Terobsesi

1.6K 35 0
                                    

Ia ingin marah. Tapi tak bisa menumpahkannya pada apapun. Selain hanya berteriak-teriak seperti orang gila. Baru kali ini Andra dibuat tak waras oleh seorang wanita. Dan sialnya wanita itu adalah Alana. Mantan istri yang sudah menorehkan luka lama di hatinya delapan tahun yang lalu.
“Tidak! Aku bukan Andra yang lemah. Aku tidak boleh cengeng, aku bukan lagi Andra yang mudah masuk ke dalam jerat cintanya Alana. Aku tidak boleh merasa cemburu ataupun sakit hati hanya karena Alana berbagi kemesraan dengan lelaki yang bernama Danu itu. Tidak boleh!” Andra menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Lagi-lagi Andra harus berusaha meyakinkan hatinya, bahwa dirinya tak selemah dulu.
Hati tak boleh mengendalikannya. Andra harus membuang rasa cemburu itu jauh-jauh. Dan berusaha untuk masabodo dengan apa yang Alana lakukan dengan laki-laki lain. Karena tujuannya hanya satu. Yaitu menghancurkan Alana.
***
BRAK!
Shelry membuka pintu utama rumahnya dengan kasar. Kakinya melangkah masuk sambil bibirnya terus menggerutu.
“Hah, malam ini benar-benar sial! Dan semua ini gara-gara wanita miskin itu!” rutuk Sherly menghempaskan pantatnya di sofa yang ada di ruang tengah.
“Maaf, Non Sherly. Semua tas belanjaannya mau disimpan di mana?” tanya sopir Sherly dengan wajah sungkan. Tangannya dipenuhi dengan banyak papper bag yang tentu saja isinya belanjaan Sherly semua.
“Di garasi!” sentak Sherly kesal. “Ya dikamarku lah. Sudah tahu itu barang belanjaanku, masih saja banyak tanya!” ucap Sherly menggeram marah.
“Iya, maaf Non.” sopir itu menunduk dengan wajah takut. Kemudian buru-buru menarik dirinya dari sana. Enggan menjadi sasaran kemarahan majikan perempuannya itu.
“Kenapa sih, baru datang kok marah-marah?” tanya seorang lelaki setengah baya dengan perawakan jangkung dan masih tegap. Lelaki itu bernama Arwen. Dia adalah ayah kandung Sherly.
“Harusnya kamu seneng dong, ‘kan sudah jalan-jalan sama Andra,” lanjut Arwen merasa heran. Kemudian Arwen mendudukan dirinya di sofa yang berseberangan dengan Sherly.
“Huft. Andra sangat menyebalkan malam ini, Pa. Dia membuat aku kesal lagi,” adu Sherly dengan wajah memberengut.
“Apa lagi yang Andra lakukan sama kamu kali ini?” tanya Arwen. Nada bicaranya sudah mulai berubah, selaras dengan air mukanya yang mengeras.
“Dia ninggalin aku di mall begitu saja. Dia tidak mau mengantarku pulang. Jadi aku terpaksa menelpon sopir,” terang Sherly. Dan Arwen seketika itu langsung mengumpat dengan kasar.
“Kurang ajar Andra! Padahal Papa sudah memberitahu kedua orang tuanya agar menasihati Andra yang seperti batu itu. Tapi rupanya Andra tidak mau berubah. Lagipula kamu sendiri, ‘kan Papa sudah bilang, lupakan saja Andra dan lepaskan dia. Dia tidak mencintai kamu, Sherly. Perjodohan ini Papa rasa tidak akan pernah berjalan dengan lancar. Apa kamu tidak melihat seberapa keras kepalanya lelaki itu?”
Sherly makin mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Arwen. Kepalanya menggeleng pelan.
“Tidak mau, Pa. Aku cintanya sama Andra. Pokoknya apapun yang terjadi Andra harus menjadi milik aku, Pa. Aku tidak peduli mau dia mencintaiku atau tidak. Tapi yang jelas, hanya Andra yang aku mau! Papa tahu sendiri ‘kan, aku sudah menginginkan Andra bahkan sebelum Andra sempat menikah dengan Alana. Dan sekarang saat Andra sudah menjadi duda, aku tidak mungkin melepaskannya begitu saja!” Sherly mengatakannya dengan kekeh.
Membuat Arwen menghembuskan napasnya dengan kasar. Lalu memijit keningnya. Arwen sangat tahu jika Andra memang menolak perjodohan ini mentah-mentah. Tapi Arwen memanfaatkan kedua orang tua Andra yang gila akan harta, sebagai alat untuk menyatukan Andra dengan Sherly.
Arwen adalah seorang Papa yang ideal. Meskipun ia harus melakukan segala cara untuk bisa mewujudkan apapun yang Sherly inginkan.
“Dan ya. Papa tahu, apa yang menyebabkan Andra meninggalkanku dan pulang sendirian?”
Kening Arwen berkerut menatap Sherly. Kemudian Arwen menggelengkan kepalanya.
“Semua ini karena Alana, Pa. Alana! Mantan istri Andra yang miskin dan murahan itu!” cetus Sherly, dan Arwen mengangkat sebelah alisnya.
“Alana?” tanya Arwen. Ia memang pernah mendengar jika nama mantan istri Andra adalah Alana. Tapi selama hidupnya, Arwen belum pernah bertemu dengan Alana sekalipun. Jadi ia tidak tahu seperti apa rupa mantan istri Andra itu.
“Iya, Pa. Aku dan Andra bertemu dengan Alana di bioskop. Dan dengan beraninya, Alana malah menyentuh tangan Andra di depan mataku sendiri. Aku tidak terima, Pa. Jadi aku menamparnya. Dan karena itulah Andra marah padaku. Andra bilang katanya aku sudah membuat keributan. Pokoknya Papa harus balas Alana, Pa. Aku tidak rela Andra mengabaikanku karena wanita itu!” pinta Sherly menggoyang-goyangkan lengan Arwen dengan tatapan memohon.
Dan Arwen yang tidak tahu harus mengatakan apa. Kini hanya menganggukan kepalanya.
“Baiklah. Papa akan bantu kamu. Nanti Papa akan pikirkan bagaimana caranya memberi pelajaran pada wanita yang bernama Alana itu!” kata Arwen dengan tegas. Yang langsung saja membuat kedua sudut bibir Sherly tertarik.
Sementara hati Sherly tertawa. ‘Rasakan kamu, Alana! Kamu tidak tahu seberapa berkuasanya Papaku. Inilah akibatnya jika kamu berani macam-macam denganku!’ batin Sherly tersenyum penuh seringai.
***
Kini Alana dan Danu sudah tiba di rumah. Dan begitu pulang, Alana langsung masuk ke dalam kamar Rehan lantas memeluk tubuh bocah kecilnya itu yang ternyata sudah tertidur dengan lelap.
“Rehan..” Alana menyibak rambut Rehan yang hitam legam. Lantas memandangi wajah anaknya dengan seksama.
“Tadi Mama bertemu dengan Papa kamu. Dia sedang kencan dengan calon istrinya. Entah kenapa hati Mama merasa sakit melihat Papa kamu bersama dengan wanita lain. Padahal tak seharusnya Mama merasakan cemburu. Karena di antara kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi,” desah Alana sambil berbisik pelan.
Tanpa dapat ditahan, bulir bening jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Alana menyekanya dengan sebelah tangan.
Ya. Hatinya sangat sakit, perih dan mungkin terasa ditusuk dengan sembilu saat melihat Andra yang tengah dirangkul mesra oleh Sherly.
‘Aku baru melihat mereka jalan berdua. Tapi hatiku sudah seperih ini. Bagaimana jika nanti aku menyaksikan Andra bertunangan dengan Sherly di acara ulang tahun perusahaan? Aku tidak yakin apa aku akan sanggup melihatnya?’ Alana berkata lirih di dalam hatinya.
Benaknya membayangkan tentang acara pertunangan Andra dan Sherly yang pastinya akan berlangsung dengan sangat mewah. Dan tanpa bisa menolak, Alana juga harus menjadi salah satu tamu di acara tersebut. Karena semua karyawan kantor juga akan menghadirinya.
‘Sepertinya aku harus mempersiapkan hatiku dari sekarang, agar aku memiliki kekuatan untuk melihat Andra yang akan memasangkan cincin tunangan di jari manis Sherly,’ lanjut Alana dalam batinnya.
“Mama?” suara Rehan yang tiba-tiba membuka matanya, membuat Alana terkejut.
“Engh, Rehan?” dengan segera Alana menghapus air mata yang membasahi kedua belah pipinya.

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang