Seorang gadis tampak berdiam diri lama di ruangannya. Itu Kezia yang masih saja termenung lama.
"Nasib buruk selalu menghampiriku." ucap gadis itu nanar.
Pasti akan lebih dramatis jika ia mulai mempelajari beberapa sihir untuk mengembangkan kemampuannya dalam melawan musuh atau siapapun itu.
Harusnya ada yang menjelaskan pada Kezia mengapa nasibnya mulai berubah buruk. Apakah ada seseorang yang memberikan kutukan pada dirinya tanpa disadari? Bertemu dengan berbagai makhluk immortal dalam waktu berdekatan. Tidak adil sekali untuk penyihir lemah yang cuma modal sihir perangsang saja.
Kezia lelah sekali. Bangsanya sangat tertutup dari dunia luar, jadi sangat sulit untuk bisa belajar sesuatu. Sangat sulit jadi orang bodoh dan terlibat dengan hal-hal besar seperti ini.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Kezia menoleh mendapati demon yang terus menerus mengikutinya.
Kezia hanya menggeleng lemah.
"Kau suka ruanganmu? Sudah seminggu dan kita punya rumah bersama."
Siapa sangka seorang petinggi immortal rela menuruti kemauannya kemudian malah tinggal di hutan terpencil dan membuat rumah di sana. Memikirkannya hanya membuat Kezia sakit kepala.
Pria ini akan selalu melakukan hal nekat untuk mengejarnya ke penjuru dunia. Kezia tidak berniat kabur untuk saat ini, biarlah dia akan menikmati perlakuan manis Mark saat dirinya menurut, dari pada diperlakukan seperti budak oleh lelaki itu.
"Kau sadar aku menggunakan sihir padamu kan? Semacam sihir pengikat. Kau seorang Lord. Apa tidak merasa direndahkan karena terperangkap sihirku?" tanya Kezia tiba tiba.
Mark sedang mondar-mandir mengangkut kayu bakar ke arah perapian. Lihatlah Lord yang satu ini sudah sangat mendalami peran sebagai manusia.
Mark tertawa pelan untuk beberapa saat. Lama sekali menunggu pria itu merespon ucapannya.
" Sihirmu memang cukup kuat. Tapi... Kau mungkin tidak menyadari beberapa hal."
Dahi Kezia menyernyit dalam mendengar perkataan Mark.
"Tubuhmu lemah, jadi sebenarnya tidak wajar jika punya sihir besar. Itu juga berlaku pada sihir pemikat yang kau punya, seharusnya juga tidak besar."
Perkataan pria itu hanya membuat Kezia bertambah bingung. Jadi dia tidak punya sihir yang kuat begitu? Lalu siapa yang bisa menjelaskan perihal banyak kejadian yang menimpa dirinya?
Mark tertawa ringan. Lalu bergerak mengusap pucuk kepala Kezia pelan.
"Kau memang masih bocah. Belajarlah menghormatiku karena aku sudah 300 tahun hidup."
Kezia memalingkan pandangannya. Apa yang sedang dibicarakan demon keparat ini.
Demon punya kasta tertinggi di struktur makhluk immortal, itu hanya prasangka saja. Kezia belum melihat yang lebih kuat dari demon terlebih seorang Lord demon.
Setelah mengisi kayu di perapian, Mark memunculkan api dari tangannya. Pria itu kemudian menghampiri Kezia di ranjang dan memeluknya dari samping, namun karena tubuh pria itu berat, mereka jadi berbaring bersama.
"Tubuhmu hangat sekali."ucap Kezia pelan. Pucuk kepala gadis itu terus diusap pelan, belum lagi usapan halus di lengannya. Kezia mulai mengantuk.
Mark menggeram pelan sebelum memeluk tubuh kecil itu lebih erat.