Part 50 | See U Seeing Me

49 6 6
                                    

Mendeskripsikan perasaan Aleena yang ternyata juga suka sama Adrian🥹🫶

*****

"Jangan lupa lho, bilang makasih juga ke yayang Adrian," ucap Kak Aira sambil tertawa.
.
.
.
Astaga, apa lagi ini? Yayang? Kebiasaan dia senang sekali meledekku. Kak Aira memang 11/12 dengan Lula. Tapi, mendengar kata-kata itu aku bukannya marah, justru senang dan malu. Aneh, ya?

Beberapa saat kemudian, Kia muncul di stage. Dia berjalan dengan baik. Aku tahu dia benar-benar berusaha untuk berjalan seimbang dan menahan malu mungkin? Mengenakan baju aneh dan rombeng itu rasanya pasti seperti orang bodoh.

Aku dapat mendengarkan beberapa orang bergumam dan berbisik.
"Anjir!! apaan tuh?"
"Aneh banget!"
"Nggak modal ya kasian amat!"
"Sayang ya... Modelnya cakep, tapi bajunya gitu."

Memang tidak sedikit juga yang memuji.
"Unik banget ini!"
"Hebat, ya! Bisa manfaatin barang bekas jadi pakaian. Siapa ya desainernya?"

Sayangnya, lebih dominan yang berkomentar negatif. Daripada mendengarkan itu, lebih baik aku fokus pada Kia dan menyemangatinya agar dia tetap pede.

//PROK!! PROK!! PROK!!//

"Good job!!!!" teriakku. C'mon Kia, jangan pedulikan mereka.

Lama kelamaan tepuk tangan terus bertambah ramai. Rafli pun muncul dengan gayanya yang sangat keren itu. Timing yang pas. Penampilan mereka begitu memukau. Kia yang cantik dan Rafli yang tampan. Aku heran mengapa dulu Rafli tidak sama Kia saja, sih? Diakhir mereka berputar balik, bergandengan dan berjalan kembali menuju backstage. Selesai. Ah, aku lega.

Beberapa menit berlalu, perlombaan ini pun berakhir. Hatiku menginginkan kelasku, 10E, menang, tetapi tidak boleh berharap banyak. Apapun hasilnya yang penting kami sudah lakukan yang terbaik.

Kak Aira membacakan pemenangnya. "Juara 1 lomba fashion show vintage couple jatuh kepada kelas 11Soc2," ujarnya.

Model mereka tampil kembali ke atas panggung. Mereka benar-benar niat. Gaun model perempuan itu berwarna biru muda model era victoria. Rambutnya palsunya terurai indah panjang seperti rapunzel dengan hiasan bunga-bunga kecil.

Sementara, model pria mengenakan setelan jas, dasi kupu-kupu, dan outer panjang sesuai dengan zamannya. Sepatunya pantofel tinggi yang ada haknya. Semuanya bertepuk tangan.

"Juara 2 lomba fashion show vintage couple jatuh kepada kelas 11Sci—" ucapannya terhenti.

"Science berapa, ya?" Dia bermain tebak-tebakkan. Cara seperti ini memang cukup menghidupkan suasana.

Kudengar beberapa di antaranya menyebutkan Science 1. Itu kan kelasnya Kak Adrian. Maksudku, pengurus OSIS. Mungkin karena banyak pengurus OSIS di dalamnya, jadi kelas mereka kurang mempedulikan acara ini.

Pakaian model mereka terlihat biasa saja. Malah bukan seperti vintage. Hanya mengenakan baju-baju yang lusuh jadi terlihat seperti baju lama. Konsep vintage yang digaungkan menurutku tidak terlihat sama sekali, meskipun terkesan unik, sih.

"Science 3!!" lanjut Kak Aira.

Saat kedua model tersebut muncul, aku benar-benar terpukau. Mereka mengenakan pakaian lawas ala Indonesia. Kain batik, kebaya pada model perempuan, dan surjan pada model pria. Mengapa kelasku tidak kepikiran pakaian tradisional Indonesia, ya? Padahal banyak sekali.

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang