Dear Alvareza, chapter 18

595 63 8
                                    

Happy reading and enjoy!


Aji memasangkan headset berwarna hitam nya di telinganya, ia memutar lagu kesukaannya sejak dulu yang di rekomendasikan oleh seseorang.

Setiap ia rindu dengan orang itu, pasti ia mendengarkan lagu yang telah di rekomendasikan oleh seseorang itu. Seperti saat ini, ia sangat merindukan sosok yang sudah ingin berteman dengannya saat sekolah dasar.


Tokk..

Tokk..


"Aji, woi. Ada nenek di bawah, keluar gih. " merasa tak ada jawaban dari aji, renan mencoba untuk membuka pintu kamar aji yang tidak di kunci.

Klekk..

"Ji ada--

renan menyadari adik sepupunya sedang memakai headset sembari duduk di meja belajarnya yang cukup berantakan, pasti sehabis belajar karena lusa ia sudah UAS.

Renan tersenyum lalu berjalan ke kursi meja belajar aji lalu menepuk pelan pundak aji hingga sang Empu menoleh dan melepaskan headset nya.

"Kenapa bang, ren?. "

"Itu, ada nenek di bawah. turun dulu temuin nenek. " aji menganggukk dan mengikuti langkah renan untuk menemui nenek dari pihak ayahnya.

"nenekkkk! " aji berlari mendahului renan yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah aji, lelah sekaligus gemas.

"Awas jatoh mampus. " baru saja renan berucap, aji sudah terpeleset saat di anak tangga kedua dari bawah hingga anak itu jatuh dengan kaki yang menjadi tumpuan.

"AWWWSS, aduh!! "

"Ya ampun cucu nenek! " nenek nina langsung menghampiri cucu nya yang masih terduduk.

"Nahkan, ngeyel sih lu. " renan menggeleng lalu berjongkok memperhatikan kaki aji yang terus ia pegangi.

Sedangkan aji hanya tersenyum menunjukkan deretan gigi rapih nya itu, terlalu bersemangat untuk bertemu dengan nenek nya yang sudah lama tidak men jenguk nya.

memang dulu neneknya ini sangat sering mengunjungi dirinya, namun sekarang

"Sini gue bantu berdiri. " renan menjulurkan tangannya lalu di balas aji untuk mencoba berdiri.

Namun baru saja menapakan kakinya aji sudah kembali terjatuh karena rasa sakit di kakinya yang sepertinya terkilir.

"Nenekk sakit. " nenek nina pun ikutan kalut hanya bisa mengelus elus kepala cucu nya itu.

Renan berinisiatif untuk memijit kaki aji karena dulu ia pernah seperti itu juga.

"AKHH BANG REN SAKITT. "


PLAKKKK


"Woi bocah, kok paha gue di geplak?!  "

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang