Part 58 | Sick

44 6 4
                                    

Adrian sakit? Nah, kalau biasanya kita lebih banyak melihat pengorbanan Adrian, sekarang ini kita bakal melihat seberapa besar rasa sayang Aleena ke Adrian.

*****

"Karena pasien pingsan, dokter memutuskan untuk melakukan CT scan pada kepala Adrian," ujarnya.
.
.
.
"Apa separah itu sampai harus CT scan? Kira-kira berapa lama, Dok, dia bakal sadar?"

Yang kutakutkan Kak Drian mengalami cedera kepala seperti kata Raja. Aku takut dampak dari benturan bola ini mengganggu aktivitasnya. Hmm, semoga kamu cepat sadar, ya, Kak dan tidak ada gejala berat.

"Kami belum bisa memastikan. Sekali lagi, kondisi pasien pingsan. Kami tidak bisa berkomunikasi langsung untuk menanyakan apa yang dia rasakan pada kepalanya. Benturan yang cukup keras sampai membuat hilang kesadaran bisa mengakibatkan cedera atau traumatic brain injury. Dengan CT scan, kita dapat melihat kondisinya," jelasnya.

Astaga! Benar dugaanku. "Untuk pemulihannya perlu berapa lama? Apa perlu rawat inap?"

"Mohon tenang dulu. Kamu harus sabar menunggu, ya. Semuanya akan diperiksa melalui CT scan dahulu."

Meskipun anak ekskul medis di sekolah, aku tidak begitu paham tentang CT scan. Yang kutahu dari Dokter Panji tadi, CT scan kepala akan membantu dokter untuk memastikan adanya cedera atau luka di kepala serta penyakit yang menyerang otak.

Karena Dokter Panji sedang tidak di sini, maka aku bertanya kepada Raja. Dia bilang konsep CT scan itu menggabungkan teknologi sinar-X dengan sistem computer.

Jadi, pasien akan berbaring di atas tempat tidur yang dilengkapi dengan tali dan bantal agar posisi pasien tidak bergerak selama pemeriksaan. Kemudian, dimasukkan ke dalam mesin CT scan berbentuk lingkaran yang akan berputar selama pemeriksaan.

"Itu sakit nggak sih, Ja?" tanyaku.

"Gua belum pernah, Leen. Tapi kata kakak gua sih nggak sakit. Cuma rada pusing aja. Soalnya alatnya itu kan muter-muter jadi di dalam kerasa bising gitu."

Aku menghela nafas lega. Jangan sampai kekasihku kesakitan.

"Lu kayaknya perhatian banget sama Kak Adrian? Jadi curiga gua, lu sama dia ada apa-apa!!" ucap Raja. Ia menaikkan alisnya seolah menggodaku.

Apakah kekhawatiranku tadi sangat terlihat kalau aku ada sesuatu dengan Kak Drian? Ah, apapun alasannya tidak boleh ada yang tahu. Cukup Kevin dan Naura.

"Apaan sih, Ja? Emang nggak boleh khawatir sama orang yang udah nolongin kita? Dia tuh jadi pingsan begini gara-gara gue. Sampe harus CT scan pula!"

"Iya, elah. Maap deh!"

Tak lama kemudian, Raja bersuara. "Eh, Leen. Kira-kira kalo gua tinggal, lu nggak papa nggak? Soalnya gua mau balik ke futsal biar piket kita nggak kosong."

Aku mengangguk. Silakan saja. Memang sebaiknya dia pergi dari sini supaya aku bisa berdua saja dengan Kak Adrian dan lebih leluasa berekspresi.

*****

CT sudah berlangsung kurang lebih hampir 30 menit, tapi aku masih belum mendapat kabar dari dokter.

//DRRTT DRRTT//

Sepertinya getaran ponsel itu bukan milikku. Kalau ponselku pasti sudah terasa getarannya dari dalam tas ini. Berarti itu milik Kak Drian.

//DRRTT DRRTT//

Setelah getaran kedua, aku baru bisa menemukan ponselnya yang berada di dalam tas bagian depan. Pada layar ponselnya tertera pesan dari Kak Rezky.

Sebenarnya bisa saja aku membuka dan membalasnya karena Kak Drian pernah memberitahuku password-nya. Tapi tidak. Bagaimana pun juga itu privasinya. Aku cukup lihat notifikasinya saja.

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang