36

14 1 0
                                    

POV Rahman

Jujur saja semenjak kejadian kemarin saya benar-benar merasa sesak. Melihat Kila menangis merindukan orang lain. Yeah walaupun orang itu memang telah tiada, tetap saja saya merasa cemburu.

Raka... Hmmm saya penasaran apa yang membuat orang itu mampu mencuri hati Kila. Saya benar-benar merasa penasaran akan hal itu.

Saya tidak bisa tidur tenang malam ini. Sepertinya sebelum saya mengetahui apa yang membuat Raka menempati hati Kila, saya tidak akan pernah bisa tidur dengan tenang.

Saya mencoba memejamkan mata dan mencoba tidur pada malam ini. Tapi nyatanya rasa penasaran itu masih terngiang-ngiang. Saya melihat hp dan membuka WhatsApp. Terlihat keterangan online pada WhatsApp Kila.

Ingin rasanya saya bertanya saat ini. Tapi sepertinya berbicara langsung itu lebih baik. Jujur saja saya suka melihat dia online atau tidak. Ingin rasanya chat dia terlebih dahulu, tapi kadang saya merasa ragu. Maka dari itu saya hanya bisa memandanginya saja hehehe.

Yah kadang sekonyol itu, ketik pesan saat datanya dimatikan, setelah itu hapus karena ragu. Baiklah baiklah mari tidur besok saya harus bekerja. Cukup Sampai disini dulu memikirkan tentang Bocil.

Pagi ini saya berangkat bekerja. Saya berangkat lebih awal dari karyawan biasa. Karena bagaimanapun tugas saya adalah membersihkan semua ruangan di lantai dua sebelum digunakan.

Pertama-tama saya mulai memasak air. Setelah itu saya mulai mengambil pel dan mulai membersihkan ruangan ruangan yang ada. Kadang saya merasa ada yang kurang. Biasanya dijam seperti ini Kila berangkat PKL. Menyapa saya dengan nada jahilnya yang khas. Terkadang juga saya yang menyapanya terlebih dahulu kalau dia terlihat tidak niat untuk menyapa.

Tapi sekarang semua sudah berubah semenjak anak itu selesai PKL. Saya benar-benar merasa ada yang kurang semenjak hari itu.

Sekarang sudah pukul tujuh pagi. Saya melihat Jono yang sedang absen di lobi saat saya sedang membersihkan tangga menuju lantai satu.

Saya cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan saya dan menyusul Jono yang sudah menuju ke dapur.

Rahman POV end

Rahman membersihkan kamar mandi dekat pantry dengan semangat. Ia harus cepat cepat menyelesaikan pekerjaannya. Ia ingin berbincang-bincang dengan Jono setelah pekerjanya selesai.

Pria yang hampir memasuki kepala tiga itu meletakkan gagang pel ke tembok. Ia duduk sejenak untuk beristirahat di pantry. Dia juga mulai membuka pembicaraan dengan Jono yang terlihat sedang menghisap rokoknya.

"Jon, tau Raka gak?" Tanya Rahman

"Raka siapa? Saya sih ga punya kenalan yang namanya Raka" jawab Jono sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Masa sih? Udah satu tahun lebih loh Jon kamu jadi Ayahnya Kila. Memangnya anak itu ga pernah cerita kehidupan percintaannya?" Tanya Rahman greget. Ia mengira Jono sengaja menyembunyikan masalah percintaan Kila dari Rahman

"Emangnya kenapa man?" Tanya Jono yang tak tau apa apa.

Rahman menghembuskan nafasnya lelah. Ia mulai menceritakan kejadian kemarin secara detail kepada Jono. Mengenai Raka dan Rayzan yang sepertinya sangat berpengaruh di hidup Kila.

"Jadi kemarin Kila minta diantar ke Ajibarang pas saya nyuruh kamu gantiin saya buat nganterin Kila?" Tanya Jono. Ia Tak tahu, pasalnya usai ia bekerja ia langsung tidur karena merasa sangat lelah sehingga tak sempat untuk bertanya keseharian Kila hari itu.

"Iya Jon" Rahman mengangguk pasti

"Saya kurang tau sih Man... Beneran deh. Anak itu kalau gak ditanya ya ga bakal cerita. Apalagi masalah percintaan seperti itu. Dia kadang hanya cerita masalah kerjaannya aja selama ini ke saya" Jono membela dirinya. Siapa tau Rahman suudzon terhadapnya.

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang