Setelah mengantar Rehan ke sekolahnya, kini Danu melanjutkan laju mobilnya untuk mengantar Alana ke kantor.
“Maaf, Danu. Lagi-lagi aku dan Rehan menyusahkanmu. Padahal tadi aku bisa berangkat sendiri dengan angkutan umum.” Alana berkata dengan rasa tidak enak. Ia terlalu malu karena sudah sangat sering menyusahkan lelaki di sampingnya ini.
Danu hanya terkekeh pelan sembari menggelengkan kepala.
“Jangan bicara begitu, Alana! Sebenarnya aku sangat senang bisa mengantarmu ke tempat kerjamu. Sekaligus aku juga ingin melihat kantormu itu sebagus apa,” kekeh Danu yang disambut Alana dengan senyuman lepas.
Tak berapa lama, mobil yang membawa tubuh mereka pun kini berhenti di dekat sebuah gedung yang menjulang sangat tinggi.
Danu mengerjapkan matanya penuh takjub.
“Wah. Tempat kerjamu bagus sekali, Alana. Sungguh hebat Mama Rehan bisa bekerja di perusahaan sebesar ini. Aku sangat bangga padamu,” tutur Danu.
Alana hanya menggeleng sembari tangannya sibuk melepaskan seatbelt yang membelit di pinggang.
“Ah. Jangan terlalu menyanjungku, Danu! Kamu sendiri juga sangat hebat. Menjadi dokter di salah satu rumah sakit terbaik di Jogja. Aku juga bangga padamu.”
Mendengar ucapan Alana membuat Danu tersenyum jumawa. “Terimakasih atas sanjungannya, Mama Rehan yang sangat cantik!”
Alana mengibaskan tangan di udara.
“Sudah. Jangan menggodaku terus! Kamu harus segera pulang dan aku akan masuk ke dalam kantor. Sekali lagi aku ingin mengucapkan teri—“
“Sssttt..” Danu memotong ucapan Alana dengan menekan telunjuknya di bibir wanita itu. “Kita ini sahabat, bukan? Jadi jangan lagi ada kata maaf dan terimakasih di antara kita, Alana!” tegas Danu dengan bibir yang terkulum lucu.
Alana hanya tersenyum simpul, lalu kemudian menganggukan kepalanya.
“Ya sudah. Kalau begitu aku akan masuk sekarang. Dan kamu hati-hati di jalan ya, Danu. Sampai jumpa!” Alana berpamitan pada Danu, kemudian ia bergerak turun dari mobil lelaki itu.
“Sampai jumpa, Mama Alana!” Danu melambaikan tangannya saat Alana sudah berdiri di pinggir mobil.
Alana terkekeh membalas lambaian Danu melalui kaca mobil yang terbuka. Hingga mobil itu kembali melaju, untuk melanjutkan perjalanan ke Jogja.
Tanpa Alana sadari, mobil hitam milik Andra berada tak jauh di belakang mobil Danu yang telah menghilang.
Andra menghunuskan tatapannya kearah Alana yang tersenyum menatap mobil Danu, tak lama kemudian kaki Alana melangkah pergi untuk masuk ke dalam kantor.
Sementara Andra mendengkus lalu menyunggingkan senyum kecut.
“Sudah kuduga! Kamu memang semurahan itu, Alana! Jika dilihat dari mobilnya, sepertinya lelaki yang mengantarmu itu cukup kaya. Ternyata kamu pintar juga mencari mangsa. Entah sudah berapa kali lelaki itu menikmati tubuhmu, hingga mau mengantarmu ke tempat kerja. Pasti tadi malam kalian juga sudah menghabiskan malam yang panas setelah bermesraan lewat telpon. Huh! Sungguh menjijikan!” decak Andra dengan tatapan curiga yang amat jelas tergambar dari kilatan matanya.
“Baiklah. Mari kita lihat seberapa murah harga dirimu, Alana! Aku jadi penasaran!” gumam Andra lagi. Sebelum kemudian menjalankan mobilnya dan memasuki baseman kantor.
Tak dipungkiri lagi, debar cemburu bergemuruh di dalam hati Andra. Membakar dirinya dan membuat emosinya terpancing.
Namun sekali lagi, seorang Andra tak akan pernah mau mengakui rasa cemburu itu. Karena baginya, Alana sama sekali tidak pantas untuk dicemburui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri CEO Tampan
Romansa"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu...