Part 6 | Teka-Teki

197 35 73
                                    

Alhamdulillah sampai part 5 kemarin terjangkau oleh 200++ readers... Aku mau kasih bonus apa ya buat kalian?? Ini aja deh kita imagine aja outfit Aleena waktu makan malam bersama di kantin:
1. Pink sweatshirt + denim shorts.

 Pink sweatshirt + denim shorts

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. soft pink low heels

 soft pink low heels

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Heh, udah-udah!! Kakak ngapain, sih?" jeritku sambil mendorong-dorongnya.
.
.
.
Sungguh gila! Kalau dia sampai menggendongku, aku kan jadi berhadapan dengan wajahnya yang menyebalkan itu! Aku pun terlepas dari gendongannya.

"Ya, gendong kamu lah. Sakit, kan? Daripada tambah parah."

"Saya nggak—jangan pernah gendong saya!"

"Okay, kalo itu mau kamu. Tapi emang bisa jalan? Kuat?"

Wah, dia menantangku? Harus kubuktikan kalau aku kuat. Tidak perlu bantuannya, apalagi digendong. "Kuat, kok!"

Aku mencoba berjalan sekuat tenaga. Kulangkahkan kaki kanan, kemudian melanjutkan dengan kaki kiri. Demi apapun ini sakit sekali.

"Sshh, ck," rintihku. Akhirnya, aku mencoba melangkahkan kaki kananku saja untuk berjalan. Sementara kaki kiri kuseret.

Dia malah tertawa. "Ngeyel banget jadi orang. Udah lah, nggak usah maksa gitu. Kasian kakinya. Lagian kalo siswa sampai kenapa-kenapa bisa jadi masalah buat OSIS."

"Panggil Kevin aja, deh!" pintaku. Biar saja aku tetap pada pendirianku. Tidak mau digendong Adrian. Titik.

"Dia masih mengabsen anak-anak. Jangan bodoh, cepetan naik aja! Mumpung saya lagi baik, nih," katanya lalu berjongkok lagi.

Ya sudah. Aku terpaksa menurutinya. Tapi tunggu.. Kalau aku naik ke punggungnya, otomatis kami menempel. Kalau dadaku menempel dengan punggungnya, dia merasakan sesuatu yang..... aaaa membayangkannya saja aku sudah jijik.

"Kak Adrian niat nolongin saya, kan? Bukan modus?" tanyaku memastikan.

Dia pun berdiri. Bodohnya aku tidak bisa menahan ucapanku. Sekarang dia malah tersenyum aneh dan terkekeh. Sepertinya dia memahami apa maksud ucapanku tadi.

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang