Tatapan Alana yang berurai air mata membuat Andra mengumpat dan segera bangkit dari tubuh wanita itu.
“Ah, Siall!” Andra menggeram. Dan tanpa melihat lagi kearah Alana, Andra bergerak cepat meraih ponselnya yang ada di atas nakas lalu keluar dari kamar hotel itu dan menutup pintu dengan membantingnya.
BRAK!
Alana bangkit duduk dan terhenyak menatap kearah pintu. Ia juga membetulkan bathrobe-nya.
“Kenapa Andra tiba-tiba pergi dan marah seperti itu?” gumam Alana, tapi kemudian ia menarik napasnya lega. “Syukurlah. Karena dia tidak jadi menyentuhku. Meski sejujurnya aku sangat merindukan sentuhan Andra. Tapi jika ia menyentuhku dengan penuh penghinaan, maka lebih baik dia tidak melakukannya. Apalagi saat ini kita sudah bukan suami istri,” desah Alana sambil meremas bathrobe yang ia kenakan.
Sementara itu..
Andra masuk ke dalam kamar hotelnya dan ia langsung menutupnya hingga menimbulkan suara berdebum. Entah mengapa lelaki itu senang sekali membanting pintu.
“Argghh.. sialnya kamu Andra! Kenapa kamu bisa menjadi selemah itu hanya karena melihat mata Alana yang basah? Kenapa kamu kalah oleh air mata palsu wanita itu!” kesal Andra meremas rambutnya.
Andra terus merutuki dirinya yang lemah. Padahal tadi Andra baru akan melakukan penyatuan pada tubuh Alana. Hanya saja sialnya Andra malah tertegun melihat air mata yang membanjiri pipi wanita itu.
Tatapan Alana terasa menusuk ke dalam jantungnya. Melunturkan semua kebencian di hati Andra saat itu juga.
Makanya Andra memutuskan untuk segera pergi dari kamar Alana, sebelum hatinya luluh pada wanita itu.
“Tidak! Ini tidak benar. Alana tidak bisa mengendalikan kebencianku! Aku tidak boleh mengendalikan hati. Aku ingin menyentuhnya hanya untuk menunjukan pada wanita itu seberapa murah harga dirinya di mataku. Hanya karena itu saja. Bukan karena aku masih menyimpan rasa padanya!” kata Andra menegaskan dirinya sendiri agar niatnya tidak mudah goyah.
Meski Andra akui jika tubuh Alana begitu menimbulkan candu baginya. Hingga kini, telapak tangan Andra masih bisa merasakan kelembutan dari kulit Alana.
Apalagi harum tubuh wanita itu, tak pernah berubah. Masih tetap sama seperti saat mereka masih menikah dulu.
“Saat ini Alana mungkin bisa merasa lega karena aku tidak jadi memiliki tubuhnya. Tapi besok atau lusa, aku pastikan dia tidak akan bisa berjalan akibat ulahku! Aku akan terus menyiksa hatimu sampai kamu meminta ampun dan mengaku menyesal telah menghianatiku!” desis Andra dengan tatapan yang begitu tajam.
Matanya sarat akan kebencian. Sepertinya, penderitaan Alana belum berakhir sampai malam ini. Karena rasa benci di hati Andra belum surut sama sekali.
***
Siang ini, Alana dan Andra bertemu dengan klien penting yang akan membahas tentang proyek bisnis mereka. Namanya Mr. James. Seorang pebisnis muda yang baru menginjak kepala tiga. Tampak lebih muda dari Andra yang sudah tiga puluh empat tahun.
Mereka duduk di sebuah restoran yang letaknya ada di pinggir pantai. Pembicaraan mereka tampak berjalan dengan lancar. Tapi yang membuat Andra merasa risih adalah James seolah tak bisa melepaskan pandangannya dari Alana yang duduk di hadapannya.
Jika dilihat dari tatapannya, sepertinya James terpesona pada wanita itu.
“Ekhemm.. Maaf, Mr. James. Apakah kita bisa membicarakan ini lebih serius?” tanya Andra dengan perasaan kesal yang ia sembunyikan. Sebab James lagi-lagi melarikan matanya kearah Alana yang mana siang ini mengenakan dress terusan berwarna peach. Sedang rambut wanita itu tergerai dengan lembut.
“Oh, Maaf Mr. Andra. Aku jadi tidak fokus karena wajah cantik sekretaris Anda mengalihkan semuanya,” ujar James dengan terus terang.
Dan Andra menatap pada Alana yang juga menatapnya. Hanya saja, tatapan Andra tampak menyiratkan amarah. Bahkan tangannya yang memegang gelas di atas meja, kini sudah terkepal hingga jari-jarinya memutih.
‘Bagus, Alana. Kamu memang wanita penggoda yang hebat. Pintar sekali caramu merayu klien kita dengan menggunakan pakaian itu,’ batin Andra memindai tubuh Alana yang terbalut dress yang sebenarnya tak terlalu seksi. Terlihat biasa saja. Tapi entah mengapa justru tampak indah di tubuh Alana.
“Kalau aku boleh tahu, sejak kapan kamu bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Mr. Andra?” James bertanya sambil menatap Alana dengan intens.
“Dia baru bergabung di perusahaanku. Dia sekretaris baru.” baru saja Alana membuka mulut, Andra lebih dulu menyerobot pertanyaan dari James dengan menjawabnya.
“Wah, kamu masih baru bergabung di perusahaan milik Mr. Andra tapi kinerjamu sudah sangat patut diacungi jempol, Alana.” James memuji dan Alana mengangguk seraya tersenyum tipis.
“Terimakasih Mr. James. Anda terlalu menyanjungku.”
“Aku tidak sedang menyanjungmu, Alana. Tapi memang begitu kenyataanmu. Caramu berbicara pada klien benar-benar sopan dan lugas. Aku sungguh kagum padamu,” tutur James dengan senyum yang semakin mengembang di wajahnya.
Membuat wajah Alana memerah sembari tersenyum canggung.
“Mohon maaf, Mr. James. Apa tidak sebaiknya kita lanjutkan ke pembicaraan kita tadi?” Andra mencoba menyela. Untuk menghentikan godaan James pada Alana.
Karena sejujurnya, entah mengapa rayuan James justru membuat Andra megap-megap dan hatinya kepanasan.
“Oh iya, kamarmu ada di lantai berapa? Apakah kita menginap di lantai yang sama?” bukannya mendengarkan Andra, James malah terus saja berbicara pada Alana.
“Engh, aku menginap di lantai 7,” sahut Alana.
Dan James langsung menghembuskan napas kecewa. “Wah, sayang sekali. Aku di lantai 9. Tapi lain kali kamu boleh datang ke sana jika ingin membahas sesuatu. Pintuku pasti akan terbuka dengan lebar,” ujar James. Dan Andra langsung menyentak gelas kosong di atas meja. Membuat James dan Alana segera menatapnya dengan kening yang berkerut.
“Mr. Andra. Ada apa?” tanya James saat Andra sudah bangkit berdiri dari kursinya.
“Mohon maaf, Mr. James. Mungkin pembicaraan kita cukup dulu sampai di sini. Besok siang kita akan lanjutkan lagi. Sampai jumpa!” Andra berkata pada James dengan menahan rasa kesal di dadanya. Membuat James menatapnya dengan wajah bingung.
Lalu Andra menyambar tangan Alana agar ikut bangkit dan pergi dari tempat itu dengan segera. Mau tidak mau, Alana menurut saja. Mereka berlalu meninggalkan James yang merasa aneh dengan tingkah Andra.
“Apa dia sedang merasa cemburu?” gumam James bertanya-tanya.
“Andra! Lepaskan! Jangan tarik-tarik tanganku seperti ini!” pinta Alana sambil berusaha melepaskan cekalan Andra di tangannya. Tetapi usaha Alana hanya sia-sia. Sebab tentu saja tenaga Andra jauh lebih kuat darinya.
Tanpa banyak kata, Andra membuka pintu kamar hotel Alana, kemudian menjatuhkan tubuh wanita itu di atas ranjangnya begitu saja.
“Begini caramu memikat klien kita?” tanya Andra dengan sinis. Alana tercenung dengan tuduhan Andra.
Dengan tetap duduk di atas ranjang, mata Alana menyipit pada lelaki itu.
“Apa maksud kamu bicara begitu? Aku benar-benar tidak mengerti, Ndra.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri CEO Tampan
Romance"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu...