47

9 0 0
                                    

Malam ini Kila sedang menjalankan kebiasaan barunya sebelum tidur yaitu bertelpon ria dengan Rahman. Pria itu sekarang jadi lebih sering menghubungi Kila setiap harinya. Ia juga sudah tau kalau Kila berada di Yogyakarta.

"Besok pulang kata ayahmu?" Tanya Rahman yang sedang menikmati kopinya

"Yoi" balas Kila sambil memeriksa barang-barangnya yang tengah ia kemas.

"Naik apa?" Tanya Rahman lagi

"Naik bus lah... Masa helikopter. Belum cukup gaji untuk beli helikopter" balas Kila dengan sikap kekanakannya. Rahman tersenyum mendengar gerutuan Kila di seberang sana. Ia benar-benar sudah merindukan anak itu dan untungnya besok Kila pulang.

"Aku jemput ya di terminal" tawar Rahman antusias. Tentu saja ia ingin menjadi orang pertama yang Kila lihat saat anak itu baru kembali dari perantauan.

"Udah ngomong Ayah? Takutnya Ayah mau jemput juga" kata Kila

"Udah, katanya boleh. Tau aja Ayahmu apa yang saya inginkan hehe" Rahman terkekeh di seberang sana.

"Dasar Maman" balas Kila

"Ya udah sana kemas-kemas dulu. Saya mau keluar malam ini" kata Rahman. Hari ini ia sudah ada janji ngumpul di rumah teman-temannya.

"Mau kemana? Udah malam loh Man... Nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Jangan sering keluar malam kalau ga mau flu saat pagi kayak waktu itu"  Perhatian kecil dari Kila sukses membuat Rahman tersenyum. Seperti ini ternyata rasanya dikhawatirkan dan di perhatikan.

"Inshaallah nggak papa, deket kok. Dah Kila, kita ketemu besok" kata Rahman dan mematikan teleponnya.

Disisi lain Khalid sedang uring-uringan karena Vincent begitu tak becus mencari informasi bagaimana Kila pulang besok ke Purwokerto. Apakah gadis itu naik motor atau naik kendaraan umum seperti bus.

"Maaf bos, tau sendiri kan anakmu itu gimana ke saya. Nanti kesannya freak banget tiba-tiba tanya dia pulang ke Purwokerto naik apa" Vincent sedang membela diri. Bosnya itu benar-benar marah karena kegagalan kinerjanya kali ini.

"Dasar bodoh, kau bisa bertanya pada Sudirja. Gak perlu tanya sama anak Saya" Khalid memukul pelan kepala Vincent dengan koran yang sudah ia gulung. Setelah melakukan itu Khalid segera menghubungi Sudirja dan bertanya mengenai kepulangan Kila.

Setelah mendapatkan apa yang ia dapat pria itu segera berkemas dan menyuruh sekretarisnya membelikan tiket bus yang sama dengan Kila. Dia benar-benar sudah bertekad ingin kembali ke Purwokerto untuk menemui Humaira. Perempuan itu benar-benar keterlaluan memisahkan Ayah dan anaknya.

Esoknya Khalid segera ke terminal bus dengan Vincent yang menjadi supir Khalid kali ini. Vincent menggerutu sebal dengan tingkah bosnya ini. Benar-benar menyebalkan dan kekanak-kanakan.

"Bos, kenapa harus ribet naik bus segala sih.... Kan bisa pakai mobil bos" Vincent memberengut sebal

"Kamu ga tau Vincent, saya hanya ingin selalu berada di dekat putri saya. Hanya itu yang sedang saya inginkan. Sembilan belas tahun baru mengetahui bahwa saya punya anak itu rasanya benar-benar.... Mmm saya saja tak bisa menjabarkan..." Khalid menunduk sedih. Hidup dalam tekanan orangtua selama ini membuatnya kehilangan kebahagiaan. Ditambah lagi istri barunya yang selalu mengatainya sangat membuat dia kesal. Untung saja wanita itu meminta cerai dengan Khalid sehingga Khalid tak perlu susah-susah menyingkirkan wanita itu dari hidupnya. Persetan dengan orangtuanya yang marah. Toh semua ini keinginan wanita pilihan orangtuanya.

Vincent tak lagi mengatakan sesuatu kepada Khalid. Ia belum menikah tentu saja tak tau apa yang Khalid rasakan. Jadi lebih baik ia menutup mulutnya sebelum ia sok tau dan nanti akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang