Dear Alvareza,chapter 22

478 52 4
                                    

Happy reading and enjoy!








Hari kamis, sekolah aji sudah mulai libur akhir semester. Semua murid bersorak bahagia ketika libur telah tiba menjemput mereka. Mereka berlibur bersama keluarga untuk menikmati libur akhir semester.

Menikmati libur bukan hanya berlibur saja, namun bisa dengan memanfaatkan waktu yang panjang untuk mengistirahatkan otak agar kembali segar saat menghadapi ujian kelulusan untuk kelas tingkat akhir.

Ada pula yang memanfaatkan waktu untuk bermalas malasan di rumah. healing di pulau kapuk.

Seperti hari ini, shaka mengajak keenam teman temannya untuk berlibur bersama ke pantai, untuk menikmati masa libur sekolah mereka. Semuannya setuju dengan usulan shaka, tak terkecuali aji.

Namun jovian dengan tegas melarang aji agar tidak ikut. Karena kesehatan aji yang cukup tidak baik baik saja, beberapa hari ini aji sering mengeluh pada jovian karena perutnya yang terasa sangat sakit.

Namun aji langsung menjelaskan pada jovian kalau dia baik baik saja dan tidak sakit sama sekali. aji tidak ingin menggagalkan rencana teman temannya.

Berakhir jovian mengalah dan membiarkan aji ikut dalam liburan mereka, dengan syarat aji tidak boleh kelelahan. Karena setiap kelelahan pasti dia akan mimisan, dan itu akan mengundang tanda tanya besar diantara teman teman lainnya.

Rencananya mereka bertujuh akan berangkat sekitar jam sebelasan, padahal jam segitu jam panas panasnya.

Sedangkan sekarang sudah jam sembilan siang, aji tengah bersiap siap memasukkan beberapa bajunya pada tas ransel. Karena ia dan teman temannya akan menginap di villa yang di sewa oleh shaka.

Saat sedang merapikan tas ranselnya aji merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya. Tangannya bergerak untuk mengusap sesuatu yang mengalir dari hidungnya.

"Mimisan lagi?. "

Belakangan ini aji selalu mimisan ketika ia kelelahan dan lupa dengan makanan nya.

Aji memutuskan untuk menyudahi acara berkemas nya lalu turun kebawah untuk membuat makanan. Tak lupa untuk membersihkan darah yang mengalir di hidungnya. renan juga sedang berlibur, mungkin sekarang ia sedang berasa di halaman belakang.

Entah sedang apa anak itu, tapi sesekali terdengar suara pukulan palu dengan kayu dari halaman belakang. Sepertinya sepupunya sedang membuat sesuatu. ia ingin melihatnya namun ia memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Aji membuat satu porsi nasi goreng dengan sosis yang sudah di iris tipis diatasnya. Kemudian ia mengambil air dingin dari kulkas lalu menyantap makanannya itu dengan tenang.

Setelah selesai aji mencuci piring kotor itu lalu kembali meletakkannya di rak piring. ia memutuskan untuk melihat apa yang sedang sepupunya lakukan di halaman belakang.

"Ngapain bang , ren?. " aji berucap saat sudah di halaman belakang. Tepat nya di belakang renan yang sedang memunggungi nya sembari mengusap keringat di pelipis nya.

Renan menoleh kearah aji lalu tersenyum, menyuruh aji untuk mendekat kearahnya untuk ia tunjukkan hadiah kecil dari nya untuk sepupu kecilnya ini.

"Rumah pohon buat lo, kalo lo bosen bisa main main di rumah pohon itu. " aji tertegun dengan seonggok rumah pohon yang ada di halaman belakang rumahnya.

Rumah pohon yang tidak terlalu besar namun cukup untuk beberapa orang dengan tangga dari kayu untuk masuk kedalam rumah pohon itu. Dan bangku dari kayu yang di taruh di bawah rumah pohon itu untuk bersantai.

"kamu yang buat bang?. "

Renan mengangguk lalu mengajak aji untuk naik ke dalam rumah pohon hasil kerja kerasnya. "Iya, ga percaya?. "

aji terkekeh lalu mengangguk dengan semangat.

Renan berdecak lalu menaiki tangga dari kayu untuk masuk kedalam rumah pohon itu, diikuti oleh aji di belakang nya.

Didalam rumah pohon itu tidak buruk, ada beberapa laci yang berisi makanan ringan dan ada sebuah meja kecil dengan kamera di atasnya.

Aji tahu itu adalah kamera kesayangan milik renan.

"Wah, bang ren jago banget bikin ginian. Makasih ya bang. "

Renan hanya mengangguk lalu tangannya beralih untuk mengambil kamera miliknya yang tergeletak di meja kecil. Kemudian ia kembali berjalan kearah aji.

"Aji." panggil nya, saat aji menoleh renan langsung men jepret aji dengan kameranya, yang menimbulkan pekikan kaget dari aji.

"Bang jangan asal foto!. " tegur aji yang kesal.

Renan sendiri tertawa sambil menunjukkan hasil jepretan nya pada aji. Muka aji terlihat sangat polos dengan baju putih panjang yang ia pakai.

"Hahaha, polos banget muka lo kaya bayik. " aji hanya mencibir mendengar perkataan sepupunya itu.

Aji duduk di tengah tengah rumah pohon itu, kemudian di ikuti oleh renan di depannya.

"Bang, semisal besok kalo lulusan aku udah duluan ke atas dan ibu beneran pulang, dan ayah juga udah berubah,Tolong sampein pesan aji ya?. "

kening renan mengerut, ia tak berbicara terlebih dahulu dan membiarkan aji untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Pesen aji, jangan sampe ibu nangisin aji. Boleh sedih tapi jangan lebih dari dua hari, lagian aji udah enggak sakit lagi di sana. ibu harus tetep bahagia dengan atau pun enggak ada aji, maafin aji gapernah bahagia in ibu. Dan untuk ayah, semoga ayah cepat sadar dengan kesalahan ayah.

Aji enggak mau ada yang ber nasib sama kaya aji, ayah harus berbuat baik sama istri dan anak ayah yang sekarang. aji sayang ayah walaupun ayah udah jahat sama aji, aji ga akan pernah benci sama ayah. " aji menahan air matanya agar tidak turun sekarang juga. Sedangkan renan sudah meremat kameranya dengan kuat.

"Aji udah cape sama cuci darah, itu cuman nguras energi bang renan sama jovian doang yang tiap kali nganter aji cuci darah. Terakhir, aku mau ayah datang ke acara kelulusan aku untuk kali ini saja, dan ngambil ijasah aku untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Aku mau ayah bangga sama nilai yang aku persembahan ke ayah. " aji langsung mengelap air matanya yang turun tampa aba aba dari pelupuk indahnya.

Menarik napas dalam dalam laku kembali berucap. Aji menatap renan yang sedang menatapnya dengan mata sendu nya.

"Aku suatu hari nanti pasti bakalan cape sama pengobatan. Suatu hari nanti aku pasti bakal berniat buat udahin cuci darah dan berhenti mengonsumsi obat obatan lagi. Aku cape. "

Grreppp...

Renan dengan cekatan memeluk tubuh ringkih aji , aji langsung menangis sejadi jadinya didalam pelukan renan. ia sudah benar benar lelah, namun ia harus menunggu ibunya yang sudah berjanji pulang saat pengambilan ijasah aji besok. Ia harus tetap kuat.

"Aji, aji kamu kan mau liat ibu kan? Aji mau ibu aji datang ke acara kelulusan aji kan?. " aji mengangguk disela sela tangisnya.

"Tapi aji cape-"

"Ssttthhh, gaboleh ngomong gitu ah. Aji itu anak kuat. Aji harus bisa, ini cobaan dari tuhan buat aji karena Tuhan tahu aji itu anak kuat. Bang ren gapernah nemuin anak anak sekuat aji loh. "

"Aji, kamu harus percaya kalo setelah badai pasti akan ada pelangi. " aji mengangguk.

Benar, ia tak boleh menyerah sekarang. Perjalan nya masih panjang, ia harus tetap bertahan. Dan sekarang tekad aji bertambah, untuk membuat renan bahagia bersama ataupun tidak dengannya.



























:)

Matanya pipis dikit waktu nulis.



TAHAP REVISI!!!

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang