Transfer setelah Melayani

5.1K 84 1
                                    

Selang beberapa saat, pelayan hotel wanita itu sudah kembali dengan membawa nampan di tangannya.

“Satu pastry, segelas susu hangat, satu cangkir kopi  pahit dan setangkup roti.”  pelayan itu menaruh makanan yang ia sebut satu per satu di atas meja. “Apa ada lagi yang ingin dipesan?” tanya pelayan itu pada Alana dan Andra. 

Namun keduanya menggeleng.

“Tidak. Sudah cukup ini saja.  Terimakasih banyak,” jawab Alana sambil melemparkan senyum ramah. Pelayan hotel itu mengangguk dan ia kembali pamit.

Kini Andra dan Alana mulai sibuk dengan makanan yang ada di depan mereka masing-masing. Andra menyeruput kopi pahitnya yang masih beruap. Sedang saat ini tidak ada yang bersuara di antara mereka.

Pikiran Andra masih melayang tidak pada tempatnya. Andra masih penasaran dengan sosok lelaki bernama Rehan yang tadi telponan dengan sangat mesra bersama Alana.

Begitu setangkup roti di atas piringnya nyaris habis, Andra mengangkat kepala dan menatap tepat pada wajah Alana yang tengah menunduk  pada makanannya.

“Aku tidak menyangka, kalau ternyata kamu pandai sekali menjaga tubuhmu dengan baik, Alana.”

Ucapan Andra seketika menghentikan pergerakan mulut Alana yang sedang mengunyah pastry. Alana kini balas menatap Andra dengan wajah bingung.

“Aku tidak mengerti  dengan apa maksud dari perkataanmu barusan.”

Andra menopang kedua siku-nya di tepi meja. Netranya sempurna menatap Alana dengan intens. 

“Tubuhmu masih begitu wangi, dan rasamu juga sangat sempit. Mencengkeram milikku dengan begitu nikmatnya. Hingga membuatku ingin menyentuhmu lagi dan lagi,” bisik Andra dengan senyum miring di wajahnya.

Alana langsung memalingkan pandangannya ke kaca lebar yang ada di sampingnya. Ia menelan makananya dengan kasar sementara hatinya mendadak perih begitu mendengar ucapan Andra yang sangat merendahkannya.

‘Apa Andra tidak merasa malu mengatakan hal itu padahal kita sedang makan.’ Alana berkata dalam hati.

Laki-laki itu pasti ingin menginjak harga dirinya lagi. Dan Alana sudah bisa menebak itu. Ia harus mempersiapkan diri untuk mendengar kalimat Andra yang selanjutnya.

“Semalam itu, kamu benar-benar membuatku sangat puas Alana. Aku sampai tidak bisa menggambarkan bagaimana hebatnya dirimu saat sedang menghangatkan ranjang bersamaku,”  ucap Andra yang seakan tidak ingin berhenti.

Alana menghembuskan napasnya kasar. Tanpa melihat Andra, tangannya meraih gelas susu hangat di hadapannya dan Alana langsung menghabiskannya hingga tandas.

“Kapan kita akan pulang kembali ke Jakarta? Besok?” tanya Alana dengan suara yang berat. Pandangannya masih menatap ke samping.

“Kenapa memangnya?” Andra balas bertanya dengan alis yang terangkat sebelah. “Kenapa kamu ingin pulang cepat-cepat? Kita masih bisa ambil cuti dan menikmati waktu lebih banyak di sini. Mungkin tinggal di bali dalam beberapa hari lagi bukan masalah bagimu. Lagipula aku masih ingin membeli tubuhmu, Alana.”

Mata Alana melebar dan kepalanya menoleh pada Andra yang wajahnya tampak begitu santai saat mengatakan itu.

“Oh iya. Aku lupa memberitahumu, jika semalam aku sudah mentransfer sejumlah uang sebagai bayaran atas jasamu memuaskanku. Aku tidak tahu berapa hargamu dalam satu malam. Jadi jika kurang, kamu katakan saja dan aku pasti akan dengan senang hati menambahkannya,”  ucap Andra yang seketika itu membuat mata Alana berkaca-kaca.

Bahkan Alana meremas gelas susu yang telah kosong itu dengan kuat. Andai Alana tak bisa mengendalikan diri, pasti gelas itu akan pecah di tangannya saat itu juga.

“Aku tidak akan lagi menjual tubuhku. Jadi berhenti membeliku!” sentak  Alana meraih tas selempangnya yang ada di atas meja. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Andra sambil menyeka air matanya.

Setelah Alana pergi, Andra mengalihkan pandangannya kearah kaca lebar di sampingnya. Lantas bibirnya menyunggingkan senyum hambar. 

*** 

Pintu lift tertutup. Dan Alana menyandarkan punggungnya dengan tangis yang tak dapat ia tahan. Tangannya menekan dadanya dengan kuat. Menghalau rasa sesak yang mendera di sana.

Untunglah lift ini sepi. Jadi Alana bisa menangis sepuas yang ia bisa.

“Kenapa kamu tidak pernah puas mencemoohku? Kenapa kamu selalu ingin membuat hatiku sakit, Ndra? Aku berusaha untuk kuat. Tapi perkataanmu terlalu menyakitkan jika hanya untuk ku telan,”  isak Alana memejamkan matanya rapat-rapat.

Tapi ketika pintu lift terbuka, ia segera menyeka air matanya dan Alana bergegas keluar dari lift itu.

Kakinya melangkah gontai menuju kamar hotelnya. Alana berpikir, jika ia butuh untuk menenangkan hati dan pikirannya yang terlanjur dicabik-cabik oleh perkataan Andra.

KLEK! 

Alana menutup pintu kamar hotelnya dengan rapat. Kemudian ia menghempaskan pantatnya kasar di tepi ranjang. 

Hatinya bergemuruh, begitu melihat ponselnya dan ia mendapat notifikasi transfer dari Andra. 

“Seratus juta?”  ucap Alana sambil tersenyum miris.

“Apa sebegitu rendahnya harga diriku di matamu, Ndra? Kamu hanya menilaiku dengan uang. Yang aku mau hanya kamu yang dulu. Bukan uangmu. Aku tidak pernah menginginkan harta dan kekuasaanmu. Kapan waktu akan mengungkap semuanya? Aku ingin Andra-ku yang dulu,”  gumam Alana yang membiarkan air matanya meluruh membasahi pipi.

Hati Alana merindu pada sosok Andra yang ia cintai. Tapi saat ini lelaki itu masih sibuk dengan dendam dan kebencian yang berkuasa dalam hatinya.

***

Siangnya, Andra dan Alana kembali mengadakan pertemuan dengan James. James si pebisnis muda nan tampan itu kini tampak lebih gagah dengan kemeja polos yang sengaja kancing atasnya ia buka beberapa. 

Dan batin Andra berdecih melihat itu. Andra tahu sekali jika James pasti sedang berusaha memikat Alana dengan pesonanya.

“Senang sekali aku bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan Anda, Mr. Andra,” kata James dan Andra mengangguk sebagai balasan.

“Aku juga begitu. Semoga kerja sama kita akan berjalan dengan baik,” ujar Andra lalu menyeruput kopi hitamnya.

Alana yang duduk di samping Andra, seketika menggigit bibirnya saat pandangan mata James beralih kearahnya. Lelaki tampan itu melempar senyum yang merekah pada Alana.

“Kamu terlihat sangat cantik sekali hari ini, Alana. Dan entah mengapa aku selalu suka menatap wajahmu. Maaf jika aku lancang, tapi aku selalu berkata sesuai dengan kenyataan,” tutur James yang setengah berkedip pada Alana. Membuat Alana meremas rok yang ia kenakan. 

Perasaan cemas melingkupi hati Alana saat ini.

‘Kenapa Mr. James senang sekali menggodaku? Bagaimana jika Andra marah lagi dan dia akan kembali menyentuhku dengan kasar seperti kemarin,’ batin Alana gelisah dan was-was.

Alana melirik kearah Andra dengan ujung matanya, ternyata lelaki itu kini tengah sibuk dengan kopi pahit yang tidak pernah lepas dari kehidupannya sehari-hari.

“Jika seandainya besok aku mengajak kamu dinner di pinggir pantai, apa kamu mau Alana?” tanya James pada Alana.

Bola mata Alana melebar mendengarnya. Sementara Andra melirik sebentar kearah James dengan menahan hawa panas di dadanya. Kemudian Andra memilih untuk mengalihkan pandangannya kearah lain.

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang