Dear Alvareza, chapter 19

612 57 6
                                    

happy reading and enjoy!

(mungkin di bab ini perlu tissue, bab ini tentang flasback dimana aji selalu di bandingin sama ayahnya)








Aji mendudukkan dirinya di balkon kamarnya sendirian, renan izin untuk membeli beberapa barang di alfamart dan jovian sudah berangkat ke pesta ulang tahun adik shaka dan menyampaikan pesan aji karena tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun adik nya.

Sebenarnya kakinya sudah membaik, namun tetap tidak di perbolehkan oleh kakak sepupunya yang semakin overprotektif menjaga aji dan saat renan tahu aji berkerja di cafe,

Ia meminta aji untuk resign , dan renan lah yang akan berkerja. Renan menginginkan aji fokus pada kesehatannya sendiri walaupun penyakit itu tidak bisa di sembuhkan total, namun ia akan berusaha sekeras mungkin untuk membuat adik sepupu kesayangan nya ini sembuh.

Bahkan renan izin kepada kedua orang tuannya untuk tinggal bersama aji, kedua orang tuannya juga mengizinkan karena kasihan melihat aji yang selalu sendiri dirumahnya. Dengan keberadaan renan mungkin aji tidak akan merasakan kesepian lagi dirumahnya.

Namun, perkataan dari ayahnya sejak dulu melekat di otaknya dan tidak bisa ia lupakan. Hatinya seperti di sayat ribuan pisau kalau mengingat perkataan ayahnya yang seharusnya tidak boleh terlontar dari mulut sang ayah pada anaknya.

"Anak bodoh, harusnya kamu juga bisa kaya kakak sepupu kamu itu!. "

Saat aji berusia empat tahun, kakak sepupunya alias renan itu mendapat prestasi saat renan bersekolah di sekolah dasar.

"Nyusahin orang tua aja kamu, dikira sekolah itu biayanya murah apa?! bocah sialan. "

Itu saat aji ingin bersekolah di usianya yang ke lima tahun, ia ingin bersekolah dan membanggakan ayahnya yang selalu membandingkan dirinya dengan renan. tapi ketika ia meminta untuk bersekolah malah di tolak mentah mentah.

"Gara gara kamu! ayah sama ibu kamu berantem setiap hari, dasar anak tidak berguna sama sekali. Hanya bisa merepotkan. "

Ibu aji yang selalu membela anaknya dan ayahnya yang selalu merendahkan aji. Pernah aji menunjukkan gambaran ia, ibu dan sang ayah yang hidup bahagia kepada sang ayah malah di sobek hingga tak berbentuk.

Padahal aji sudah membuatnya seharian hanya untuk membuat ayahnya bangga dan tersenyum karena nya.

"Liatin tuh renan, dia aja pinter ga kayak kamu bodoh!. "

Saat itu aji berumur enam tahun, ia ingin sekali menangis di saat ia di banding bandingkan dengan renan saat kumpul keluarga besar, ia sangat malu.

"Kamu itu anak yang enggak dianggep, berhenti bersifat manja ke ayah. ayah bukan ibu kamu yang selalu manjain kamu. "

"APA APAAN INI?! RANKING TIGA? LIHAT, RENAN KELAS SATU SAJA RANGKING SATU SEDANGKAN KAMU KELAS SATU SAJA RANGKING TIGA?! PERCUMA AYAH SEKOLAHIN KAMU KALO KAMU TETAP JADI BODOHH!. "

Sakit. Aji sangat sakit saat itu, selalu di bandingkan dengan renan. aji tidak tahan dan rasanya tidak ingin terlahir kedunia ini. Kehadirannya hanya menjadi beban ayah dan ibunya saja, ia tak bisa apa apa.

Dulu, aji adalah anak periang yang selalu tersenyum setiap saat dan sangat manis. ia dulu memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi. Namun sekarang semua itu berbanding terbalik.

Berubahnya aji seperti saat ini adalah karena ayahnya, ayah kandung nya yang tidak menginginkan aji lahir di dunia ini. aji tidak seperti dulu, ia sekarang cenderung pendiam dan lebih suka menyendiri.

ia sangat anti dengan bercerita, karena motto nya ; "selagi bisa di hadapi sendiri kenapa harus bercerita. "

Dipaksa dewasa oleh keadaan.

"GARA GARA KAMU AYAH SAMA IBU KAMU CERAI, BOCAH TAK TAU DI UNTUNG. JANGAN BERANI BERANINYA MEMANGGILKU AYAH LAGI. "

Tiga tahun lalu, saat ayah dan ibunya bercerai dan ibunya memilih untuk pergi dari rumahnya karena tak tega melihat aji yang selalu di katai, dicacimaki, dan di pukul oleh ayahnya sendiri.

" kamu tidak pantas lahir di dunia ini, kamu hanya sampah masyarakat yang harus di buang jauh jauh. "

Setitik air mata keluar dari mata indah aji ketika mengingat perkataan ayahnya yang satu itu. Harinya mencelos sakit, ayahnya sendiri yang harusnya melindunginya malah berkata seperti itu.

"Sebenar nya aji juga gamau terlahir di dunia ini ayah.. Dunia terlalu baik buat orang sampah kaya aji." monolog nya sendiri sambil menatap kosong halaman samping rumahnya.

"Ayah sama ibu terlalu baik buat aji yang buruk, kalian terlalu sempurna buat aji yang buruk seperti ini. Aku ga benci ayah, mungkin ayah cuman mau mendewasakan aji. "

Sejak tiga tahun lalu, ayahnya tidak pernah men jenguk nya bahkan melihatnya saja sudah enggan.

"Aji.. Aji minta maaf, aji minta maaf karena udah nyusahin ayah sama ibu- aji, aji janji ga akan ngerepotin ayah ibu lagi. " aji mendongak untuk mencegah air matanya meluncur bebas.

Meong.. Meong..

Aji menoleh ke kakinya , di sana ada womzi yang sedang duduk menatap nya polos. Mata kucing itu berkaca kaca seakan akan tahu sang pemilik sedang bersedih.

"Zi, kesini temenin aji ya?. " aji mengapai womzi untuk ia pangku dan mengelus elus bulu lembut womzi.

"Temenin aji ya? Ayah udah ga perduli sama aji, ibu udah bahagia sama keluarga barunya. Bang ren juga lagi pergi, jovian sama yang lain lagi sibuk. Jadi temenin aji ya?. " aji mengelus elus bulu lembut womzi yang mendengkur nyaman di pangkuan nya.

Meong

Meonngg..

"Kaya tahu bahasa aku aja kamu zi. " sedetik kemudian aji tertawa karena ia yang sedari tadi berbicara dengan kucing. Tak apa, selagi aji tidak merasakan tertekan lagi, itu lebih baik.


















TBC

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang