Dear Alvareza, chapter 13

576 59 3
                                    

Happy reading and, enjoy!






















Aji berjalan beriringan dengan mahendra di lobby rumah sakit setelah menebus obat yang di perlukan oleh aji, ia sekarang menggunakan jaket milik mahendra untuk menutupi alerginya yang sudah tidak separah tadi.

Aji alergi dengan kacang, dan tadi ia malah memakan roti dengan selai kacang di dalamnya. itu salahnya sendiri karena tidak membaca komposisi nya.

Aji sudah selesai dengan pengecekan nya, aji hanya di suruh istirahat dan makan makanan yang sehat, dokter sempat mengatakan bahwa ada sesuatu yang aneh pada aji dan menyuruhnya untuk memeriksa nya lebih lanjut.

Mahendra juga menyuruhnya seperti itu, namun aji kekeh ingin segera pulang saja dan akan mengeceknya lain kali.

"Lo beneran udah gapapa?. " tanya mahendra entah untuk keberapa kalinya. Saat ini mereka sudah berada di parkiran rumah sakit,

Aji melirik mahendra yang berada di samping nya , sudah lebih dari tiga kali sahabatnya ini menanyakan hal yang sama.

"Iya mahen, udah pulang aja. " mahendra akhirnya mengangguk ragu dan membuka pintu mobilnya. Kemudian mereka berdua langsung pergi dari halaman rumah sakit itu menuju rumah aji.

Di sepanjang jalanan tak ada yang bersuara kecuali suara lagu yang terputar di radio mobil milik mahendra. aji dan mahendra sama sama kalut dengan pikirannya sendiri. Hingga mereka sampai di halaman rumah aji yang terparkir beberapa montor besar.

Mahendra mengerutkan keningnya saat melihat banyak nya montor besar yang terparkir disana. mahendra keluar dari mobilnya dan disusul oleh aji.

"Siapa ji?. " tanya mahendra bingung.

"Oh iya, aku lupa mau ngomong. Sepupu aku untuk sementara tinggal disini, mungkin itu temen temennya. " jawab aji yang diangguki oleh mahendra. "Mau masuk dulu gak?. " tawar aji basa basi.

Mahendra mengangguk karena ia ingin sekalian menumpang kamar mandi. "Boleh deh, gue sekalian mau numpang kamar mandi. " aji mengangguk lalu mereka berdua berjalan masuk kedalam rumah aji.

Ruang tamu aji sudah penuh oleh asap rokok dari teman teman sepupunya itu, aji sesekali terbatuk karena tidak biasa menghirup asap rokok terlalu banyak. mahendra yang paham langsung mengajak aji ke dapur yang sedikit jauh dari area ruang tamu dan mahendra langsung masuk kedalam kamar mandi yang berada di dapur.

"Aji!. " panggil renan saat aji baru saja ingin membuatkan minuman untuk mahendra. Ia menoleh dan mendapati saudara nya yang sudah berdiri di ambang pintu dapur dan perlahan berjalan menghampiri nya.

"Bikinin gue minum, sama temen temen gue sekalian. " aji mencoba mengingat berapa teman teman sepupunya tadi lalu mengangguk mengiyakan permintaan dari sepupunya itu.

Mahendra keluar dari kamar mandi dan melihat aji yang sedang mengaduk beberapa gelas kopi. "Buat siapa? Banyak amat. " aji sedikit terkejut karena kedatangan mahendra yang tidak ia ketahui. Mahendra tertawa kecil lalu meminta maaf.

"Err, buat temen temennya renan. " mahendra menawarkan diri untuk membantunya namun aji menolaknya dan menyuruh mahendra untuk duduk saja di meja makan.

Setelah selesai dengan acara mengaduk nya, aji meletakkan beberapa gelas kopi itu pada baki lalu membawanya ke ruang tamu.

Sedangkan mahendra merenung menatap ke arah garpu garpu yang ia tata karena bosan barusan, tiba tiba ada suara barang yang pecah dan teriakan aji dari arah ruang tamu. Mahendra segera berlari tunggang langgang ke arah ruang tamu.

Aji berdiri dan menutup sebelah mukanya dengan tangan nya sendiri dengan pecahan kaca yang berada di sekitarnya tubuh aji. Mahendra segera menarik tangan aji dari mukanya dan melihat setengah muka aji memerah karena terkena air yang masih cukup panas.

Mahendra menatap tajam renan dan temannya yang malah tertawa melihat aji yang kesakitan. Mahendra melihat satu pasang sandal rumahan yang entah milik siapa, ia mengambil nya lalu melemparkan nya tepat di muka renan yang masih tertawa hingga sang empu menatap nyalang mahendra.

"GILA YA LO? ITU AIR PANAS BODOH. " Maki mahendra pada renan, karena pasti ia yang membuat ulah seperti ini.

Renan terkekeh sinis lalu melemparkan sendal tadi ke sembarang arah. "Salah dia sendiri, disuruh bikin kopi aja ga becus! Lo pikir kita mau minum kopi pait?. " ya, aji lupa menambahkan gula ke kopi milik renan dan teman temannya, dan itu membuat renan sangat marah.

"tapi bukan gini caranya sial!. " mahendra langsung memapah aji ke kamarnya untuk membilas wajah aji yang terkena air kopi.

Mahendra mendudukkan aji di kasurnya dan mencari keberadaan sapu tangan. Setelah mendapatkan sapu tangan yang ia cari, mahendra langsung membasahi sapu tangan itu dengan air dan kembali lagi ke aji yang masih duduk sembari memegangi bagian wajahnya yang terkena air kopi.

Mahendra duduk di sebelah aji lalu menyingkirkan tangan aji dari wajahnya, ia dengan perlahan dan hati hati membasuh wajah aji. Setelah selesai mahendra meletakkan sapu tangan itu di nakas.

"Masih kerasa panas gak?. " tanya mahendra, aji menggangguk dan menggeleng setelahnya.

"aku ga papa, udah mendingan. Kamu pulang aja hen. " aji menatap mahendra yang masih terdiam di tempatnya.

"Bener nih? kalo itu emang mau lo gapapa, ini obat lo. " mahendra menyerahkan obat yang ia taruh di saku celana nya pada aji. "Diminum pas lo udah makan biar alergi lo cepet sembuh terus lo bisa makan lagi kalo suatu hari alergi lo kambuh lagi. " aji hanya mengangguk mendengarkan penjelasan dari mahendra.

"Kalo muka lo masih panas, kompres aja kalo engga di salep. atau mau anak anak nginep sini?. " sambung nya. Aji menggeleng karena ia tak mau membebani teman temannya lagi.

"Beneran ya? Kalo ada apa apa telfon gue, balik dulu. " mahendra berpamitan lalu menutup pintu kamar aji dengan pelan namun saat menutup pintu utama ia dengan sengaja menutupnya dengan kasar.

BLAMMM...

Renan dan teman temannya ber jingkrak kaget karena suara pintu yang terdengar sangat keras, renan menatap pintu itu kesal.

"Dasar bocah sialan. "





































•.:°❀×═════════×❀°:.•



TBC

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang