Dia Kekasih Alana?

1.4K 45 0
                                    

  Sherly mendesah kesal, saat Andra malah duduk di balik meja kerjanya dan kembali bekerja dengan fokus. 

‘Lagi-lagi dia mengabaikanku? Hmm.. tapi tidak apa. Setidaknya aku puas karena sudah berhasil membuat Alana terkejut dengan ciumanku tadi. Saat ini Alana pasti sedang menangis karena merasa cemburu melihat mantan suaminya sedang bercumbu—mesra dengan wanita lain.’ Sherly menyeringai di dalam hatinya.

Setelah Sherly pergi dari ruangannya, Andra menghentikan pekerjaannya sejenak. Kini otaknya justru tak bisa fokus. Bayangan wajah Rehan yang mirip dengannya kembali melintas dalam benak Andra.

“Rehan..” gumam Andra pelan. 

Bergerak cepat Andra menarik laci meja kerjanya, lantas mengeluarkan beberapa lembar foto dari sana. Yaitu foto masa kecilnya. Dan hati Andra mencelos begitu saja, ketika melihat wajahnya saat masih berumur sepuluh tahunan begitu mirip dengan bocah yang bernama Rehan itu.

“Jika ini memang sebuah kebetulan. Maka ini adalah kebetulan yang sangat langka. Aku belum pernah bertemu dengan seorang anak kecil yang mirip denganku, kecuali Rehan.” Andra bergumam kembali. Bibirnya tersenyum sembari jemarinya mengusap wajahnya yang tertera di selembar foto itu.

Tampak Andra kecil dulu sedang tersenyum pada kamera. Menampilkan deretan giginya yang putih dan bibirnya yang mengukir senyum lebar.

“Andai saja aku dan Alana masih bersama. Pasti saat ini kami sudah memiliki seorang anak yang seusia dengan Rehan,” ucap Andra mengulum senyumnya. Kemudian mendesah pelan saat sadar bahwa apa yang ia katakan tak mungkin terjadi.

 Karena pada kenyataannya, penghianatan Alana telah merampas semua mimpi itu dari dalam hidup Andra.

“Seorang anak?” kekeh Andra pelan. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang bodoh. “Setelah Alana berhasil menghancurkan hidupku, apakah aku masih mengharapkan seorang anak darinya? Heh. Sepertinya tidak. Aku tidak ingin anakku tumbuh dan di lahirkan dari rahim—seorang wanita penghianat!” tegas Andra dengan rahang yang mengeras. 

Meski sejujurnya Andra ingin sekali mengharapkan anak lelaki yang lucu dan tampan seperti Rehan. Tapi ketika Andra kembali terbayang akan penghianatan yang Alana lakukan padanya delapan tahun lalu, Andra langsung mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh.

Menurut Andra, Alana tak panas mengandung anaknya! 

*** 

“Hallo, Pak Andra. Ada yang bisa aku bantu?” tanya Alana saat lagi dan lagi Andra menelponnya. Namun kali ini lelaki itu menelpon ketika jam makan siang sudah tiba.

“Kamu jangan makan siang di pantry! Aku mau makan siang di luar. Dan aku mau kamu menemaniku!” 

TUT!

Alana kembali membuang napasnya lelah. Sebagaimana kebiasaan Andra, lelaki itu selalu saja mematikan telpon tanpa menunggu sahutan dari orang lain. Dan Alana tahu sekali, kalau perintah Andra tadi memang tak akan bisa ia bantah.

Tak lama Andra keluar dari ruang kerjanya. Sambil membenarkan letak jasnya, Andra melemparkan tatapannya yang terasa dingin pada Alana. 

“Aku tidak mau makan di restoran dekat kantor. Makanan di sana membuat perutku bosan. Cepat ambil tasmu dan ikut aku ke mobil!” perintah Andra. 

“Baik, Pak Andra.” Alana menganggukan kepalanya. Lantas bergegas tangannya menyambar sebuah tas selempang berwarna maroon yang terletak di atas meja. Kemudian bergerak cepat menyusul langkah Andra yang sudah memencet lift.

Selama di dalam lift, tak ada satupun yang berani membuka suara. Baik Alana dan Andra, keduanya tetap bergeming hingga mereka benar-benar masuk ke dalam mobil hitam milik Andra.

“Simpan saja tasmu di sini!” suruh Andra menepuk tempat di tengah-tengah mereka ketika melihat Alana yang hendak memasang seatbelt.

Alana menurut, dilepasnya tas selempangnya, kemudian ditaruhnya tas itu di tempat yang Andra suruh. Namun akibat tak hati-hati, Alana yang lupa menutup resleting tasnya itu kini justru tak sengaja menjatuhkannya ke bawah. Hingga dompet dan ponselnya berserakan.

“Ah, maaf Pak,” cicit Alana saat Andra melemparkan delikan tajam padanya.

“Kenapa kamu ceroboh sekali?! Menaruh tas dengan benar saja tidak bisa!” rutuk Andra tapi tangannya bergerak mengambil dompet dan ponsel Alana yang tergeletak di dekat kakinya. Sementara Alana mengambil tasnya.

“Lihatlah! Saking cerobohnya kamu, isi dompetmu juga ikut keluar,” omel Andra. Yang seketika membuat mata Alana melebar mendengarnya.

‘Isi dompetku? Di sana ‘kan ada fotonya Rehan! Tidak! Jangan sampai Andra melihatnya!’ batin Alana menjerit dengan panik.

“Dua lembar foto? Foto siapa ini?” Andra meraih dua lembar foto yang posisinya terbalik. Baru saja Andra hendak membalikan kedua foto itu saat tangan Alana lebih dulu menarik salah satunya. Karena tangan Andra cukup kuat memegang foto yang satunya lagi. Hingga Alana tak bisa menarik keduanya.

Gerakan Alana yang cepat membuat Andra terkejut dan heran.

“Maaf, Pak Andra. Ini barang-barang milikku. Tidak seharusnya Anda melihatnya tanpa izin,” kata Alana sambil menggenggam erat foto Rehan yang ada di tangannya. Berusaha untuk menyembunyikannya dari Andra.

Mata Andra memicing pada Alana. “Mengapa aku tidak boleh melihatnya? Lagipula ini hanya sebuah foto ‘kan?” tanya Andra. Tapi Alana hanya terdiam dan meneguk ludahnya kasar. 

Sekarang suasana di dalam mobil Andra terasa begitu mencekik bagi Alana. Alana merasa menyesal telah menyanggupi ajakan lelaki itu untuk menemaninya makan siang. Alana takut Andra akan curiga padanya hanya karena sebuah foto.

“Tapi foto ini adalah milikku. Dan Anda tak diizinkan untuk melihatnya!” tegas Alana tak mau kalah.

Andra tak menggubris. Ia membalikan selembar foto yang masih tergenggam di tangannya. Namun seketika bibirnya bungkam dan air mukanya langsung berubah keruh.

“Oh. Pantas saja kamu tidak mengizinkanku melihatnya. Ternyata foto ini yang kamu simpan di dalam dompetmu, Alana,” ucap Andra menunjukan selembar foto di tangannya pada Alana.

Itu adalah foto Danu yang sedang disuapi oleh Alana ketika Alana berulang tahun. Dan yang memasukan foto itu ke dalam dompet Alana adalah Rehan. 

Alana mendesah lega. Ia tidak masalah jika Andra harus melihat fotonya yang sedang bersama Danu. Alana bersyukur karena tadi ia cekatan menarik foto Rehan dari tangan Andra. Jika tidak, Alana tidak bisa membayangkan akan bagaimana reaksi Andra nantinya?

Andra mendengkus masam, ia lalu tersenyum kecut sambil melemparkan selembar foto itu pada Alana.

“Heh! Sungguh manis sekali. Ku rasa kalian memang pasangan yang cocok. Kamu pasti sengaja menaruh foto lelaki bernama Danu itu di dalam dompetmu agar bisa selalu melihat wajahnya ‘kan? Bagus Alana. Hanya satu saja pesanku, jangan tinggalkan dia seperti saat kamu meninggalkanku dulu!” sindir Andra membekukan tubuh Alana.

Tanpa kata, Alana hanya kembali merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Lantas ia Andra menekan gas dan melajukan mobilnya untuk menjauhi baseman kantor.

Ketika mobil Andra sudah membelah jalanan yang terasa begitu ramai di siang ini, Alana menepikan punggungnya pada sandaran kursi sambil menolehkan pandanganya ke luar jendela.

‘Terimakasih Tuhan. Karena Engkau tak membiarkan Andra untuk mengetahui tentang Rehan hari ini. Aku tahu kalau apa yang ku lakukan ini mungkin sangat kejam bagi Andra dan juga Rehan. Karena telah memisahkan mereka berdua, sementara mereka adalah ayah dan anak yang terikat dalam hubungan darah. Tapi aku belum siap. Ada sesuatu yang membuat hatiku takut. Aku takut kedua orang tua Andra mendengar tentang keberadaan Rehan, lantas mereka akan melakukan segala cara untuk menyakitinya. Tidak! Tidak akan ku biarkan itu terjadi.’ Alana mendesah dalam batinnya.

Sementara itu, Andra tetap menyetir meski pikirannya tidak fokus. Hatinya sedang kalut. Dan beberapa kali Andra menggeram dalam hatinya. Kedua tangannya mencengkeram kemudi. 

Rahangnya bahkan terlihat mengeras. Rasa cemburu sudah mengusik hatinya saat ini.

‘Ternyata benar. Lelaki yang bernama Danu itu adalah kekasihnya Alana. Kalau tidak, untuk apa Alana menyimpan fotonya yang sedang menyuapi Danu di dalam dompetnya? Hhh.. sok romantis sekali dia. Tapi sialnya kenapa aku tidak suka!’

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang