Jujur, awalnya aku bingung mau kasih part ini judul apa? The Truth? Ya, intinya mau menunjukkan kejadian yang sebenar-benarnya kepada para guru dan truth dari Adriannya sendiri. Intinya perasaan Adrian ke Aleena yang semakin kuat lah. Nanti Adrian bakal galau hihii soooo check it out!
*****
Kini Pak Juan yang bertanya. "Ngobatin lukanya harus buka baju? Lalu foto yang ini maksudnya apa?"
.
.
.
"Luka pertama ada di wajah karena goresan pisau. Foto itu waktu saya lagi mengoles petroleum jelly. Untuk luka tusuk ada di punggung sebelah kanan, di tulang belikat," jelasku."Entah saya mau bicara apa? Tapi cerita kamu masuk akal, sih..." Pak Juan berkomentar.
Jujur aku tersinggung. Komentarnya tentang masuk akal itu seolah-olah ceritaku bohong dan sudah diatur sedemikian rupa. Aku menoleh ke kiri.
Kak Adrian menggertakkan giginya sampai rahangnya terlihat mengeras. Dia mengepalkan tangannya erat-erat. Apakah dia juga berpikir hal yang sama denganku?
"Maaf, Pak... Saya tersinggung. Anda ini jatuhnya bukan menyelesaikan masalah, tapi malah memojokkan kami. Dari awal anda memang ada masalah dengan saya ya sepertinya? Tapi tolong jangan ucap begitu ke Aleena! Dia sudah menceritakan dengan jujur, tapi anda malah jadi kelihatan tidak ada bedanya dengan murid-murid yang kemakan gosip!" ucap Kak Adrian panjang lebar. Suaranya diawali dengan kesan dingin, tapi ia akhiri dengan kekehan kecil.
//BRAK//
Pak Juan menggebrak meja kemudian berdiri. "Apa maksud kamu bicara seperti itu sama saya, Adrian? Sopankah begitu?"
"Saya sudah berusaha sopan, Pak. Saya ucapkan maaf dan tolong. Bapak malah menggebrak meja begini, sopankah itu?" balas Kak Adrian. Ia mendongak ke arah Pak Juan.
"Kamu menantang saya! Berani kamu?" Pak Juan menunjuk-nunjuk Kak Adrian lalu menarik kerah bajunya.
"Pak Juann!!" tegur Bu Siska. Ia terlihat kaget saat melihat sikap Pak Juan saat ini.
Pak Juan tersulut emosi. Begitu juga dengan Kak Adrian yang kulihat matanya menatap Pak Juan tajam. Aku tak mengerti ada masalah apa di antara mereka sebelumnya?
"Seharusnya saya yang tanya, apa maksud anda menarik saya begini? Anda pikir saya takut?" balas Kak Adrian sambil berdiri cepat. Kulihat ia mulai mengepalkan tangannya lagi.
"Kak Adriann!!!" tegurku. Langsung saja aku genggam pergelangannya untuk menahannya. Aku benar-benar takut kalau dia sampai nekat atau tak sadar melayangkan tonjokkan kepada Pak Juan.
Dia menoleh ke arahku. Mata kami bertemu dan saat itu aku menggelengkan kepalaku sebagai kode untuk dia berhenti dan jangan lakukan apapun. Perlahan genggaman tangannya merenggang dan syukurnya dia kembali duduk.
"Pak Juan, tolong kembali ke posisi semula! Saya harap ini dapat kita selesaikan dengan terbuka dan secara kekeluargaan," lanjut Bu Vini.
Bu Siska terlihat membujuk Pak Juan untuk duduk. Beliau kemudian memberikan segelas air mineral yang ada di atas meja kepada Pak Juan.
Aku pun bersuara. "Kalo Bapak atau Ibu tidak percaya, silakan tanya dengan Dokter Dina. Beliau juga ada kemarin sore membantu saya mengobati Kak Adrian atau bisa diliat bekas luka di punggung itu. Atau jika perlu bukti yang lebih jelas bisa dilihat punggung Kak Adrian bagian tulang belikatnya?"
Bu Siska tersenyum. "Menurut saya, yang mereka ceritakan sudah benar, Pak, Bu! Saya percaya mereka tidak bohong. Tinggal kita lihat aja siapa yang sebenarnya membuat artikel ngaco seperti ini," balasnya. Syukurlah. Bu Siska memang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before We Meet Again
Teen Fiction#1 in schoolfiction (April, Juni 2024) #3 in schoolromance (April 2024) Ini kisah seorang siswi kelas 10 yang mandiri dan pemberani, Aleena Dharmawan. Cara pandangnya yang unik membuat orang-orang menyukainya. Namun, hal tersebut juga membuatnya har...