Dear Alvareza, chapter 03

732 103 3
                                    

Happy reading....











Barra menyeringai saat mengetahui siapa yang berada di belakang nya. Aji sudah sangat ketakutan di tempatnya. "Oh, aji. Ngapain?. " tanya nya dengan nada meremehkan.

Aji hanya bisa merapalkan doa agar barra tidak melakukan hal yang aneh dengannya. Walaupun toilet ini cukup dekat dengan kantin, namun jarang sekali ada orang yang datang ke toilet ini. Karena letaknya yang cukup jauh dari aula utama dan juga toilet nya yang sedikit tidak terurus.


Seperti pintu toilet yang tidak bisa dikancing, beberapa bagian dinding yang berlumut,dan toilet yang sudah sedikit rusak (for real)

"Tadi gue liat lo udah berani duduk sama pangeran sekolah ya? Wah wah wah, keren banget lo. " barra mendorong bahu aji cukup keras hingga badannya menubruk tembok dibelakangnya.



BUGHH




Barra beralih untuk mengunci pintu toilet. Kemudian memaksa aji untuk berjongkok didepan nya, lalu ia juga ikut berjongkok.

"Shhh!. " aji meringis saat barra menjambak rambutnya dengan kasar. Dengan sedikit keberanian yang di milikki oleh aji, ia menatap wajah barra yang tepat di depannya. Wajah yang terlihat sangat tidak berperasaan dan jangan lupakan seringaian mengerikan nya.

"K-kamu kenapa, giniin aku terus sih? Aku ada salah sama kamu?bahkan sebelumnya kita gapernah interaksi sama sekali " tanya aji terbata bata karena rasa takut nya.

barra mengubah raut wajahnya menjadi datar lalu semakin memperkencang jambakan nya di rambut coklat milik aji.


Bughh

Tanpa alasan barra meninju perut aji dengan keras, membuat sang empu kembali meringis kesakitan. Sedangkan barra menguarkan tawa puasnya. "Kenapa gue bully lo? Gatau sih, gue cuman ngerasa cowok lemah kaya lo itu harus di giniin. " barra melepaskan jambakan nya lalu mengambil ember berisi air kotor bekas untuk mengepel toilet ini.


BYURRRR


Barra menyiramkan air pel itu tepat di atas tubuh aji yang sedang menelungkup, tubuh aji kini mulai tercium aroma amis. Lalu membuang asal ember yang sudah kosong itu. Barra menatap bengiskorban bully nya selama tiga tahun terakhir ini.

Entah karena alasan apa barra selalu membully aji ketika dia tidak mau menuruti permintaan nya. Namun barra berhasil lolos dari skors dan do karena orang tuanya adalah orang yang berkuasa di sekolah ini.

"Jadi cowok itu jangan lemah!. " barra menendang tubuh aji yang masih menelungkup di pojok toilet laki laki. Barra kembali berjongkok dan menarik kerah baju aji yang sudah basah karena air pel yang ia guyurkan.


BRAKKK

Pintu toilet dibuka paksa oleh seseorang di luar sana. Barra mendongak untuk melihat siapa yang sudah mendobrak pintu toilet ini. Sedangkan aji masih saja menelungkupkan kepalanya, ia hanya bisa mendengar suara pintu yang dibuka paksa dari luar.

Terlihat di depan pintu sana ada siswa berpakaian sedikit tidak rapih dan mukanya yang merah menahan marah.

Jovian, murid yang mendobrak adalah jovian reksa pradipta. Seorang siswa yang telah mendobrak pintu toilet dan menemukan aji yang sedang dirundung paksa oleh barra.

"Jangan sentuh sahabat gue, sialan! " jovian menatap nyalang pada barra yang sudah berdiri dan menampilkan senyum menyebalkannya.

Untung saja tadi jovian berinisiatif untuk menyusul aji ke toilet karena sudah lebih dari sepuluh menit dan dia tidak kembali lagi ke kantin. dan ia malah menemukan pemandangan tidak mengenakan seperti ini.

"Tcih, si lemah ini punya sahabat ternyata " barra mendekati jovian dan memandang remeh kearah jovian.

BUGHH


Jovian menghadiahi satu bogeman telak di wajah sombong milik teman kelasnya sekaligus pembully sahabat nya itu.

"demen banget sih lo ngerundung sahabat gue?! mau apa sih lo? mentang mentang ortu lo orang berpengaruh disini bukan berarti lo boleh ngelakuin seenak jidat lo doang! " barra handak memberikan pukulan ke arah muka jovian namun dengan cekatan jovian menahan tangan barra lalu memelintir nya hingga sang empu terjatuh dan merintih kesakitan.

"MAMPUS! Sekali lagi gue bilang jangan ganggu sahabat gue ya jangan, ngerti lo? " ucap jovian dengan menekan kalimat 'sahabat gue'

ia menenggok ke aji yang sudah tidak menelungkupkan badannya lagi, namun menatap kosong kearah depan. Anak itu terlihat bergetar hebat, mungkin ia sedang mengalami panic attacked.

jovian yang peka langsung menghampiri nya dengan tangan yang menjulur untuk membantu aji berdiri. "ayo sini gue bantu." ucapnya, dengan senyuman bulan sabit khas milik jovian.

aji mendongak menatap tangan jovian yang terulur ke arahnya. aji mengangkat tangan nya yang bergetar dengan perlahan membalas uluran tangan jovian lalu beridiri dengan dibantu oleh jovian.

ia tersenyum kemudian berterimakasih dengan jovian.

"ayo, gue masih punya baju ganti di loker. nanti kita ke rooftop aja, mau masuk kelas nanti malah dihukum. jam pelajaran udah mulai lima menit yang lalu. " ujar jovian melirik arlojinya yang bertengger manis di pergelangan tangannya.

sedangkan aji hanya mengangguk dan menatap barra yang juga mantap nya sengit. Ia berhasil lolos dari barra kali ini berkat jovian.

jovian dan aji berjalan keluar dari toilet itu dan berjalan beriringan kearah kelas mereka yang melewati lapangan olahraga outdoor. mereka menjadi tontonan banyak pasang mata anak kelas lainnya yang kebetulan sedang jam olahraga, apalagi penampilan aji yang sangat berantakan.

"nih, pake aja. gue temenin ganti di toilet sana. " jovian memberikan baju cadangan nya yang berada di loker dan menunjuk toilet yang berada tak jauh dari sana. aji hanya mengangguk lalu menerima seragam milik jovian.

























































TBC

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang