Kezia terbangun di sebuah ruangan gelap yang tergenang air. Bau amis sangat menyengat di sini. Di depannya terdapat pintu besi. Kezia menyadari kaki dan tangannya di rantai oleh seseorang.
Apakah ia sedang bermimpi? Mengapa tiba tiba ia berada di ruangan ini?
Kezia berusaha menggerakkan kakinya yang terasa amat sakit, berusaha menyusuri sekitar.
"Hehehe apa kau terkejut?" suara serak seorang pria tiba tiba muncul di depannya diiringi kepulan asap hitam yang perlahan membentuk tubuh seseorang.
Sosok pria dengan badan kekar dan sepasang tanduk juga kedua sayap hitam bak kelelawar muncul di depannya. Pria itu menyeringai.
" Bukankah kau sudah penasaran bagaimana wujudku? Aku tau wujud ini mengagumkan tapi bersikaplah biasa sedikit." ucap pria itu.
Kezia bingung dengan situasinya. Ia hanya tertidur di ranjang dan terbangun di tempat antah berantah.
"Bau mu masih sangat kuat, bangsa demon punya nafsu besar. Meski kau tidak memakai sihir. Mereka adalah definisi nafsu itu sendiri. Jadi perhatikan tingkah lakumu jika ingin tetap hidup ya?"
Kezia hanya diam. Ia memilih tidak menatap netra merah darah pria itu. Tidak bisa dipungkiri ia merasa terintimidasi terlebih ia tidak tau cara keluar dari tempat ini.
Pria itu terus memperhatikan gerak gerik Kezia. Ia tersenyum puas bisa menakuti penyihir itu.
"Ini saatnya untukmu bertemu tuan." Setelahnya rantai di kaki dan tangan Kezia digantikan dengan sebongkah logam merah mengunci kedua tangannya.
Kezia diam saja saat demon itu membawanya keluar dari penjara yang tampak menyeramkan. Do bawah lampu remang remang mulai terdengar teriakan serta lebih banyak bau bau busuk yang menyeruak masuk ke indranya. Kezia menemukan ada banyak manusia di dalam sel dengan kondisi yang amat buruk
Saat Kezia berhasil dibawa keluar sel pemandangan di depannya bukan langit biru dengan matahari tapi langit merah pekat dengan aura mencekam.
"Tempat macam apa ini?" tanya Kezia pelan, masih terkejut.
Demon itu tidak berusaha menjawab pertanyaan Kezia dan terus menyeretnya lebih cepat.
Kezia terkejut saat beberapa demon berusaha meraihnya dengan cakar panjang hitam. Hampir saja, tubuhnya terkoyak.
"Hehe maaf bangsa kami memang sedikit sulit untuk dikendalikan" ucap pria itu setelah menyerang segerombolan demon yang baru saja mendekatinya.
"Apa kalian berencana membunuhku? Tempat ini jelas seperti neraka bagiku." ucap Kezia tanpa bisa menutupi ketakutannya.
"Hehe kau akan menyukai tempat ini nanti." putus pria itu kemudian kembali menyeret Kezia masuk ke ruangan yang lebih besar.
"Baumu menyengat sekali"
Pria itu kembali berbicara. Namun fokus Kezia teralihkan ketika ia merasakan aura kuat berada tepat di depannya. Kezia reflek berusaha melepaskan diri dari cengkraman demon yang membawanya dan berusaha melarikan diri.Aura itu sangat kuat hingga dirinya menjadi sangat ketakutan. Pria itu mengeluarkan kukunya hingga lengan Kezia sedikit terkoyak dan mengeluarkan darah. Tubuh Kezia bergetar. Ia terduduk dengan lengan yang masih dicengkeram kuat.
Kezia kemudian mulai menangis dan meraung, ia seolah memohon untuk dilepaskan. Namun demon didepannya hanya terdiam. Tuannya memang punya aura kuat. Sudah jarang ada makhluk yang dibawa ke ruangan pribadi tuannya. Walau memang semua yang pernah menghadap di sini selalu merasa setakutan hanya dengan aura tuannya.
Demon itu akhirnya menggendong tubuh Kezia yang terus bergetar sambil menangis. Ia kembali melangkah mendekati pintu besar di depannya.