57

8 0 0
                                    

Kila terbangun dari tidurnya. Tempat ini rasanya begitu asing. Ia begitu tak familiar dengan tempat ini. Kila turun dari ranjang dan membuka pintu. Ia menatap sekitar dan melihat tangga di sebelah sana. Ternyata dia berada di lantai dua. Ia pun turun dan berpapasan dengan wanita paruh baya yang menyapanya dengan hormat.

"Eh sudah bangun Non? Tadi kata Tuan setelah kamu bangun suruh makan... Ayo kita kesana" Wanita paruh baya itu menuntun Kila menuju ruang makan. Kila masih mengagumi rumah ini yang terlihat begitu mewah. Ngomong-ngomong apakah wanita paruh baya itu adalah bi Inem?

"Non Khaira mau makan apa? Biar saya ambilin" kata wanita paruh baya itu sambil menyiapkan piring dan mengambilkan nasi.

"Mmm... Papa kemana?" Tanya Kila tak mendapati Papanya sejak ia bangun.

"Tuan lagi ada kepentingan Non... Makan dulu ya..." Wanita paruh baya itu mengambilkan lauk sekenanya karena Kila tak menjawab mau makan dengan apa.

"Bibi ini Bi Inem?" Tanya Kila untuk memastikan

"Iya Non... Ini makanannya " bi Inem meletakkan sepiring makanan di depan Kila.

"Makasih ya Bi" kata Kila dan segera makan. Tak dapat dipungkiri ia begitu lapar setelah perjalanan dari Purwokerto ke Jakarta.

Bi inem tersenyum dengan keramahan anak di depannya yang baru ia tau kalau dia merupakan anaknya Bosnya. Ia tak menyangka selama ini Khalid mempunyai seorang putri yang begitu manis seperti Kila.

Kila menyelesaikan makannya dan membawa piringnya ke wastafel. Ia ingin mencucinya namun bi Inem tak membiarkan ia melakukannya.

"Nggak usah Non, biar bibi aja. Itu kan pekerjaan bibi" kata bi inem mencegah apa yang akan dilakukan Kila. Jika bosnya tau bisa-bisa ia dimarahi.

"Cuma satu juga Bi, gapapa kok" Kila memaksa

"Ga usah Non, biar saya aja. Mending Non nonton Tv aja di sana yuk" bi inem membawa Kila ke ruang keluarga milik Khalid dan menyalakan televisi. Setelah itu ia pergi meninggalkan Kila dan melakukan pekerjaannya.

Wah Kila.... Kau seperti putri raja sekarang. Tak dibiarkan melakukan apapun?! What the hell. Bisa-bisa Kila mati kebosanan di rumah yang besar ini. Andai adik-adiknya ikut, pasti mereka sangat senang dengan rumah ini. Kila jadi rindu mereka.

Kila mematikan televisi dan menuju pintu utama. Dia membukanya dan bertemu dengan beberapa bodyguard yang berjaga di depannya. Kila melewati begitu saja bodyguard tersebut. Namun, bodyguard tersebut menarik baju Kila dari belakang membuat Kila mundur paksa.

" Maaf Nona, Sebaiknya di dalam saja... Di luar berbahaya. Banyak paparazi dan musuh-musuh perusahaan Treasure Mining Group " peringat bodyguard dengan nada yang dilembutkan. Tentu saja mereka harus seperti itu atas perintah Khalid. Ia tak mau ada yang bicara keras atau kasar pada putrinya.

" Saya mau keluar " Kila ngeyel dan jiwa pemberontaknya keluar. Kalau sudah begini tentu jiwa pembantah Kila akan keluar. Namun bodyguard kembali menahan Kila agar tak keluar dari rumah.

"Maaf Nona, silahkan kembali ke dalam" bodyguard mencoba tersenyum ramah membuat Kila kesal karena tak diperbolehkan keluar. Dengan kesal dan barbarnya Kila menendang selangkangan bodyguard tersebut. Setelah melakukan hal itu Kila masuk ke rumah dengan kesal. Ia naik ke lantai dua dan merebahkan badannya dengan kesal.

"Ga asik disini.... Mau balik ke Purwokerto atau Yogyakarta aja... Masa keluar aja ga boleh" Kila mendumel kesal. Ia mencari ponselnya dan menelpon Ayahnya. Namun anehnya Ayahnya tak menerima panggilannya.

"Ck, Apa Ayah sudah melupakanku Sekarang? Huaaaa" Kila benar-benar merasa bosan tak dapat keluar. Ia menaruh dendam kepada bodyguard yang terus mencegahnya keluar. Awas aja mereka akan Kila adukan ke Papanya.

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang