“Maaf, Danu. Aku.. lagi dan lagi aku harus minta maaf. Aku tidak bisa menerima lamaran kamu untuk yang kesekian kalinya,” tolak Alana halus. “Tolong kamu jangan kecewa. Aku sudah sering bilang, kalau selama ini aku selalu menganggapmu sebagai sahabatku yang terbaik. Tidak ada yang sebaik dirimu. Tapi untuk urusan menikah.. bahkan aku sendiri tidak pernah berpikir tentang pernikahan. Aku belum bisa membuka hatiku, Danu.” Alana berkata dengan riak muka penuh perasaan bersalah.
Dan Danu mengangguk mengerti. Senyum di bibirnya masih mengembang meski tak selepas tadi.
“Tidak apa-apa, Alana. Aku sangat paham dengan keputusanmu saat ini. Tapi kamu harus tahu satu hal. Kalau aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hati kamu. Aku akan selalu berusaha membuat kamu jatuh cinta padaku, Alana. Karena selama kamu masih sendiri, aku masih punya kesempatan untuk menjadikanmu milikku.”
Alana menggeleng samar. Kemudian menghelakan napas pelan.
“Jangan terlalu berharap padaku, Danu. Aku tidak bisa menjanjikan apapun untuk kamu. Emhh, sepertinya sekarang aku sudah mulai mengantuk. Aku akan tidur lebih dulu. Selamat malam..”
“Selamat malam, Alana.”
Danu mengangguk tersenyum membiarkan Alana bangkit dari duduknya. Netra Danu masih setia memindai tubuh Alana yang bergerak pelan menuju kamar. Hingga akhirnya Alana menghilang di pandangan matanya.
“Hhh.. lagi dan lagi, kamu ditolak, Danu!” desah Danu menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi seraya memijit keningnya yang terasa pening.
“Mengapa sulit sekali untuk mendapatkan hatimu, Alana? Aku paham, kalau kamu mungkin pernah memiliki masa lalu yang buruk. Tapi kenapa kamu tidak mau memberikan kesempatan pada orang lain untuk mencoba membahagiakan kamu dan Rehan? Padahal aku sangat percaya diri, kalau aku punya cinta yang tulus pada kalian berdua.” Danu bergumam mendongkakan wajahnya.
Kini pandangannya kosong menatap pada langit-langit ruang tengah yang begitu hampa. Rumah sewa Alana yang sederhana hanya mampu memberikan penerangan yang temaram untuk setiap ruangan.
“Andai kamu mau hidup denganku, aku pasti akan membawa kalian hidup bahagia di sebuah rumah yang lebih layak dari ini. Tapi tidak apa-apa. Tidak akan ada yang tahu isi hati seseorang. Bukankah hanya Tuhan yang bisa membolak-balikan hati manusia. Jika sekarang kamu masih menolakku, mungkin suatu saat kamu akan menerimaku dengan sepenuh hati, Alana. Dan aku sangat yakin dengan itu,” ucap Danu dengan percaya diri.
Ya. Danu memang bukanlah lelaki yang patah semangat. Sebelumnya ia belum pernah jatuh cinta seperti ini. Belum ada satu pun wanita yang mampu menggetarkan hati Danu selain Alana.
Danu sungguh mencintai Alana dengan segala kesederhanaan serta kelembutan hati wanita itu. Namun, entah kapan Danu akan berhasil mewujudkan mimpinya untuk menikahi Alana dan menjadikannya satu-satunya wanita dalam hidupnya.
***
Di pukul dua pagi seperti ini, bukankah sudah seharusnya orang-orang sudah tertidur dan sibuk menyelami alam mimpi?
Tetapi hal itu tidak terjadi pada Andra. Alih-alih menyembunyikan tubuhnya di balik selimut dan berbaring di atas ranjangnya yang nyaman. Andra justru memilih menyibukan dirinya dengan duduk di minibar yang berada di rumahnya.
Tangan kanannya mencekik botol minuman yang entah sudah keberapa saat ini.
“Alana..” desahnya sedikit menggeram. Matanya sudah memerah, menyilatkan sebuah amarah dan api cemburu yang terasa membakar di dadanya.
“Kenapa kamu harus semurahan itu? Apa kamu saking memuja uang dan uang, hingga kamu memilih menjadi seorang wanita murahan? Eh? Sungguh menjijikan!” Andra berdecih lalu kembali meneguk minuman yang ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri CEO Tampan
Romance"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu...