Seperti Keluarga Bahagia

2.4K 63 0
                                    

“Inilah hadiahnya.” Danu sengaja membuka kotak beludru itu di depan Alana. Rehan dan Winarti kembali saling melempar senyum.

Alana terdiam dan menatap Danu dengan tatapan keberatan untuk menerimanya.  

“Maaf, Alana. Ini hanya cincin yang ku hadiahkan khusus di hari ulang tahunmu. Aku memberikannya murni hanya untuk itu. Bukan karena apapun. Jadi aku mohon.. jangan tolak pemberianku ya,” pinta Danu yang akhirnya membuat Alana menghela napas lega.

‘Hah, aku pikir Danu mau melamarku di hadapan ibu dan Rehan. Tapi rupanya Danu memberikan cincin ini hanya sebagai kado ulang tahun saja. Syukurlah. Karena jika Danu benar-benar melamarku di hadapan ibu ataupun Rehan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang harus ku lakukan nantinya.’ Alana bergumam dalam hati. 

“Baiklah. Aku akan menerima hadiah darimu ini. Terimakasih banyak untuk semua yang telah kamu lakukan dalam hidupku. Baik dulu maupun sekarang. Aku tidak akan pernah bisa melupakan jasamu, Danu,” tutur Alana dengan memberikan tatapan lembut pada Danu.

Lelaki itu hanya menarik kedua sudut bibirnya mengukir senyum bahagia. Lantas sebelah tangan Danu hinggap di puncak kepala Alana, dan mengacaknya dengan gemas.

“Sama-sama Mama Alana yang cantik dan manis,” goda Danu membuat semua tertawa melihatnya. Sementara Alana pura-pura mencebikan bibirnya sebelum ikut terkekeh dan menggelengkan kepala.

Alana benar-benar tidak menyangka jika hari ini ia akan mendapat sebuah kejutan yang tak pernah diduganya. Kebaikan Danu begitu tulus, tetapi Alana tak berdaya untuk membalas cinta yang lelaki itu miliki.

“Jadi kapan kuenya akan dipotong? Perut Rehan sudah lapar, Ma?” 

KRUCUK! KRUCUK! 

Bukannya langsung menjawab, Alana dan Winarti malah menertawakan perut Rehan yang berbunyi. Sementara Danu mengambil alih kue yang Rehan bawa sambil terkekeh mengusap kepala bocah lelaki yang bibirnya mulai cemberut karena ditertawakan.

“Ya sudah. Kita potong kue nya saja sekarang ya.” Alana memutuskan dan Rehan langsung bersorak kegirangan.

“Yeay! Kita makan kue! Kita makan kue!” 

Danu menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Rehan yang menggemaskan. Dirangkulnya Rehan menuju meja makan. Sementara Winarti dan Alana sudah berjalan lebih dulu. Mereka sama-sama menarik kursi dan Alana mulai memotong-motong kue ulang tahun yang dibeli oleh Danu itu, kemudian menaruhnya di atas empat piring kecil.

“Potongan kue yang pertama untuk Rehan. Anak lelaki Mama yang paling baik dan pintar,” ujar Alana mengangsurkan piring berisi kue pertamanya pada Rehan yang duduk di sampingnya.

“Terimakasih, Ma.” Rehan menerima piring itu, lalu mengecupkan bibirnya di pipi kiri Alana. 

Danu tersenyum memandangi moment manis antara ibu dan anak itu sambil menopang pipinya dengan sebelah tangan.

“Kue yang kedua, untuk ibu yang selalu ada di sampingku. Selalu menemani aku di saat aku mengalami masa-masa sulit, hingga sekarang. Aku tidak akan pernah melupakan cinta ibu yang tidak pernah terbatas untukku.” Alana memberikan potongan kedua untuk Winarti. Membuat wanita paruh baya itu tersenyum dan matanya nyaris berkaca-kaca menatap Alana.

“Terimakasih, Alana. Ibu berikan semua doa ibu yang terbaik untuk kamu,” ujar Winarti mengusap punggung tangan Alana. Mereka saling melempar senyum penuh kasih.

Hingga akhirnya Alana memberikan potongan kue ketiganya pada Danu, lelaki yang duduk di samping kanannya. Mata Danu sepertinya enggan beralih dari wajah Alana sejak tadi.

“Dan kue ketiga ini untukmu, Danu. Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Aku nyaris kehilangan Rehan di usia kandunganku yang ketujuh bulan. Tetapi seorang dokter baik hati rela melakukan segala hal untuk menyelamatkannya. Meskipun saat itu aku tidak membawa uang sepeser pun. Kamu adalah dokter yang baik hati. Lahirnya Rehan dengan selamat ke dunia ini, selain karena kebesaran Tuhan, Juga karena pertolonganmu sebagai dokter. Untuk itu aku sangat berterimaka—“

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang