Dear Alvareza,chapter 24

459 49 6
                                    

Happy reading and enjoy!


_________________________

©© : hak cipta dilindungi undang-undang.

________
















"Maaf.... " hanya itu yang terlontar dari mulut aji.

"Jadi selama ini yang tau cuman jovian? " tanya mahendra, wajahnya datar, tidak seperti biasanya.

Aji mengangguk membenarkan ucapan mahendra yang tertuju untuknya. aji sudah tidak tahu kedepannya akan bagaimana lagi, apakah sahabat sahabat nya akan marah padanya? Apakah sahabat sahabatnya akan meninggalkan nya sama seperti yang lain?

Ia sudah menghancurkan acara liburan mereka.

"Sama bang renan, aji udah ada niatan buat ngasih tau lo pada tapi takut sama reaksi kalian yang udah pasti berbeda beda. dia─ " penjelasan jovian terpotong dengan ucapan shaka yang tiba-tiba memotong.

"cukup! Gue gamau denger kelanjutannya. Bodoamat juga. " ucap shaka dengan lantang lalu keluar dari ruang tamu menuju luar untuk menyegarkan pikirannya.

"Kita kecewa sama lo ji. "





























"SHAKA!! " aji terbangun dengan keringat yang mengalir di pelipis nya, itu benar benar mimpi buruk yang paling buruk.

Deghhh...

Mimpi. Aji mengalami mimpi buruk, mimpi itu terlihat sangat nyata bahkan aji saja tidak mengira itu adalah mimpi. Ia mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya, kepalanya mendadak pusing entah karena apa.

"Mimpi?. "

Klekkk...

"Kenapa teriak teriak ji?. " tanya mahendra yang masuk kedalam kamar villa aji dan jovian ketika mendengar teriakkan dari aji yang cukup keras hingga keluar dari kamarnya.

Aji menyadari jika ada orang lain di depan pintu langsung tersenyum walaupun terlihat sedikit terpaksa. "Gapapa mahen, cuman mimpi doang. "

Mahendra menganggukkan kepalanya dan berjalan masuk kedalam kamar aji karena melihat gorden kamar yang belum dibuka. setelah membuka gorden kamar berwarna emas itu, sinar matahari masuk melalui kaca jendela membuat mata aji sedikit silau karena nya.

"kalo laper turun kebawah ya ji, nathael shaka sama reihan lagi masak sarapan. " mahendra berucap sambil merapikan selimut putih milik jovian yang berantakan.

Memang mahendra itu yang paling rajin diantara mereka bertujuh.

Aji mengangguk lalu menyibak selimut nya, ia akan mandi terlebih dahulu sebelum sarapan bersama teman temannya. Mahendra tersenyum lalu perlahan beranjak keluar dari kamar aji dan dia orang lainnya.

Setelah merapihkan tempat tidur dan mahendra sudah kembali pergi keluar, aji mengambil handuk yang ada di lemari yang disediakan oleh pemilik villa itu lalu berjalan memasukki kamar mandi sambil memikirkan mimpi yang mendatanginya malam ini. ayolah, itu terlihat sangat nyata! Bagaimana ia tidak panik, mimpinya benar-benar terasa sangat nyata.




_____________________




Kini mereka bertujuh sudah selesai melakukan kegiatan sarapan bersama, ketujuh pemuda itu menyebar ke penjuru villa. Ada yang berada di ruang tamu bahkan di kolam renang didepan villa yang memang disediakan oleh pemilik villa tersebut.

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang