Makian Mantan Mertua

1.9K 57 0
                                    

“Kamu sedang apa? Kenapa kamu terlihat gelisah seperti sedang memikirkan sesuatu? Apa kamu sedang ada masalah, Alana? Kamu bisa cerita sama aku kalau kamu mau.” Danu tetap berdiri di tempatnya. Tak berani masuk ke dalam kamar Alana di saat Rehan tak sedang ada di sana.

 Alana menggelengkan kepala sambil memaksakan senyumnya. Lantas ia berdiri menghampiri Danu. 

“Sungguh, Alana. Aku tak akan keberatan jika menjadi tempatmu menceritakan segala keluh kesah. Aku akan setia mendengarnya agar beban di hatimu berkurang.” Danu kembali menawarkan dirinya.

Danu tahu sekali jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Alana. Wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu namun enggan mengatakannya. Danu hanya ingin membuat Alana merasa lega, itu sebabnya ia menawarkan diri.

‘Danu sangat peka. Dia selalu tahu saat aku sedang ada masalah. Tapi aku tidak mungkin mengatakannya pada Danu. Cukup aku yang menelan sendiri perlakuan Andra padaku. Baik Danu, ibu maupun Rehan. Tidak ada yang boleh tahu tentang masalah yang sedang ku hadapi ini,’ gumam Alana dalam batinnya.

Alana menggeleng dan menyentuh lengan kanan Danu.

“Tidak ada apa-apa, Danu. Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak sedang punya masalah apapun. Oh iya, di mana Rehan?” tanya Alana langsung untuk mengalihkan pembicaraan.

“Di kamarnya. Kami baru saja mencetak hasil foto tadi. Dan Rehan tidak bosan-bosan melihatnya,” sahut Danu. Membuat senyum Alana semakin merekah.

“Ya sudah. Aku mau ke kamar Rehan dulu. Aku mau melihatnya.”

Danu mengangguk. Lantas membiarkan Alana berlalu dari hadapannya. Tapi kedua netra milik Danu masih memerhatikan punggung Alana yang bergerak menuju kamar Rehan.

“Masalah apa sebenarnya yang sedang kamu sembunyikan dariku, Alana? Sungguh Alana. Kamu adalah wanita yang tidak pandai berbohong! Aku tahu kamu sedang tak baik-baik saja. Kamu menyembunyikan sesuatu dariku,” gumam Danu setelah punggung Alana benar-benar menghilang di balik pintu kamar Rehan.

***

“Heh! Enak ya. Baru pulang jalan-jalan dari bali bersama dengan anakku!” cetus Nita yang baru saja datang sudah membuat keributan di meja kerja Alana.

Tapi Alana mencoba untuk tak tersulut emosi. Alana tak mau terpancing dengan kata-kata dari mantan ibu mertuanya itu.

Jadi alih-alih menanggapi, Alana memilih tetap fokus dengan layar monitor yang tengah ia tatap di hadapannya. Dan tentu saja hal itu membuat Nita geram. Karena merasa Alana tidak tahu sopan santun mengabaikannya.

“Apa telingamu tuli, Alana? Aku sedang bicara padamu!”

“Mohon maaf, Nyonya Nita. Tapi aku sedang banyak pekerjaan saat ini. Jika Nyonya sedang butuh bantuan maka dengan senang hati akan ku bantu. Tapi jika Nyonya datang hanya untuk mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, sebaiknya Nyonya tidak perlu capek-capek memakiku hingga mulut Nyonya berbusa. Karena aku tidak akan menanggapinya!” ucap Alana dengan nada yang begitu tegas.

Membuat Nita mengepalkan kedua tangannya sambil matanya menatap tajam kearah Alana.

“Kamu pikir kamu ini siapa, hah? Kamu itu cuma gembel jika seandainya tidak ditolong oleh anakku untuk bekerja di perusahaan ini. Padahal wanita yang tidak tahu diri seperti kamu itu memang pantasnya ada di kolong jembatan. Sama sekali tidak cocok bekerja di sebuah perusahaan mewah seperti ini.”

Alana tak menggubrisnya. Jemarinya berkutat di atas keyboard dan tatapannya tetap lurus pada layar monitornya. Enggan menanggapi ocehan Nita yang Alana tahu tidak akan ada habisnya. 

Meskipun ia diam seribu bahasa, tetapi bohong jika Alana mengatakan ia tak sakit hati kala mendengar cemoohan yang Nita tuturkan padanya. Sebab sakit hati itu manusiawi, tapi Alana hanya sedang berusaha menahan dirinya agar tak bangkit dan melayangkan tamparan ke mulut Nita.

Alana tahu, Nita mengganggunya hanya agar Alana terpancing emosi lantas membuat keributan dan kemudian dimarahi oleh Andra. Tapi Alana tidak akan melakukan itu.

“Kamu tahu di mana posisi kamu, Alana? Kamu jangan pernah bermimpi sedikitpun untuk merebut kembali hati Andra. Jangan senang hanya karena kemarin Andra mengajakmu pergi ke bali. Tujuannya semata-mata hanya untuk urusan bisnis.” Nita tertawa mengejek dan Alana tetap tidak peduli. 

‘Huft.. sampai kapan Nyonya Nita akan terus berdiri di sana dan menggangguku? Semoga saja aku masih bisa menahan diri untuk tidak balas melawannya,’ batin Alana.

Nita masih menatap tajam pada Alana yang tetap menunduk di balik meja kerjanya. Sambil berdecih, Nita melipat kedua tangannya di—dada.

Dalam hatinya, Nita menggerutu kesal. Karena kediaman Alana justru membuatnya jengah. Yang Nita inginkan, seharusnya Alana melawannya agar Nita bisa mengadukannya pada Andra.   

“Oh iya. Kamu sudah tahu ‘kan kalau Andra dan Sherly akan segera menikah?” pertanyaan Nita kali ini seketika menghentikan pergerakan jemari Alana di atas keyboardnya. Tubuh Alana membeku begitu saja. Membayangkan tentang Andra yang akan segera menikahi Sherly.

“Kenapa diam? Heh? Kamu tidak perlu sekaget itu Alana. Andra dan Sherly memang sepasang kekasih. Mereka akan segera melangsungkan pertunangan, lalu kemudian menikah. Sherly adalah calon istri yang paling cocok untuk Andra. Dia sudah cantik, kaya dan tentunya mereka akan menjadi pasangan suami istri yang sempurna. Apa kamu tahu ke mana mereka akan bulan madu setelah menikah nanti?” 

Nita sengaja menekan nada suaranya dan tubuhnya agak membungkuk pada Alana. Agar kedua telinga Alana dapat menangkap setiap kalimat yang ia ucapkan dengan jelas.

Alana meneguk ludahnya kasar, kedua tangannya kini sudah teremas di atas paha. Entah kenapa Alana merasa sakit dan tidak rela mendengar Andra yang akan menjadi milik Sherly tidak lama lagi.

“Mereka akan bulan madu ke bali, lalu ke luar negeri. Coba bayangkan, pasti Andra dan Sherly akan menjadi pengantin yang bahagia. Sedangkan kamu, kasihan sekali. Kamu diajak ke bali tapi bukan untuk bulan madu, hahah..” Nita terbahak melihat Alana menghembuskan napasnya kasar sambil mengelus dadanya.

Tidak peduli meski Alana tak melawannya, melihat Alana terdiam kaku seperti itu saja sudah membuat Nita cukup puas. Nita sangat tahu, Alana pasti sedang dibakar oleh rasa cemburu di dalam hatinya.

‘Rasakan kamu wanita murahan! Selama kamu masih bekerja di perusahaan Andra. Kamu tidak akan pernah tenang dari makianku!’ ucap Nita dalam hatinya, bibirnya menyunggingkan senyum miring pada Alana. Sebelum kemudian memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Andra.

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang