Part 68 | But.......

22 4 6
                                    

"Udah cukup? Masih mau bahas Rafli lagi?"
.
.
.
Pacarku bertanya cukup ketus. Dia cemburu hanya karena aku menyebut nama Rafli? Astagaaa, cemburunya itu menggemaskan, tapi terkadang juga menyebalkan. Aku pun menepuk-nepuk pipinya kecil.

"Hey, aku nggak bahas Rafli! Cuma nyebut namanya aja!"

Dia seperti pura-pura tidak mendengar dan menyedot habis minumannya sambil terdengar bunyi menyedot air penghabisan.

"Ah, abis nih. Kita udahan yuk, Leen!"

"Tapi minumanku—"

Kak Drian langsung menarik tumbler barbie itu dan bersiap membawanya. "Let me take it sambil kita keliling. Biar baliknya nggak kemalaman."

Setelah itu, kami memutuskan untuk pergi ke photobox. Aku mengambil beberapa item menggemaskan untuk kami kenakan. Dia mengenakan wig hijau, sementara aku mengenakan wig panjang ginger.

Ada lagi, bando kucing berwarna orange dan putih. Awalnya Kak Drian menolak karena dia merasa jijik mengenakannya, tapi akhirnya dia mau juga setelah aku katakan foto ini adalah kenangan 1st monthversary kami.

Yang membuatku terkejut adalah saat Kak Drian me-request foto lagi. Katanya dia ingin mengenakan kacamata hati dan memintaku memakai properti bibir kiss. Menurutnya, foto ini lebih sesuai dengan tema monthversary.

Bahkan, dia juga mengatakan seharusnya foto ini dicetak lebih besar untuk foto pre-wedding. Astaga, ternyata Kak Drian versi bucin lebih menjijikan dibandingkan dia yang kepedean memastikan aku akan jatuh cinta kepadanya.

Asal kalian tahu, saat ini dia menggandeng tanganku tanpa ada niatan untuk melepasnya. Padahal aku merasakan telapak tanganku sudah cukup lembab dan berkeringat. Supaya tangan kami dapat terlepas sebentar, aku katakan saja ingin merapikan rambut. Namun, sesaat aku langsung berlari ke arah belakang.

"Hey, jangan kabur!!!" teriaknya.

Baru beberapa langkah berlari, aku mengerem mendadak karena melihat sosok yang kukenal.

"Loh, Kak Fika?" sapaku memastikan. Sungguh, ini dia lagi? Kak Drian kini berada di belakangku.

"Oh hai, kalian mau kemana?" tanya perempuan itu dengan wajahnya yang tampak terkejut.

"Harusnya kita yang tanya lu mau kemana, Fik? Jangan ganggu gua sama Aleen," pinta pacarku.

Astaga, galak sekali. Sepertinya dia benar-benar tidak menyukai kehadiran Kak Fika. Pasti Kak Drian menduga jika gadis itu membuntuti kami.

"Ohh, sorry Dri kalo merasa terganggu. Gue sih mau ke— tuh depan, BECACO," balasnya santai.

Hey, tujuan kami sama! "Eh, sama, dong. Ada diskon monochrome collection, kan?"

Kak Fika menangguk senang. "Mau bareng?" tanyanya.

Kami memasuki BECACO setelah aku mengiyakan. Seperti biasa Kak Adrian duduk di bangku dekat rak etalase sepatu. Sementara, aku dan Kak Fika menuju koleksi vintage.

Aku mengambil sebuah dress hitam vintage berkerah putih. Dress ini terlihat simple, tapi tetap menarik dan elegan. Aku menempelkan dress itu pada tubuhku dan mencari cermin terdekat.

"Bagus loh, Leen. Cocok banget! Sekalian tuh sama bandonya. Lo biasanya pake bando, kan?" ujarnya.

Aku tersenyum puas. Ternyata dia cukup hangat dan perhatian. Sayangnya, suka mendiskriminasi, sombong, dan terlalu mengejar Kak Drian. Coba saja dia tidak berlebihan begitu, mungkin Kak Drian bisa suka dengannya. Eh, tapi kalau itu terjadi, tandanya hari ini Kak Drian bukan pacarku karena dia menyukai perempuan ini.

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang