Part 22 | The Lost Thing

102 14 27
                                    

Sesuai judulnya the lost thing. Loh, apa yang hilang? Yuk, segera simak kelanjutannya. Ngomong-ngomong untuk Part ini hanya ada POV Adrian dan author ya. Jadi, maaf ya Leen POV kamu di part selanjutnya aja. Gantian dulu sama Adrian.

*****

[Adrian's POV]
Aku tidak percaya Aleena pada akhirnya akan dipanggil ke ruang konseling. Memang mulanya ini harapanku, biar dia tau rasa. Itung-itung ini balasan dari perbuatannya kepadaku di kantin dua hari yang lalu.

Setelah mendengar panggilan itu, aku sesegera mungkin berjalan menuju ruang konseling. Jujur saja aku kepo (knowing every particular object) alias ingin tahu segalanya. Apakah ia akan berani melawan guru? Aku menyaksikan di sana sudah ada Aleena dan Bu Ela.

Tanpa mereka sadari, aku dari tadi mengintip ruang konseling. Saat Aleena berlari mendekati pintu, aku segera bersembunyi. Jangan sampai dia melihatku. Bisa-bisa dia curiga lagi kepadaku.

//BRAAKK//

Dia membanting pintu dan berlari sekuat tenaga sambil membawa tas makeup nya. Gadis ini sudah gila. Aku jadi semakin tertarik dan penasaran. Tidak mungkin kenekatannya ini tanpa alasan.

"HEH!! ALEENAA!! Dasar anak kurang ajar!!" panggil Bu Ela dengan teriakan.

"Saya bisa laporkan ke kepala sekolah ya, Aleena!!" tambah Bu Ela. Ia hanya berdiri memandang Aleena yang sudah menjauh.

"Apa Ibu yakin akan melaporkan ke kepala sekolah? Saya rasa anda yang harus berhati-hati," ujarku tiba-tiba dari belakangnya hingga membuat Bu Ela menoleh.

"Adrian? Ngapain kamu di sini?" tanya Bu Ela. Wajahnya sangat terkejut setelah mengetahui bahwa itu diriku.

"Saya cukup melihat dan mendengar pembicaraan Ibu dan Aleena. Dia tidak bodoh, Bu. Dia sangat berani dan nekat," jawabku santai.

Sambil menelan ludah, Bu Ela menjawab, "Maksudnya? Ini kan ide dari SC dan kesiswaan!"

Aku mengangguk. Benar ini ideku. Aku mengajukan operasi asrama siswa kelas 10 dilakukan bulan ini. Sebenarnya operasi atau sidak ini selalu dilakukan oleh pihak sekolah, namun seharusnya masih minggu depan. Jadi, aku hanya mempercepatnya saja.

Aku dan Pak Setyo memeriksa asrama putra. Sementara, Bu Ela memeriksa asrama putri. Kami juga dibantu anak SC atau Security Club dan beberapa satgas sekolah. Tujuan operasi ini sebenarnya untuk menyita dan membuang barang-barang yang terlarang. Seperti obat-obatan terlarang, senjata api, senjata tajam, minuman keras, alat kontrasepsi, dan makeup?

Benar kata Aleena! Di rulesbook tidak ada tulisan larangan membawa makeup, hanya dilarang berhias secara berlebihan selama jam pelajaran berlangsung. Lantas kenapa Bu Ela mengikuti ideku yang ngadi-ngadi ini ya? Tapi ya sudah, kupikir itu ide bagus untuk membalas Aleena. Kita lihat apakah dia hampa tanpa benda itu.

"Memang benar, tapi sepertinya ibu tidak teliti. Entah tidak membaca rulesbook atau ada yang sengaja disembunyikan? Ternyata guru juga bisa lupa peraturan sekolah ya?" balasku.

"Kamu tau apa?" tanya Bu Ela lagi. Lihatlah wajahnya itu.

Aku tersenyum kecil. "Saya nggak tau apa-apa. Tapi menurut saya, Aleena berani seperti itu ada alasannya."

"Permisi Bu," tambahku mengakhiri dan berjalan meninggalkan Bu Ela.
[Adrian's POV End]

[Third person's POV]
Aleena masih saja berlari. Ia menenteng tas makeup pink kesayangannya sambil menyusuri lorong-lorong yang terlihat sepi karena telah memasuki jam ke-6. Kini dirinya sudah di dekat tangga.

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang