Part 11 | Am I Dating Somebody?

158 30 59
                                    

Haaii semuanyaa... Terima kasih masih mengikuti cerita ini. Oh iya karena udah 600+ readers seperti biasa aku mau kasih bonus pic buat kalian, yaituu outfit Aleena dan Rafli waktu jalan ke taman....

1. Outfit Aleena (striped shirt + coffee brown knife pleated skirt)

 Outfit Aleena (striped shirt + coffee brown knife pleated skirt)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2. Outfit Rafli (black pants + red t-shirt)

 Outfit Rafli (black pants + red t-shirt)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Lu mau nggak jadi pacar gua?" tanyanya mengakhiri pernyataan.
.
.
.
Ya, ampun. Benar dugaanku. Bagaimana ini? Mengapa harus secepat ini? Mengapa juga harus Rafli?

Aku masih diam tak menjawab karena bingung harus menjawab apa. Memang statusku saat ini single, tapi bukan berarti dengan begitu saja aku dapat menerima pernyataan cinta seseorang. Atau dia boleh jujur dengan perasaannya, tapi kalau menembak dan memintaku menjadi pacarnya.........

"Lu nggak harus jawab sekarang kok, Leen. Gua bakal tunggu sampe lu siap jawabnya," lanjut Rafli dengan senyuman. Dari gelagatnya pula, sepertinya ia akan bergegas pergi.

Selama ini, aku mengenal Rafli sebagai pria yang baik. Selain itu, dia pintar. Aku ingat betul minggu lalu dia sekelompok denganku. Dia rajin dan sangat bertanggung jawab.

Setelah kupikir-pikir, bukankah katanya cinta datang seiring berjalannya waktu? Baiklah, aku tahu harus menjawab apa.

"Okay, gue terima" jawabku tiba-tiba sambil menahan Rafli.

Rafli maju sedikit ke hadapanku dan memegang kedua bahuku. "Thank you, Aleena."

Dia tampak sangat senang saat aku menerimanya. Maaf, Raf bukan berarti gue suka sama lo juga. Gue terpaksa nerima lo. Gue ngerasa lo baik. Semoga dengan menerima lo, gue bisa belajar mencintai, minimal suka sama lo atau merasakan jatuh cinta.

Ingin rasanya aku bicara begitu kepadanya, tapi dia sudah terlanjur senang. Maybe better not. Tunggu, tangannya ini benar-benar membuatku tidak nyaman. Refleks aku langsung melepas gandengan tangannya.

"Eh, sorry, Raf. Gue—nggak biasa aja," ucapku sedikit menunduk karena merasa jadi tidak enak dengan kekasihku (?) Astaga, apa ini benar? Aku punya pacar? Rasanya sulit dipercaya.

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang