Di depan ruang UGD itu tiga orang pria tengah menunggu dengan harap harap cemas. Dokter tak kunjung keluar, padahal sudah 2 jam berlalu. Jono menahan tangisnya, dan berdoa dengan sepenuh hatinya kepada Allah agar menyelamatkan putrinya.
"Mas Jono, Mas Rahman... Ini saya bawakan baju saya untuk kalian. Sebaiknya kalian bersih-bersih dulu sambil menunggu operasinya selesai" Johan datang membawakan bajunya untuk ia pinjamkan ke Rahman dan Jono. Darah segar masih menempel di baju kedua pria itu.
Jono mengangguk dan mengambil satu kaos milik Johan dan memberikan yang satunya lagi kepada Rahman. Ia menyeka air matanya yang tak berhenti mengalir karena rasa takutnya. Kemungkinan kemungkinan negatif menghantui pikirannya. Apa yang akan Jono katakan pada Humaira, Raden dan Hila jika Kila tidak terselamatkan?
Jono menggelengkan kepalanya untuk mengusir perspektif negatif itu. Ia mencari toilet untuk berganti baju. Sama halnya dengan Rahman, pria itu juga segera mencari toilet dan berganti baju. Setelah itu dia mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat Dzuhur.
"Ya Allah, janganlah engkau ambil Kila dari kami ya Allah. Kami begitu menyayanginya dan tak ingin dia pergi jauh hingga kami tak bisa menggapainya. Aku sudah menunggu terlalu lama hingga saat ini. Dan ketika aku sudah menemukannya janganlah engkau ambil dia dariku. Aku pun ingin bahagia bersama orang yang aku cintai. Tolong selamatkan dia ya Allah, demi aku, demi Jono dan seluruh keluarganya Kila. Aku sangat mencintainya dan ingin hidup bahagia bersamanya. Kali ini saja jangan kau ambil orang yang sangat aku cintai. Aku memohon dengan sepenuh hati, selamatkan dia " untuk pertama kalinya Rahman menangisi seorang perempuan. Seseorang yang begitu ia cintai. Seseorang yang berhasil mencuri hatinya dengan cara yang tidak biasa.
Selesai sholat Rahman kembali ke depan ruang UGD dimana Johan dan Jono juga ada disana. Bertepatan dengan itu dokter keluar dan mencari keluarga Kila.
"Keluarga Syakila?" Tanya dokter tersebut kepada ketiga pria di depannya. Jono segera bangkit dan mengatakan kalau dia adalah Ayah Kila.
"Saya Ayahnya" kata Jono
"Mari ikut saya" kata dokter dan menyuruh Jono mengikutinya ke ruangannya.
Sementara itu Kila di keluarkan oleh para perawat rumah sakit dan memindahkannya ke ruang perawatan. Buru-buru Rahman dan Johan mengikuti mereka.
"Silahkan masuk, Jangan membuat kegaduhan ya..." Pesan perawat mengizinkan Rahman dan Johan masuk.
Rahman duduk di kursi samping ranjang rumah sakit. Dia mencium tangan Kila dengan air matanya yang mulai kering. Dalam hati ia sangat berharap Kila segera sadar.
"Cepet sadar bocil... Kami semua menyayangimu" bisik Rahman di telinga Kila.
Johan benar-benar tidak menyangka ibunya bosnya begitu kejam kepada cucu sendiri. Entah apa salah anak baik itu hingga mendapatkan musibah seperti ini. Johan lama-lama geram juga dengan wanita tua itu. Akan dia pastikan wanita tua itu terus mendekam di penjara selama hidupnya.
"Mas Rahman, saya keluar dulu ya..." Kata Johan kepada Rahman. Pria itu mengangguk dan menyilahkan Johan pergi.
Rahman membaca Al-Qur'an di samping Kila berharap dia segera bangun. Rahman begitu cemas terhadap keadaan Kila yang sudah setengah jam belum sadar setelah operasi. Sambil menahan tangisnya Rahman berusaha membaca Al-Qur'an dengan benar. Kila sangat menyukai hal hal kecil seperti ini. Rahman harap anak itu segera membuka matanya dan mengatakan semua baik-baik saja.
Disisi lain Jono tengah berdebat dengan Vincent di ruang administrasi rumah sakit. Jono tidak mau menerima sepeser pun dari Khalid walaupun itu untuk membiayai biaya perawatan putrinya. Jono masih mampu dan tak ingin menerima uang dari keluarga psikopat seperti keluarga Danuarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalani Saja [TAMAT]
Ficção AdolescenteMenceritakan kehidupan anak SMK dengan Lika-liku kehidupannya. Syakila Khaira Aisyah, siswa SMKN 2 Jayakuta. Banyak rahasia tersembunyi dibalik cerianya seseorang yang akrab dipanggil Kila. Kila jatuh hati pada seseorang di tempat ia melaksanakan pr...