Part 71 | jealous again

23 4 2
                                    

[Adrian's POV]
Semalam aku ribut dengan Leenleen. Sepulang dari rooftop, aku tak bisa terlelap. Aku masih memikirkan kata-katanya. Fika memposting story di closefriend dan Leenleen melihatnya?

Bagaimana bisa aku percaya kalau tidak ada buktinya? Selain Leenleen, siapa lagi yang melihatnya?  Tapi rasanya mustahil Fika melakukan itu. Pasalnya, selama bersamaku dia tidak pernah menunjukkan ketertarikannya kok. Hanya sebatas teman biasa. Dia sudah tidak lagi mengganggu seperti dulu.

Makanan siang ini terasa tidak enak. Susah dikunyah dan susah ditelan. Itu membuatku nafsu makanku hilang. Sama seperti hatiku yang terasa ada ganjalan.

Aku melihat Leenleen yang sedang tertawa lepas bersama ketiga sahabatnya itu. Apakah dia benar-benar tidak memikirkan masalah semalam? Aku terus saja memandangnya dalam sampai akhirnya dia menoleh ke arahku.

Dia hanya tersenyum singkat. Berbeda dengan senyumnya yang manis di depan teman-temannya itu. Apakah dia marah denganku?

"Ya elah, ngeliatin pacar sampe segitunya. Samperin gih!" ledek Eky.

"Ck, berisik lu!"

"Kenapa lu bete amat dari tadi pagi. Eh, apa kayaknya dari semalem nih?"

Nada bicaranya terdengar serius. Sepertinya dia memahami bahwa aku sedang kesal. Aku masih saja terdiam tidak menjawab pertanyaan Eky. Meskipun ucapannya itu benar.

"Ohh, biar gua tebak. Berantem ya lu sama Aleena?"

Aku berhenti mengaduk-aduk makananku dan menatapnya tajam. "Hmm!"

"Jangan gitu lah. Galak amat lu, ntar Leenleen takut terus menjauh gimana? Repot kan lu!"

Bukannya menenangkanku, Eky malah semakin menyulut emosiku. Leenleen-ku menjauh? Tidak, itu mimpi buruk. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku pasti akan menariknya kembali dan membawanya ke pelukanku. Lagipula siapa Eky, ikut-ikut memanggilnya Leenleen?

"Leenleen?" tanyaku dengan senyum meremehkannya. Sekarang bagaimana wajahku? Kutebak raut wajahku semakin buruk.

"Wah, marah? Sorry, Dri. Nggak usah cemburu. Lagian berantem waktu pacaran itu wajar banget kok. Asal nggak kelamaan aja berantemnya. Ada larangannya juga tuh di agama kita..."

Meskipun tidak membalasnya, aku masih berusaha mencerna kata-kata Eky. Tidak boleh terlalu lama berantem ya katanya? Yah, itu benar. Akan kupikirkan nanti bagaimana caranya berdiskusi dengan Leenleen.

Aku masih setia menatap gadis cantikku. Ia sesekali menoleh ke arahku dengan wajahnya yang bingung dan kikuk sambil menelan savilanya. Dia hanya tersenyum dengan bibir yang terkatup rapat. Terbayang tidak maksudku? Jadi, senyumnya itu bukan menarik sudut bibir, melainkan bibirnya justru turun ke bawah. 

*****

Waktu menunjukkan pukul 15:15. Sekolah telah usai. Aku berniat untuk berbicara langsung dengan Leenleen. Aku sudah mengiriminya pesan sejak pukul 14:00 tadi, tapi tak kunjung mendapatkan jawaban. Seingatku hari ini dia ada ekskul medis. Jadi, lebih baik kuhampiri saja ke UKS.

Sesampainya di sana, aku melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Mereka sedang melakukan praktik pertolongan sepertinya. Kulihat Leenleen menekan dada seorang lelaki.

Yang lebih mengejutkannya lagi dia adalah Rafli, mantannya atau lelaki yang pernah menyukainya. Lihat, sekarang dia memegang tangan gadisku. Berani sekali Rafli ini, ya? Leenleenku juga kenapa mau saja begitu?

Tanpa berpikir panjang langsung saja aku menghampirinya. "Leen?" panggilku.

Dia menoleh dan menatapku dari bawah dengan matanya yang membesar. "Kak?"

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang