Terpaksa Kembali

7.3K 168 0
                                    

Alana mengerjap saat merasakan sinar matahari mengusik tidurnya. Perlahan  ia membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Ia masih ngantuk.

Bantal dan selimut yang hangat membuatnya merasa nyaman.  

Namun Alana terkejut, saat seorang anak kecil tiba-tiba mengagetkannya dengan muncul dari samping tempat tidur. 

“Duar!!”

“Aaakhh..” jerit Alana bergerak duduk. “Rehan!” pekik Alana melotot saat tahu jika yang mengejutkannya adalah Rehan, anak laki-lakinya yang sudah berumur tujuh tahun.

Rehan tertawa melihat wajah bantal Alana yang melotot padanya.

“Selamat pagi, Mama!” 

Tapi akhirnya Alana luluh juga. Ia tersenyum melihat Rehan melompat ke tempat tidur, lalu memeluknya hangat.

“Selamat pagi,” sahut Alana. “Tumben. Kamu sudah mandi pagi-pagi sekali. Rambutnya juga sudah rapi. Nenek yang sisirkan, ya?” tanya Alana.

Rehan yang duduk di pangkuannya menggeleng. “Bukan, Ma. Nenek sedang pergi ke pasar.”

“Lalu siapa? Mama tidak percaya kalau kamu bisa menyisir serapi ini sendirian,” Alana memainkan rambut Rehan membuat anak itu protes dengan kesal.

“Ih, Mama. Jangan diberantakin. Rehan ‘kan sudah ganteng. Kasihan Ayah nanti harus bantu sisirin rambutku lagi.”

Kening Alana berkerut bingung saat mendengar Rehan menyebut nama Ayah. Tapi kebingungan Alana terjawab sudah, saat seorang lelaki berparas tampan, dengan perawakan jangkung dan tegap. Kini berdiri menjulang di ambang pintu kamar Alana.

“Good morning Mama Alana yang masih bau iler,” sapa lelaki itu sambil terkekeh memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Alana terhenyak.

 “Danu!” pekiknya kaget. Lalu dengan cepat Alana mengusap kedua sudut bibirnya. Memeriksa apakah yang Danu katakan tadi benar kalau ada iler di wajah Alana.

Tetapi Danu dan Rehan malah tertawa. Mereka menertawakan tingkah Alana yang polos dan mau saja dibohongi.

“Haha.. Mama lucu. Ayah ‘kan bohong. Tapi Mama malah percaya. Aduh, Mama.. mama..” Rehan menepuk  keningnya seraya menggelengkan kepala.

Sementara Alana memajukan bibirnya.

“Kamu masih belum mandi, Alana.  Apa kamu tidak malu dengan Rehan. Dia sudah wangi, tapi mama-nya masih bau kecut. Ayo cepat mandi. Hari ini ‘kan kita akan pergi ke restaurant yang baru buka itu. Kamu lupa, ya?” kata Danu.

Dan Alana merutuki dirinya yang pelupa. Pantas saja Danu datang ke rumah dan Rehan sudah rapi pagi-pagi sekali. Hari ini mereka akan pergi ke restaurant baru yang sedang viral di jogja. Tentu saja semua itu atas keinginan Rehan. Dan Danu adalah orang pertama yang paling tidak bisa menolak permintaan si kecil nakal itu.

Seperti saat Rehan sakit dan sedih karena Alana melarangnya makan es krim. Tetapi Danu malah membelikanya es krim rasa cokelat kesukaan Rehan. Hingga anak itu bersorak dan memeluknya. Padahal Danu sendiri adalah seorang dokter.   

Tentu saja Alana marah pada Danu. Tetapi jawabannya selalu sama.  

‘Aku tidak bisa melihatnya bersedih, Alana. Jika aku membuatnya senang, maka dia akan langsung memelukku dengan erat. Dan aku sangat suka Rehan memelukku.’

Alana paham. Selama ini, Danu selalu menjadikan Rehan hidupnya. Sedangkan Rehan melihat Danu sebagai sosok seorang ayah yang selalu menjaga dan memenuhi keinginannya. 

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang