Part 17 | Unsatisfying

121 19 52
                                    

Makasihhhh buat 1,2K readers yeaay, aku happy banget. Semoga kalian yang baca pada se-happy aku ya karena enjoy sama story-nya. Oh iya, aku mau kasih bonus looks Aleena dan Adrian waktu nyapu di halaman sekolah.
1. Aleena pakai rok hitam sekolah + sweatshirt. Duh, mau nyapu aja cantik amat neng.

 Duh, mau nyapu aja cantik amat neng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Ekspresi Adrian yang memberitahu Aleena kalau cara menyapunya salah

 Ekspresi Adrian yang memberitahu Aleena kalau cara menyapunya salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Eih, jangan najis-najis, loh. Nanti lo malah beneran naksir. Lagian Kak Aira bisa jadi bener. Ngerasa nggak sih, Kak Adrian tuh notice lo banget. Dari awal mentoring, masalah celana lo, terus sekarang nyapu?" jelas Kia.
.
.
.
Aku speechless mendengar perkataannya. Kupastikan wajahku saat ini sangat jelek dan semakin kusut karena bete dibilang yang aneh-aneh tentang aku dan Kak Adrian. Namun, ada benarnya juga, sih.

"Ya Allah, Kiaa... Maksud lo?"

"Gini deh, Aleena Swastika Dharmawan! Masa lo nggak ngerasa? Kalo dia cuma komentar nggak jelas making trouble, ngapain dia ceramahin lo soal celana sama makeup. Let's say karena dia anak OSIS. Tapi kalo barusan, ngajarin lo nyapu? Menurut gue itu bentuk pedulinya dia sama lo. Bisa jadi benih-benih cinta," jelas Kia panjang lebar.

"Hah? Aduh Kia, lo kenapa jadi kayak Lula," jawabku cukup kebingungan, meskipun aku 'sedikit' setuju dengan Kia.

"Ya, tapi, kan gue nggak asal!" balasnya yakin sambil menaikkan alis.

Walau hatiku mengelak, namun otakku berusaha mencerna apa yang diucapkan Kia. Itu masuk akal. "Iya, sih, tapi kan—"

"Yaudah lah, mending kita serok ini semua daripada kelamaan. Matahari juga makin terik," ajakku. Sengaja supaya melupakan pembicaraan kami barusan.

*****

Kini aku dan Kia memasuki ruang kelas kami, 10E. Terlihat teman-teman sedang membersihkan kelas. Kemudian, Zaki berkata, "Okay, guys! Sekarang kumpulkan barang yang kalian bawa, ya. Gue bawa jam dinding soalnya jam di kelas ini udah nggak layak. Lalu gue bakal ngedata, jadi kalian baris aja."

Before We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang