya dan yang selalu membuatnya bersemangat untuk terus bertahan hidup meskipun ia masih hidup dalam bayang-bayang orangtuanya.

"Ini jadwal Anda hari ini Nona" asisten yang ditugaskan Khalid untuk Kila membawakan jadwal Kila untuk hari ini. Kila sibuk memandangi gedung-gedung diluar sana. Ia merindukan kotanya, kota dimana ia dilahirkan dan di besarkan. Segala kenangan disana benar-benar membuatnya ingin kembali.

"Tolong bacakan Kak Jo" kata Kila tak bersemangat. Johan mengerutkan dahinya melihat anak bosnya ini tidak bersemangat hari ini. Biasanya anak itu selalu ceria, tapi sekarang tampak murung.

"Baiklah, hari ini Nona ada sesi pemotretan dengan bos jam sepuluh pagi . Setelah itu lanjut makan siang menemani bos meeting dengan kliennya dari Korea. Dilanjutkan kembali ke kantor untuk pelatihan kepemimpinan pada jam tiga sore" Johan menutup jadwal yang baru saja ia baca. Kila masih tampak murung meskipun ia mengiyakan apa yang tadi dikatakan Johan.

"Nona sakit?" Tanya Johan menyentuh dahi anak bosnya takut anak itu kenapa-napa.

"Jangan sentuh saya" Kila menepis tangan Johan yang lancang.

"Ah maaf Nona, saya tidak bermaksud apapun. Hanya memastikan apakah Nona baik baik saja" Johan meminta maaf. Menurut Kila, Johan ini tipikal orang yang tak ingin berdebat sehingga ia selalu memilih untuk mengalah.

"Saya baik-baik aja Kak Jo. Saya cuma..." Kila menggantung ucapannya

"Cuma?" Johan penasaran apa yang ingin dikatakan oleh Kila

"Ingin kembali ke tempat asal" jawab Kila lirih.

Johan melihat kerinduan besar di sana. Semenjak Khalid memberikan kesibukan untuk Kila, anak itu jarang berkomunikasi dengan keluarganya. Handphone yang dari Jono pun di ambil oleh Khalid dan diganti dengan yang baru. Padahal Kila lebih menyukai handphone pemberian Jono. Tapi untuk menghargai dan menjaga perasaan Ayah kandungnya, Kila menurut saja. Lagipula Kila hanya sebentar saja di Jakarta.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Johan yang merasa Kila membutuhkan bantuan.

"Emangnya kak Jo mau bantu? Gak takut sama Papa?" Tanya Kila ragu. Sebelumnya ia meminta bantuan Vincent, tapi pria itu malah tidak bisa diajak bekerjasama dan malah mengadukan perbuatan Kila ke Khalid. Ya walaupun Papanya itu tidak marah, tetap saja Kila merasa sebal dengan Vincent.

"Saya bisa jaga rahasia kok, Asal Nona jangan murung seperti itu" Johan tersenyum manis. Pria keturunan Indonesia-China itu terlihat bersungguh-sungguh ingin membantu Kila.

"Bener? Sebelumnya saya minta bantuan Pak Vin, tapi dia malah ngadu ke Papa. Padahal Kila rindu banget sama Ayah di Purwokerto, rindu sama Mama, sama adik-adik Kila... Kila juga rindu sama Maman" untuk pertama kalinya Kila menangis selama berada di Jakarta. Belakangan ini Khalid lebih banyak menyita waktunya untuk selalu bersama Khalid dan tak membiarkannya berkomunikasi dengan keluarganya di Purwokerto.

Johan memeluk Kila untuk menenangkan gadis itu. Ia tak tega melihat anak bosnya yang tampak begitu tertekan itu. Setelah anak itu berhenti menangis, Johan melepaskan pelukannya dan merogoh sakunya untuk meminjamkan handphonenya. Johan paham, kalau Kila menelpon keluarganya di Purwokerto dengan HP yang diberikan oleh Khalid, ada kemungkinan bosnya marah.

"Nih, pakai aja hp saya... Nona punya waktu setengah jam sebelum sesi pemotretan. Telfon keluargamu sekarang, saya tidak akan memberitahu siapa-siapa" Johan menyodorkan hpnya ke hadapan Kila.

"Hafal nomernya kan?" Tanya Johan sambil terkekeh melihat anak itu tak semurung sebelumnya.

"Iya hafal, makasih banyak kak Jo" Kila langsung mendial nomor Ayahnya dan melakukan panggilan Video. Tak membutuhkan waktu lama, pada dering kedua panggilan Kila langsung dijawab oleh Jono.

"Assalamualaikum Ayah..." Kila kembali meneteskan air matanya melihat orang-orang yang ia rindukan. Disana juga ada Raden dan Hila serta Mamanya membuat Kila ingin segera kembali ke Purwokerto.

"Waalaikumusalam, eh anak Ayah kok nangis gitu sih? Mana senyumnya?" Jono jadi khawatir disana melihat Kila yang tampak sedih.

"Pengin pulang Ayah... Udah ga mau disini" Kila mengeluarkan unek-uneknya.

"Loh kenapa? Bukannya Papamu baik disana?" Tanya Jono heran. Ia tak habis pikir bagaimana Khalid menjaga putrinya sampai belum genap tiga bulan putrinya malah sudah ingin kembali.

"Iya... Tapi Papa sibuk kerja... Kila juga dibuatkan jadwal padat untuk menemani Papa... Kila cape Yah. Lebih cape daripada kerja di PT. Angkasa Jaya" adu Kila

"Mama sama Ayah ga bisa apa apa nak, sebelum genap tiga bulan kami tidak berhak untuk menuntut Papamu mengembalikanmu. Nikmati saja dulu ya.... Kan tinggal seminggu lagi aja" Humaira menenangkan anaknya

"Iya kak, kakak jangan nangis dong. Masa kakak Raden yang terbaik nangis... Raden jadi ikut sedih... Kalau kakak rindu kami, kami jauh lebih rindu kok kak... Disini kami juga menunggu kakak kembali. Kakak baik-baik disana, jangan sedih sedih" Raden menghibur kakak tersayangnya

"Iya bener Yu, Hila juga kangen sama Yayu..." Hila ikut menimpali

Johan mengisyaratkan Kila karena waktu pemotretan sebentar lagi. Dan Khalid sudah sampai di lokasi pemotretan. Kila menghela nafas lelah dan berpamitan kepada Keluarganya untuk mengakhiri panggilannya dulu. Padahal ia juga ingin berbicara dengan Rahman.

"Ini kak, makasih ya" Kila mengembalikan handphone Johan dengan lemas.

"Eits, Nona senyum dong... Kan sudah bicara sama keluarga tadi. Nanti bos sedih liat kamu murung gitu" Johan memperingatkan

"Oke, ayo kak Jo kita berangkat" Kila keluar dari ruangannya dan menuju lokasi pemotretan bersama Johan. Untung saja ada orang sebaik Jihan di tengah-tengah orang menyebalkan seperti Denta dan Vincent. Jika tidak Kila pasti merasa sangat tertekan disini.

"Kak Jo, tadi Kila belum sempat nelpon Maman, tapi waktunya habis. Andai saja ada keajaiban tiba-tiba Maman yang datang kesini" Selama di perjalanan Johan lebih banyak mengajak Kila berbicara agar Nona mudanya itu tidak merasa bosan.

"Wah sepertinya Maman itu spesial banget ya untuk Nona" komentar Johan sambil fokus menyetir

"Iyalah, dia itu calon suami Kila hehe" Kila tersipu malu mengucapkan kata tersebut.

"Udah tunangan?" Tanya Johan

"Belum sih, niatnya mau langsung nikah aja kata Maman. Lagi ngumpulin dana buat nikah nanti" jawab Kila seadanya.

"Maaf jika saya lancang, tapi Nona kan anaknya Sultan pertambangan, untuk apa ngumpulin dana untuk nikah? Kan Papamu bisa kasih dananya" kata Johan heran. Bagaimana bisa anak Sultan pertambangan mau nikah tapi harus ngumpulin dana sendiri.

"Mandiri itu lebih baik kak. Saya gak suka ngerepotin orang lain walaupun orang itu merupakan Ayah kandung saya. Walau bagaimanapun saya masih merasa sungkan karena baru bertemu ayah kandung saya setelah sembilan belas  tahun berlalu.

Mereka sudah sampai di tempat pemotretan. Entah Kila tak tau apa maksud Khalid melakukan pemotretan ini. Kila hanya menuruti perkataan Khalid saja.

"Eh Anak Papa udah sampai. Ayo kesana" Khalid menuntun Kila menuju tempat pemotretan.

Setelah kurang lebih satu jam, sesi pemotretan pun selesai dan lanjut untuk makan siang bersama klien dari Korea. Kila mengaduk-aduk minumannya selama Papanya bicara dengan kliennya.


~Ren Ofii~

Dipublikasikan pada
Selasa, 30 Januari 2024

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang