“Rehan semakin besar, Danu. Dan kemarin aku baru saja dirumahkan dari pabrik roti tempatku bekerja karena mengalami kebangkrutan. Aku harus pergi untuk tetap bertahan hidup. Aku tidak mau terus menyusahkanmu. Kamu sudah terlalu banyak membantu keluargaku.”
Danu menampilkan raut keberatan di wajahnya.
“Ayolah, Alana. Aku masih bisa membantu biaya hidup kalian. Kalian sudah seperti keluargaku sendiri. Dan Rehan juga sudah seperti anakku,” tawar Danu yang tidak ingin Alana pergi ke Jakarta.
Tapi sepertinya keputusan Alana sudah tidak bisa diganggu gugat. Wanita itu berkeras akan mencoba peruntungannya di Jakarta. Meski sebenarnya Alana juga tidak tega dengan Danu yang harus berpisah dengan Rehan. Tapi mau bagaimana lagi? Alana dan keluarganya sudah banyak menyusahkan Danu.
“Maaf. Keputusanku benar-benar sudah bulat. Besok, aku akan ke sekolah Rehan untuk mengurus surat pindah sekolahnya. Kamu sudah sangat baik pada aku dan Rehan, Danu. Aku tahu kamu tidak merasa keberatan membantu kami. Tapi aku mohon, jangan tahan kepergian kami. Jika nanti aku diterima bekerja di Jakarta, aku dan Rehan akan sangat senang kalau kamu mau berkunjung ke tempat tinggal kami di sana.”
Danu terdiam menatap Alana dengan wajah sendunya. Sebentar lagi wanita cantik yang duduk di hadapannya ini akan pergi meninggalkannya. Walaupun Alana akan pergi ke tempat yang masih satu Negara dengannya, tetapi hati Danu tetap saja merasa berat.
Kemudian Danu melarikan pandangannya pada Rehan, kali ini bocah kecil itu tampak riang berlarian dengan anak pengunjung restoran yang lain.
“Baiklah. Kalau kalian memang harus pergi..” ucap Danu tertahan saat ia menarik napasnya pelan. Lalu Danu kembali menatap Alana.
“Tapi aku hanya mau pesan satu hal. Jaga diri kalian baik-baik selama di Jakarta. Kabari aku kalau kamu sudah dapat rumah sewa di sana. Dan.. jika ada masalah apapun, jangan sungkan untuk memberitahuku, Alana.”
Alana tersenyum seraya menganggukan kepalanya.
“Tentu, Danu. Aku sangat berterimakasih karena kamu tidak keberatan kami pergi. Kamu memang sahabat yang sangat baik,” ucap Alana yang dibalas Danu dengan senyum miris.
‘Bahkan sampai detik ini pun, kamu masih menganggapku hanya sebatas sahabat, Alana,’ desah Danu dalam hati.
Manik matanya menatap nanar pada wajah Alana yang sedang memandang Rehan sambil tersenyum manis. Tanpa sadar, Danu yang memerhatikan senyum Alana pun ikut melengkungkan senyum juga.
Bagi Danu, senyum Alana selalu bisa membuat hatinya damai.
***
“Boss! Jaga Mama Alana dengan baik, ya!” Danu mengacak pelan rambut Rehan saat mereka telah sampai di halte bus.
Rehan mengerutkan keningnya, lalu mendongkak menatap pada Alana dengan pandangan bertanya.
“Memangnya Ayah tidak akan ikut kita, Ma?”
Alana menatap Danu yang sama-sama bingung. Tapi kemudian Alana menyentuh pundak Rehan dengan lembut.
“Tidak, sayang. Ayah ada banyak pekerjaan di jogja. Jadi dia tidak bisa ikut dengan kita ke Jakarta. Rehan hanya akan pergi dengan Mama dan nenek saja,” sahut Alana menjelaskan. Alana lalu menggigit bibirnya karena ia telah berbohong pada anak laki-lakinya itu.
“Apa pekerjaan Ayah penting, sampai tidak mau ikut ke Jakarta? Terus, nanti kalau aku merindukan Ayah gimana?” tanya Rehan dengan wajah merengut pada Danu.
“’Kan ada telpon. Nanti Ayah akan sering telpon Rehan. Dan Ayah janji, Ayah akan menyempatkan waktu untuk mengunjungi Rehan dan Mama Alana di Jakarta. Jadi sekarang Rehan ikut Mama Alana, ya. Rehan harus jadi anak yang baik. Harus belajar yang rajin di sekolah Rehan yang baru nanti,” pesan Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri CEO Tampan
Romance"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu...