“Ck! Ceroboh sekali! Bagaimana bisa kamu terjatuh begini. Ayo bangun!” Andra berdecak saat ia berjongkok di depan Alana. Tangannya terulur untuk membantu Alana berdiri.
Namun Alana menampiknya dengan pelan.
“Tidak perlu. Terimakasih. Mau aku jatuh atau tidak pun. Tidak usah memerdulikan itu!” Alana mencoba bangkit berdiri, namun ia kembali terjatuh lagi. Sepertinya pergelangan kakinya yang kemarin terkilir, kini mulai terasa sakit lagi.
“Siapa juga yang peduli padamu. Dengar ya, kalau bukan karena kamu itu sekretarisku yang tenaganya sangat ku butuhkan. Mana sudi aku menolongmu!” Andra menatap Alana dengan mengatakan ucapannya setegas mungkin.
Padahal tentu saja Andra berbohong. Sebab kenyataannya hati lelaki itu nyaris copot hanya karena melihat Alana yang jatuh terhempas ombak.
Alana menyipitkan matanya pada Andra. “Dan sayangnya aku tidak memerlukan bantuanmu, Pak Andra atasanku yang terhormat!” sindir Alana dengan sengaja menekankan status Andra.
Andra mendengkus melihat Alana yang mencoba berdiri dengan sempoyongan. Tetapi melihat itu mau tak mau Andra merasa kasihan juga.
Hingga akhirnya Andra tak bisa menahan sabarnya lagi. Andra mendengus lalu menggendong tubuh Alana begitu saja tanpa permisi.
“Aakhh! Apa yang kamu lakukan? Siapa yang menyuruhmu menggendongku?!” pekik Alana yang terkejut dan kini menatap Andra dengan raut protes.
Andra mengedikan bahunya. “Naluriku sebagai seorang atasan yang menyuruhku menggendongmu,” jawab Andra asal.
“Turunkan aku sekarang juga Andra! Aku tidak meminta bantuan apapun padamu. Kakiku tidak sakit dan aku masih bisa berjalan sendiri!” pinta Alana sambil mengguncang-guncangkan kedua kakinya dalam gendongan Andra. Sedang tangannya berontak memukuli dada—bidang milik lelaki itu.
“Apa kamu bisa diam! Aku bukan mau menculikmu, jadi diamlah! Atau tidak aku akan melemparmu ke tengah-tengah laut agar tubuhmu habis dimakan ikan hiu. Mau?!” sentak Andra melemparkan tatapan tajamnya pada Alana.
Mendapat tatapan seperti itu membuat tubuh Alana membeku seketika. Ia tak lagi melakukan berontakan sekecil apapun, sadar jika Andra yang sekarang adalah sosok lelaki yang bisa saja melakukan apa yang dikatakannya.
Alana menggeleng pelan. Membuat bibir Andra berkedut sedikit. Andra menyembunyikan tawanya yang tertahan karena melihat Alana yang langsung mengkeret tak berkutik dalam gendongannya setelah mendapat ancaman dari Andra.
Tentu saja Andra hanya main-main dengan ucapannya. Mana mungkin ia akan melempar Alana ke laut sementara Andra belum puas membalaskan dendamnya pada wanita itu.
“Sudah berbicara sendiri seperti orang gila! Untung saja pantai sedang sepi, jika tidak, orang-orang yang melihatmu pasti akan langsung menarik tanganmu untuk dimasukan ke rumah sakit jiwa!” Andra menggerutu sembari membalikan badannya membawa serta tubuh Alana untuk bergerak menjauhi pantai.
Alana meringis dalam hati.
‘Jadi dari tadi Andra melihatku yang sedang bergumam sendiri di pinggir pantai? Oh, Tuhan. Kenapa aku sampai tidak menyadari keberadaan lelaki itu? Aku pikir Andra sedang ada di kamar hotelnya. Tapi ternyata dia juga ada di pantai yang sama. Kalau tahu begitu, untuk apa aku sibuk mencari angin demi mengulur waktu untuk pergi ke kamarku?’ batin Alana lalu menggigit bibirnya.
Kini matanya tak tahan untuk mendongkak ke atas. Menatap pada rahang Andra yang begitu tegas terpampang di hadapannya. Alana diam-diam tersenyum dalam hati.
‘Sekarang dia menolongku. Aku sampai bingung dengan sifatnya. Terkadang Andra akan menjelma menjadi sosok malaikat yang tersembunyi dalam wujud iblis. Tapi terkadang pula dia akan berubah menjadi iblis sepenuhnya. Dan saat ini, sisi baiknya sedang berpihak padaku. Andraku. Entah mengapa aku merasa jika yang sedang menggendongku ini adalah Andraku yang dulu.’ Alana berkutat dengan batinnya.
Meski wajah tegas Andra begitu lurus dan datar. Meski tatapan lelaki itu selalu terlihat tajam. Tapi saat ini Alana bisa merasakan segelintir kelembutan yang Andra berikan padanya.
Alana tahu Andra peduli. Tapi ego dan kebenciannya masih mendominasi.
“Sampai kapan kamu akan menatapku seperti itu?” ketus Andra dengan nadanya yang khas. Terdengar dingin dan langsung membuat Alana mengalihkan pandangannya kearah lain.
‘Hhh.. ternyata dia sadar jika aku sedang memerhatikannya. Alana! Di mana harus ku sembunyikan wajahku?’ Alana meneguk ludahnya kasar. Telapak tangannya sampai berkeringat menahan malu. Sedang pipinya sudah memerah saat ini.
KLEK!
Andra langsung menendang pintu kamar hotel milik Alana begitu ia selesai menempelkan kartu aksesnya.
Tungkainya yang panjang nan lebar kini melangkah menuju sebuah sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Dengan agak kasar, Andra menjatuhkan tubuh Alana di sana.
“Aww..” Alana meringis memegangi pinggangnya yang seperti mau copot. Matanya menatap Andra yang menjulang tinggi dengan wajah datarnya.
“Cepat mandi dan bersihkan tubuhmu. Kamu sangat basah dan kotor sekali!” perintah Andra. Suara baritone-nya membuat Alana mengangguk pelan.
Mata Andra memicing kearah Alana. “Kenapa masih diam saja? Apa kamu tidak mendengarku? Atau kamu ingin aku sendiri yang membopongmu ke kamar mandi dan menyabuni tubuhmu dengan tanganku sendiri, Alana?” lanjut Andra sembari menyunggingkan senyum miring pada Alana.
“Tidak! Tidak! Aku masih bisa berjalan ke kamar mandi dan aku masih bisa membersihkan tubuhku sendiri! Jadi sekarang bisakah kamu keluar dari kamarku. Karena jujur saja, aku merasa risih jika harus mandi sedangkan seorang lelaki yang bukan suamiku ada di dalam kamarku!” kata Alana berusaha menampilkan sikap tegasnya pada Andra.
Tapi Andra hanya balas menatap Alana dengan sebelah alis yang terangkat. “Kamu merasa risih jika aku ada di kamar ini? Tapi kamu malah menikmati sentuhanku saat tubuhmu tanpa busana di bawahku kemarin malam, Alana. Dan, jangan lupa. Kamu juga menjerit saat kita mendapat pelepasan bersama.”
Alana merapatkan bibirnya dengan menahan jengah. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah lain dengan rasa kesalnya yang tertahan.
“Bisakah kamu keluar dari kamar ini sekarang, Andra!” ulang Alana lagi. Alana tak yakin Andra akan berhenti saat sikap iblisnya mulai kembali mendominasi.
Sambil mengurut dagunya dengan ibu jari dan telunjuk, Andra menatap Alana dengan penuh seringaian. Wajah Alana tampak keruh saat ini. Dan Andra seakan ingin menjadikan kekesalan Alana sebagai mainannya sehari-hari.
“Baiklah. Aku akan pergi ke luar. Tapi tidak menutup kemungkinan jika nanti aku akan kembali lagi saat aku membutuhkan tubuhmu!” bisik Andra membuat Alana mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas paha. Menahan agar tidak melemparkan vas bunga di atas nakas ke kepala Andra.
Mata Alana juga terpejam rapat. Hatinya tersayat. Alana tak mau terlihat semakin lemah dengan menjatuhkan air matanya lagi di hadapan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri CEO Tampan
Romance"Saya akan bantu lunasi biaya operasi Andra. Tapi dengan satu syarat," ucap wanita tua itu pada Alana. "Apa syaratnya, Ma?" "Tinggalkan Andra, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupannya!" Demi kesembuhan Andra, Alana rela meninggalkan suaminya itu...