Benalu?

62 2 0
                                    

-Benalu? Apakah itu memang aku, apa serendah itu perempuan yang tidak berpendidikan dipandangan orang lain.

Alesha Hibatillah

Atha dan Alesha sudah kembali ketanah air, setelah menghabiskan waktu satu Minggu dimekkah. Kini mereka sudah kembali dan menjalani hari-hari seperti biasanya. Pagi ini Atha akan kembali beraktivitas dirumah sakit, karena waktu cuti telah usai.

" Masak apa sayangku." Atha datang dan memeluk Alesha dari belakang.

" Masak ayam kecap mas."

Cupp

" Morning kiss." Kata Atha sambil tersenyum. Ia berhasil mencium pipi mulus tanpa jerawat sang istri.

" Mas, aku lagi masak. Udah aja ya peluknya nanti lagi." Atha terus memeluk pinggang Alesha, membuat Alesha yang sedang memotong sayur-sayuran itu jadi susah bergerak.

Atha menggeleng, ia tetap saja memeluk Alesha dengan begitu erat. Tanpa ingin ia lepas.

" Akhh, aww. Astagfirullah." ringis Alesha, jarinya teriris pisau. Ia tidak fokus memotong sayur. Darah sedikit terlihat dijari Alesha.

" Astagfirullah, sayang."

Atha langsung panik, ia melepaskan pelukannya pada Alesha dan memegang jari Alesha, ia tiup-tiup jari itu. Wajah khawatir Atha nampak jelas sekali, Atha menyadari semua itu adalah salahnya karena terus menganggu Alesha memasak hingga membuat Alesha tidak fokus.
Atha kembali meniup-niup jari Alesha dengan lembut.

" Mas udah dong, aku gak papa kok." Luka yang mengenai jari Alesha hanya tergores sedikit saja, tapi mengapa wajah Atha begitu khawatir sekali.

" Sayang, mas minta maaf yang." Kata Atha, ia sangat amat merasa bersalah.

" Pasti sakit ya." Atha menatap jari Alesha yang teriris pisau.

" Gak papa kok, mas. Ini hanya luka kecil, aku sudah terbiasa luka seperti ini." Kata Alesha menenangkan. Luka seperti ini sudah sangat sering Alesha alami.

" Tapi mas salah yang." Rasa bersalah masih saja menganjal dihati Atha.

" Aku gak papa mas, sekarang mending mas Atha siap-siap kerumah sakit ya. Aku udah siapkan pakaian mas."

Alesha membiasakan diri untuk menyiapkan segala keperluan Atha. Sebenarnya Atha tidak pernah menyuruh ataupun meminta Alesha untuk menyiapkan semua kebutuhannya, Atha tidak ingin perempuannya merasa cape dan terbebani dengan bekerjaan rumah. Namun Alesha tidak merasa terbebani sama sekali, ia mana sangat senang jika menyiapkan seluruh kebutuhan Atha.

" Sayang, kan mas udah bilang. Jangan melakukan semua bekerjaan rumah, ada mas yang akan melakukannya." Atha tidak ingin Alesha cape, ia sudah membersihkan rumah, memasak, menyiapkan segala keperluan Atha dan masih banyak lagi.

" Mas.. ijinkan aku berbakti pada suamiku ya. Aku tidak masalah jika harus mengerjakan pekerjaan rumah, aku mana senang mas." Kata Alesha.

" Tapi jangan capek-capek ya, mas gak mau sayang nanti capek." Ujar Atha.

Alesha menggeleng." Gak akan capek kok, kan mas Atha juga ikut bantuin aku."

" Yaudah mas siap-siap dulu ya."

" Iya, mas."

Atha bergegas kembali kekamar untuk bersiap-siap, ia akan memulai lagi hari-harinya dengan rumah sakit, obat-obatan, dan pasien.

Setelah selesai sarapan Alesha mengantarkan Atha yang akan berangkat kerja.

" Sayang, mas bakal kangen banget nanti." Rengek Atha, ia memeluk pinggang Alesha.

Perfect Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang