41

13 1 0
                                    

Hari yang cerah di weekend ini. Kila memutuskan untuk pergi ke taman dekat rumah dinasnya menggunakan motornya. Kila bersenandung ceria seperti cerianya hari ini.

Sesampainya di taman, ia memarkirkan motornya di tempat parkir yang tersedia. Ia berjalan seperti anak kecil menuju taman. Ia sangat suka dengan keadaan taman pada pagi hari karena banyak anak-anak yang bermain disana. Kadang melihat mereka membuat Kila merindukan adik-adiknya di Purwokerto.

Karena kecerobohan Kila ia tak sengaja menabrak seorang pria dengan setelan olahraganya. Pria itu terlihat masih gagah walaupun usianya sudah setengah abad.

"Maaf Pak saya gak sengaja" Kila segera meminta maaf.

Pria tersebut memandang Kila dari bawah sampai atas. Sepertinya dia sudah pernah bertemu dengan gadis ini sebelumnya.

"Anda... Anda karyawan PT. Angkasa Jaya?" Tanya orang itu sambil berusaha mengingat. Sepertinya ia tak salah ingat, gadis di depannya juga sempat menabraknya ketika akan meeting bersama Sudirja.

"Ehehe iya Pak" Kila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Pria tersebut kembali menelisik penampilan Kila. Gaya bicaranya diluar jauh berbeda dibandingkan ketika sedang bekerja. Jiwa kekanakannya muncul ke permukaan dan menenggelamkan sikap tegasnya ketika bekerja.

"Perkenalkan, nama saya Khalid Danuarta. Pemilik perusahaan Treasure Mining Group" Khalid mengulurkan tangannya

Sedangkan Kila tak menerimanya. Ia hanya menangkupkan kedua tangannya di dada untuk membalas uluran tangan Khalid. Pria itu perlahan kembali menarik tangannya yang tadi terulur.

"Syakila" balas Kila singkat

"Bisa kita ngobrol sebentar di bangku sana?" Pinta Khalid ingin berbicara dengan gadis di depannya.

"Mmm... Oke" Kila mengiyakan ajakan klien bosnya ini.

"Anda asli orang sini?" Tanya Khalid setelah mereka duduk di salah satu bangku taman

"Bukan Pak... Saya anak rantau" Kila menjawab dengan kikuk

"Asli mana?" Tanya Khalid lagi sambil meminum air putih yang ia bawa

"Purwokerto" jawab Kila.

Pria itu tersedak setelah mendengar kata Purwokerto. Kila heran dengan pria disampingnya ini. Memangnya ada apa dengan Purwokerto sampai membuatnya tersedak seperti itu?

Pria itu menelisik wajah Kila sekali lagi. Seakan wajah itu tak asing baginya. Garis-garis wajahnya sama persis dengan dirinya. Manik matanya yang penuh ketegasan dan keceriaan itu juga tampak sama sepertinya. Hidungnya yang pesek mengingatkannya kepada seseorang. Sebenarnya siapa gadis di depannya ini? Kenapa rasanya Khalid memiliki ikatan dengannya.

"Siapa nama orangtuamu?" Tanya Khalid. Siapa tau dia bisa mendapatkan informasi lebih dari gadis itu.

"Memang kenapa Bapak tanya orangtua saya?" Kila balik bertanya. Ia takut dengan orang di depannya ini. Ia tak akan memberitahu identitasnya kepada orang di depannya ini.

"Oh kalau Anda keberatan tidak apa-apa, saya tidak memkasa" Khalid mulai menenangkan lawan bicaranya.

"Saya harus kembali, terimakasih atas waktunya" Khalid bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan Kila.

Kila pun segera pulang ke rumah dinasnya. Ia berjalan sambil melamun. Jantungnya berdebar-debar merasa takut dengan klien bosnya itu.

Sesampainya di rumah ia segera ke kamarnya dan merebahkan diri asal asalan. Ia kembali mengingat wajah klien bosnya itu. Entah kenapa Kila merasa wajah pria itu seperti memiliki kesamaan dengannya. Manik matanya yang tegas namun ceria itu terlihat dimata Kila walaupun tertutup oleh sikap dinginnya.

Kila menggelengkan kepala dan memejamkan matanya. Rasa lelah setelah olahraga membuatnya mengantuk. Ia pun terlelap tanpa sadar hingga jam makan siang.

Disisi lain Khalid sedang berdiri di balkon rumahnya sambil melamun. Ia merindukan seseorang yang sembilan belas tahun  lalu ia tinggalkan karena paksaan orangtuanya. Walaupun ia sangat mencintai wanita itu, tapi ia tak kuasa melawan orangtuanya yang begitu mengekang dirinya.

"Halo Pak Sudirja, bisakah anda kirim data pribadi milik Kepala Staff Administrasi Anda?" Khalid tampak berbicara dengan seseorang di telepon.

"....."

"Ini sangat penting. Jika anda tak mau memberikannya saya akan membatalkan kontrak kerjasama kita" ancam Khalid agar keinginannya segera ia dapatkan.

"..."

"Baik saya tunggu hari ini juga" Khalid segera mematikan sambungan teleponnya setelah selesai mengatakan maksudnya. Hanya butuh beberapa menit, Sudirja sudah mengirimkan data yang ia inginkan.

Khalid membaca dengan cermat data diri dalam CV Kila. Serta data-data lain yang Sudirja berikan.

"Syakila Khaira Aisyah. Asal Purwokerto. Lulusan SMK Negeri 2 Jayakuta jurusan Manajemen Perkantoran. Putri dari Adijono Rakaharjo dan Humaira Aisyah...." Khalid terpaku membaca nama Humaira Aisyah. Apakah dia adalah orang ia kenal di masa lalu? Atau orang lain yang kebetulan namanya sama?

"Humaira... Maafkan aku. Aku memang seorang pengecut. Bahkan aku tak bisa mempertahankan mu dihadapan orangtuaku" Khalid merasa sesak mengingat kejadian sembilan belas tahun yang lalu. Jika saja ia tetap mempertahankan Humaira, pasti hidupnya tak sesepi ini.

Apakah Khalid harus kembali ke Purwokerto untuk mencari Humaira nya? Tapi bagaimana jika wanita itu tak akan pernah memaafkannya?

Khalid merasa Kila sama seperti dirinya. Apakah.... Apakah Khalid sebenarnya sudah memiliki seorang anak? Semenjak ia menikah lagi karena dipaksa oleh orangtuanya, ia tak memiliki keturunan dari istri keduanya. Bolehkah Khalid berharap kalau ia sebenarnya sudah memiliki keturunan.

"Baiklah Khalid, apasih yang gak bisa kamu lakukan untuk mendapatkan sesuatu sekarang?" Khalid tersenyum miring. Ia menelpon detektifnya untuk menyelidiki lebih lanjut si Kepala Staff Administrasi PT. Angkasa Jaya tersebut. Ia harap ia dapat menemukan setitik kebahagiannya di sana.

Disisi lain Jono tengah melamun di pantry setelah selesai membantu penyelenggaraan rapat. Ia merasa hal buruk akan terjadi. Hatinya begitu resah memikirkan Humaira dan Kila. Mengingat apa yang istrinya katakan hari itu membuatnya semakin merasa gelisah. Rahman memandang sinis Jono. Ia penasaran apa yang temannya itu tengah pikirkan sampai sebegitu gelisahnya.

"Kenapa Jon? Kila hilang kah?" Tanya Rahman yang sukses membuat Jono marah

"Jaga ucapamu Rahman! Kila gak hilang" sentak Jono. Disaat sedang kalut seperti ini Rahman malah memancing emosinya.

"Ya faktanya anak itu udah ga pernah kelihatan kan?" Rahman berdecih tak suka.

"Bilang aja kamu rindu. Udahlah Man,. sekeras apapun kamu membencinya, tapi hatimu itu udah terikat dengannya. Apapun yang coba kau lakukan gak akan bisa melupakan Kila. Kalau memang kamu benar-benar mencintainya, seharusnya kamu tuh mikir! Apa alasan yang sebenarnya! Bukannya berasumsi sendiri dan merugikan dirimu sendiri! Kamu udah dewasa Man! Harusnya kamu lebih bijak dari Kila, bukannya malah lebih kekanakan dari Kila. Lebih baik kamu perbaiki dulu dirimu sebelum yang kuasa berbaik hati memberikan Kila untukmu" Jono mengeluarkan semua unek-unek yang ingin ia keluarkan selama ini. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi dengan Rahman.

Rahman terdiam mencerna perkataan Jono. Memikirkan perkataan Jono itu ada benarnya juga. Kenapa ia tak bisa berpikir jernih. Kenapa?!

~Ren Ofii~


Dipublikasikan pada
Jumat, 26 Januari 2024

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang