Pertengkaran di Bioskop

1.7K 44 0
                                    

Kini posisi duduk Alana telah diapit oleh dua orang lelaki tampan yang bertubuh jangkuk nan kekar di kedua sisinya. Ada Danu di samping kanannya, sedang di samping lainnya ada Andra. Yang mana tatapannya begitu tajam ke layar bioskop. Bibirnya terkunci meski benaknya sudah panas tak karuan. Mengingat Danu yang sesekali berbisik mesra di samping Alana, atau pun menawarkan popcorn pada wanita itu.

‘Sialnya kamu Andra! Kenapa aku harus mengikuti egoku untuk membuntuti Alana dengan Danu? Sekarang hatiku yang jadi panas sendiri melihatnya. Dan Sherly yang merepotkan sudah membuatku duduk seperti orang bodoh, dan melihat kemesraan mereka di sampingku. Sungguh! Malam ini adalah malam yang paling menyebalkan dalam hidupku!’ rutuk Andra dalam hatinya.

“Sayang, kamu mau popcorn? Tadi kamu bilang mau makan popcornnya satu untuk berdua. Atau mau aku suapin. Sini, buka mulut kamu..” Sherly bersikap semanja mungkin pada Andra. Tentu saja untuk membuat Alana cemburu.

“Tidak usah. Aku tidak ingin popcorn!” tolak Andra hanya melirik sekilas pada Sherly, kemudian kembali memusatkan pandangannya pada layar bioskop yang belum juga memutar film. Tangannya bersidekap di depan.

“Ayo sayang. Kamu jangan malu-malu, Ndra. Hal yang wajar kok kalau kita menampilkan kemesraan di depan orang-orang. Toh sebentar lagi juga kita akan bertunangan ‘kan?” dengan senyum lebar, Sherly menyuapi Andra dengan paksa. Hingga mau tak mau Andra membuka mulutnya dan mengunyah popcorn itu. Tapi matanya melempar delikan pada Sherly.

Sementara itu, Alana yang melihat Andra dan Sherly, kini merasakan cemburu di dalam hatinya. Entah mengapa setiap kali mendengar kata tunangan, hati Alana mendadak resah dan tak rela.

‘Lupakan, Alana! Lupakan! Andra sudah bukan milikmu lagi. Dia akan menjadi milik orang lain.’ lirih Alana dalam hatinya.

Hingga akhirnya film yang mereka tunggu-tunggu kini diputar juga. Layar itu mulai memunculkan gambar dan backsound filmnya terdengar di penjuru ruangan. 

Semua mata fokus menatap ke depan sana. Begitu juga halnya dengan Alana dan Andra. Sherly bahkan sampai membuka mulut takjub saat adegan pertama dimulai. Danu menjepit dagunya dengan telunjuk dan ibu jari. Tatapannya fokus pada film yang ternyata juga kesukaannya.

Namun saat layar bioskop menampilkan sebuah adegan yang membuat Alana terkejut, sontak tanpa sadar Alana menjerit dan menyentuh tangan seseorang.

“Aaakhh..” 

Andra langsung menoleh pada Alana. Tapi yang membuat Andra terkejut adalah tangan Alana yang meremas punggung tangannya. Hingga jantungnya yang berada di dalam rongga dadanya kini sudah memompa begitu cepat. Menjalarkan sebuah rasa yang tak dapat Andra lukiskan. Lebih lagi kedua bola mata mereka saling bersitatap satu sama lain.

“Heh! Wanita murahan! Kurang ajar kamu ya! Berani-beraninya memegang tangan calon suamiku!” 

PLAK!

“Sherly!”

“Alana!”

Sherly yang bangkit dan menampar Alana, membuat Danu dan Andra memekik. Cepat Andra menahan Sherly yang hendak melayangkan tamparan kedua di pipi Alana.

“Jangan tahan aku, Ndra! Aku harus memberi pelajaran pada wanita murahan yang tidak tahu diri ini. Dia memang pantas ditampar!” Sherly berusaha memberontak. 

Sementara Danu sudah menarik Alana ke rangkulannya, dan tangan Danu mengusap-usap lengan Alana dengan gerakan menenangkan.

“Maaf. Sebaiknya kamu bawa saja pacar kamu itu pulang. Kalau saja aku tidak ingat dia wanita, mungkin aku juga sudah menamparnya balik karena tidak terima dengan caranya memperlakukan Alana!” tegas Danu pada Andra. Danu makin merapatkan rangkulannya di lengan Alana, membuat Andra yang melihatnya memilih untuk memalingkan wajah.

“Ayo pergi, Sherly! Jangan membuat keributan di sini! Kamu membuatku malu!” bisik Andra dengan rahang yang merapat.

Ditariknya Sherly untuk menjauh dari bioskop itu. Tak lupa Andra juga membawa serta belanjaan Sherly yang begitu banyak. Hingga membuat Andra semakin merasa susah.

“Andra! Aku nggak mau. Aku belum puas menampar wanita itu! Berani sekali dia menyentuh tangan kamu dengan mesra. Kamu itu cuma milik aku, Ndra. Milik aku!” jerit Sherly yang tak tahu malu. Wanita itu terus berteriak sambil mencoba melepaskan cekalan tangan Andra yang begitu kuat menariknya keluar dari bioskop.

Tapi Andra tak menggubrisnya sama sekali. Langkahnya tetap tegas. Membawa Sherly menjauh dari Alana dan Danu.

***

Pintu lift baseman terbuka, dan Andra terus menarik tangan Sherly menuju mobil hitam metalik milik Andra yang terparkir rapi di sana.

“Aw, sakit Andra! Kamu gak bisa pelan-pelan ya tarik tangan aku? Nanti kalau tangan aku lecet gimana?” protes Sherly memberengut saat Andra melepaskan cekalan tangannya.

BRAK!

“Ambil semua belanjaan kamu itu!” cetus Andra melempar semua papper bag yang ada di tangannya ke lantai baseman. Sontak saja membuat Sherly membolakan matanya dan ia ketar-ketir memunguti semua tas belanjaannya yang dilempar oleh Andra.

“Kamu kok gitu sih, sayang? Ini ‘kan barang mahal semua! Berlianku bisa rusak.”

Andra tetap memasang wajah datarnya. Enggan menghiraukan gerutuan Sherly yang hanya akan membuat telinganya sakit.

“Kenapa kamu membuat keributan di dalam ruang bioskop tadi? Apa kamu tidak merasa bersalah setelah membuatku malu?” Andra berbicara dengan nada tinggi. Tak peduli pada penjaga baseman yang berada di sana dan sejak tadi memerhatikan mereka.

Sherly menyipitkan matanya. “Kok kamu jadi salahin aku? Harusnya yang kamu salahkan itu Alana. Siapa suruh dia seenaknya pegang-pegang tangan kamu dengan mesra. Ya jelas aku marah lah, sayang. Kamu ‘kan calon suami aku!” 

“Tapi kelakukan kamu di dalam bioskop yang menampar Alana, sudah menunjukan betapa kamu terlihat lebih rendah dari dia. Kamu bukan hanya mempermalukanku. Tapi juga mempermalukan dirimu sendiri. Kamu benar-benar membuatku muak, Sherly!” kesal Andra mendengkus masam. 

“Sekarang kamu pulang saja sendiri! Jangan ikut dengan mobilku!” Mulut Sherly membuka saat Andra mengatakan itu lalu membalikan badannya melangkah menuju mobil.

“Andra! Tidak bisa begitu dong, sayang. Aku ‘kan ke sini sama kamu, ya aku pulang harus sama kamu juga?” Sherly menjeritkan protesnya. Sambil menenteng-nenteng tas belanjaannya yang banyak, Sherly mencoba membujuk Andra.

“Pulang saja naik taksi!” suruh Andra cuek sembari membuka pintu mobilnya, mengabaikan Sherly yang terus menggerutu.

“Tidak mau! Kamu benar-benar akan ninggalin aku sendirian di sini, sayang? Gimana kalau nanti aku diculik orang jahat?” 

“Bodo!” Andra mulai menyalakan mesin mobilnya. Kaca mobilnya masih terbuka hingga suara Sherly masih terdengar dengan jelas di telinganya.

“Andra! Kalau kamu ninggalin aku, aku bakalan aduin sikap kamu ini sama Tante Nita dan Om Darma!” ancam Sherly.

“Ter-serah! Ck! Dasar tukang ngadu!” decak Andra kesal. Tapi ia tetap memilih untuk mengabaikan Sherly dengan segala ocehannya.

Hingga kemudian Andra mulai menekan gas, dan benar-benar melajukan mobil hitam metalik itu menjauhi pelataran parker. Membuat Sherly menjeritkan nama Andra dengan suaranya yang melengking, bahkan sang penjaga parkir sampai harus menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. 

“Andraaaa! Kamu jahat sama akuuu!” teriak Sherly.

 Dengan wajah kesal penuh amarah di hatinya, Sherly menghentak-entakan kakinya ke lantai baseman sambil mencengkeram tas belanjaanya dengan erat. 

“Aarghh.. ini semua gara-gara Alana! Wanita murahan itu yang sudah membuat Andra meninggalkan aku sendirian di sini. Awas kamu ya Alana! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu hidup tenang,” rutuk Sherly dengan napasnya yang menahan emosi. 

Sambil kerepotan dengan barang belanjaannya, Sherly merogoh ponselnya yang ada di dalam tas, kemudian menghubungi sopirnya.

“Pak! Jemput aku sekarang! Aku share lokasinya. Awas kalau lama!” perintah Sherly tegas lalu mematikan telponnya.

 “Huh! Terpaksa aku harus pulang dengan sopirku! Memang Alana wanita pembawa—sial!”

Mantan Istri CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang