“Apa?! Aku harus menemani Sherly ke mall? Yang benar saja Ma. Aku baru saja pulang dari kantor. Aku sangat lelah dan ingin istirahat!” cetus Andra pada Nita. Sementara Sherly yang berdiri di samping Nita kini mencebikan bibirnya setelah mendengar ucapan Andra.
Ya. Andra baru saja masuk ke dalam rumahnya. Dan ia mendesah kesal saat ternyata di ruang tamu, ibunya sudah menyuguhinya dengan sebuah perintah.
Yaitu menemani Sherly belanja ke mall malam ini. Padahal Andra sedang lelah dan benaknya masih mumet memikirkan tentang Alana dan lelaki yang bernama Danu itu.
Lalu kini tiba-tiba Sherly datang dan membuat otaknya semakin kacau.
“Mama hanya menyuruh kamu menemani Sherly belanja, Andra. Apa susahnya sih? Lagipula kamu ‘kan tidak habis lembur. Jadi kamu masih punya banyak waktu buat nemenin Sherly. Banyak-banyak luangkan waktu kamu biar kalian semakin dekat. Apalagi kalian akan segera bertunangan di acara ulang tahun perusahaan nantinya,” pinta Nita merangkul pundak Sherly.
Dan Andra membuang napasnya dengan kasar.
“Huh! Lagi-lagi soal pertunangan! Aku tidak pernah bilang kalau aku mau bertunangan dengan dia pada saat acara ulang tahun perusahaan. Mama dan Papa saja yang seenaknya memutuskan sendiri tanpa persetujuan dariku!” cetus Andra.
“Sayang, tapi kalau pertunangan kita tidak dilaksanakan secepatnya lalu kapan dong? Kamu ‘kan hobinya ngundur-ngundur waktu terus. Sedangkan aku maunya cepat-cepat jadi istri kamu. Aku cinta sama kamu, Andra. Aku nggak mau kalau kamu direbut sama wanita lain. Apalagi.. murahan itu.” Sherly mendekati Andra dan merangkul lengan kekar milik Andra dengan begitu manja.
Tanpa peduli sedikitpun pada bola mata Andra yang menatapnya tak suka.
“Apa mulutmu itu bisa diam!” ketus Andra mengetatkan rahangnya.
“Aku hanya akan diam kalau kamu mau nemenin aku belanja malam ini. Banyak yang mau aku beli. Aku mau beli perhiasan, gaun, sepatu, kutek baru, parfum, pokoknya semua barang yang akan menunjang penampilanku di acara ulang tahun perusahaanmu nantinya. Karena aku mau terlihat paling cantik saat kamu mengenalkanku sebagai calon istri kamu di hadapan semua orang,” ucap Sherly dengan wajah percaya dirinya.
Nita hanya tersenyum lebar melihat itu. Sementara Andra berdecak dengan kesal.
“Ck! Merepotkan! Awas saja kalau kamu menyuruhku membawa barang belanjaanmu yang tidak penting itu! Nanti akan ku tinggalkan kamu di jalanan, Sherly!” cetus Andra sambil melepaskan tangan Sherly dari lengannya dengan menepisnya. Sebelum kemudian berlalu keluar lebih dahulu.
“Ish, ketus sekali dia Tante!” rengek Sherly menatap pada Nita, meminta pembelaan.
“Sudah. Kamu harus mengerti sikap Andra yang batu itu. Kamu harus banyak bersabar, Sherly. Ayo sana! Cepat pergi dan masuk ke dalam mobil Andra. Andra sudah menunggu kamu,” suruh Nita agak mendorong pelan lengan Sherly.
Sherly mengangguk, meski bibirnya masih mengerucut. Tapi begitu masuk ke dalam mobil Andra. Sherly langsung kembali memasang wajah berseri. Menampilkan senyum manis terbaiknya pada Andra yang sama sekali tak merasa peduli.
“Waktumu sampai pukul sembilan malam. Kalau lebih dari itu, maka aku akan meninggalkanmu di mall sendirian!” tegas Andra memberi peringatan.
“Apa? Jam Sembilan malam? Sayang, sekarang saja sudah jam tujuh. Masa aku hanya belanja dua jam? Ya tidak cukup waktunya—“
“Ter-se-rah! Oke? Suruh siapa mengajakku. Jadi terima konsekuensinya! Kalau mau menghabiskan banyak waktu untuk belanjar, kenapa tidak minta ditemani oleh sopirmu saja. Jangan merepotkanku, Sherly! Aku tidak suka dengan wanita yang suka merengek!” jelas Andra yang akhirnya berhasil membungkam bibir Sherly.
***
“Nek, Mama sama Ayah sudah pergi ‘kan?” tanya Rehan yang menyembulkan kepala dari balik tembok.
Dengan senyum geli, Winarti menganggukan kepalanya sambil mengacungkan kedua jempol tangannya pada Rehan.
“Sudah. Mama Alana dan Ayah Danu sudah pergi. Mereka berdua akan ke bioskop untuk menonton film. Rencana kita berhasil, Rehan!” seru Winarti sedikit menjerit senang.
Rehan yang tadi hanya menyembulkan kepalanya saja, kini benar-benar keluar dari persembunyiannya dan cepat menghampiri Winarti yang masih duduk di ruang tamu.
“Yeay! Jadi rencana kita benar-benar berhasil ya, Nek? Ayah dan Mama benar-benar pergi nonton?” tanya Rehan masih tidak percaya. Matanya mengerjap senang menatap Winarti.
“Iya, Rehan. Mereka benar-benar pergi nonton. Sesuai dengan yang kita inginkan. Akhirnya, Ayah Danu dan Mama Alana bisa menghabiskan waktu berdua saja di luar.”
Sebenarnya Rehan memang belum tidur. Dan acara nonton film di bioskop itu memanglah rencana yang disusun oleh Rehan dan Winarti. Agar Alana dan Danu bisa menghabiskan waktu berdua saja. Rehan sangat ingin melihat ayah dan Mamanya tampak dekat dan mesra seperti orang tua temannya kebanyakan.
Sementara Winarti sendiri melakukannya karena ia ingin agar Alana bisa membuka hatinya untuk Danu.
“Rehan senang sekali. Ternyata rencana kita berjalan dengan lancar. Akting nenek memang the best deh!” Rehan nyengir lebar, sambil mengacungkan kedua jempolnya pada Winarti.
“Kamu juga hebat. Kamu ‘kan cucu nenek yang paling pintar dan tampan.” Winarti mengacak rambut Rehan, lalu memeluk Rehan dengan erat ke dalam dekapannya.
***
Andra mendengkus sebal. Sebab nyatanya Sherly benar-benar membuatnya repot dengan menyuruhnya membawa banyak tas belanjaan.
Tadinya Andra mau menolak. Tapi berhubung tangan Sherly juga sudah penuh dengan tas belanjaannya sendiri. Maka mau tak mau Andra juga ikut membawakannya.
“Kamu sungguh menyusahkanku malam ini!” cetus Andra dengan bibir yang merapat. Saat ini mereka baru saja keluar dari toko perhiasan.
“Ya ampun, sayang. Kapan lagi kita menghabiskan waktu berdua seperti ini? Kamu ‘kan selalu sibuk di kantor. Sedangkan aku juga kadang sibuk pemotretan. Jadi mumpung kita punya banyak waktu sekarang, kenapa tidak kita habiskan dengan bersenang-senang?” Sherly melemparkan senyum pada Andra.
Tapi Andra hanya mendelik menatapnya. Kemudian menghembuskan napas kasar dan merapatkan cekalannya pada papper bag yang ia pegang.
“Oh iya. Kamu juga sudah menyiapkan jas yang terbaik untuk acara pertunangan kita nanti ‘kan? Jangan pakai jas yang biasa-biasa aja loh sayang. Kamu ‘kan harus terlihat lebih cool dan perfect nanti.”
Andra menghentikan gerak langkahnya setelah mendengar ocehan Sherly kali ini. Andra membalikan tubuhnya menghadap Sherly dengan raut tak suka.
“Bukankah sudah ku bilang. Kalau aku tidak ingin ada pertunangan?” Andra melemparkan tatapan elangnya dengan dahi yang berkerut. Membuat Sherly mau tak mau menelan salivanya kasar, dan tubuh kecilnya tentu saja merasa terintimidasi oleh badan Andra yang tinggi kekar dan menjulang di hadapannya.
“Engh, iya. Maksudku.. acara ulang tahun perusahaan.” Sherly meralat ucapannya.
Mendengkus masam, Andra melengos pergi lebih dulu, hingga Sherly membolakan matanya lebar-lebar karena takut Andra meninggalkannya.
“Andra, sayang. Tunggu!” secepatnya Sherly berlari menyusul langkah Andra yang dua kali lebih lebar dari langkahnya.
“Ndra! Kamu mau kemana? Aku nggak mau langsung pulang ya. Aku masih betah di sini!” seru Sherly dengan terengah-engah karena berusaha menyeimbangi langkah Andra yang tegas di sampingnya.
“Kalau masih betah di sini, tinggal saja di sini. Kalau perlu menginap saja di sini. Aku akan pulang,” sahut Andra dengan nada yang ketus. Wajahnya bahkan terlihat datar saat mengatakan itu.
Sherly membuka mulutnya terperangah mendengar ucapan Andra barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri CEO Tampan
Romance"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu...