Dear Alvareza,chapter 34

480 38 3
                                    

_________

©© : hak cipta dilindungi undang-undang.

_________________________











Hanya suara tangisan yang terdengar sore menjelang malam hari ini. sang mentari telah di jemput oleh gulita.

Klekkk...

Renan langsung menghampiri dokter yuda yang menangani aji setelah setengah jam di evakuasi.

Keadaannya sangat memperihatinkan, kepala yang terluka sangat parah, juga luka tusuk kan di perut nya yang kembali terbuka dan mengeluarkan darah, wajahnya yang sedikit hancur karena terkena aspal yang sangat keras membuat siapapun meringis. hanya ada darah dimana mana, bahkan jovian yang membopong tubuh aji untuk yang terakhir kalinya tidak kuat dan melemas.

Aji mengeluarkan banyak sekali darah dari tubuhnya, semua suster menatap ngeri kearah keadaan mengenaskan anak itu.

juga, saat jovian membopong nya darah masih saja mengalir. bahkan mengotori tangan, pakaian serta wajah jovian.

"Dokter! Gimana keadaan adik saya?!. " tanya renan tak sabaran.

Ia dan yang lainnya di kabari oleh seorang polisi wanita yang bersama shaka tadi, mereka langsung meninggalkan urusannya masing-masing dan segera datang ke lokasi kejadian.

Dokter Yuda menatap mereka semua dengan tatapan iba, hatinya terasa sangat berat ketika harus mengatakan hal yang sangat berat. " 5 maret 2024,pukul 17.23 waktu Indonesia bagian barat. pasien bernama aji alvareza telah menghembuskan nafas terakhir nya, maaf kami gagal mempertahankan mendiang aji alvareza. Saya harap pihak keluarga tabah dan ikhlas. "

Semuanya seperti mimpi, otak renan mencoba mencerna setiap perkataan dari sang dokter.

"Hahahaha! Dokter bercanda nya hik ga lucu dok! Adik saya kuat, gamungkin meninggal kan?!. " teriak renan penuh emosional.

Yuda menundukkan kepalanya, ia ikut sedih melihat keadaan mereka semua. ia berpamitan untuk pergi dari sana.

"AJII, GAK ENGGA!. " jovian berteriak di lorong rumah sakit itu. Tungkai panjangnya ia bawa untuk memasuki ruangan ICU dimana sahabat karibnya berada.

Ia mendapati tubuh aji yang di tutup selimut putih, dengan dua perawat di dekatnya. Mereka langsung menyingkir dan membiarkan jovian melihat keadaan aji, setidaknya untuk yang terakhir kali.

Jovian membuka kasar kain putih yang menutup wajah damai aji, dapat ia lihat aji sedikit tersenyum kecil dalam tidur panjangnya itu. Walaupun wajahnya penuh akan luka luka tidak mengurangi kesan tampan nya.

Ia guncang lagi tubuh yang nyawanya sudah kembali ke rumah abadinya. Masih tak percaya, ia masih berharap ini adalah mimpi buruk nya saja.

Nyatanya tidak, ini adalah realita yang harus dihadapi dengan ikhlas.

"Aji, please bangun ji! Lo janji buat ga ninggalin gue.. " lirih jovian sambil membersihkan darah yang mengalir dari sudut pelipis aji dengan tangannya sendiri.

Tak lama, sisa orang yang berada di luar sekarang bertambah dengan zargo yang entah sejak kapan datang, perlahan memasuki ruangan itu. Shaka yang baru sadar dari pingsan nya langsung meronta menangis lalu mendekap tubuh sahabatnya yang sudah tak bernyawa.

"Hiks, aji jangan tidur. "

Suasana sore itu sangat kacau, semuannya hilang arah. mereka murung sama seperti langit, seluruh semesta kehilangan matahari mereka. Matahari mereka sudah tidak mau membuka matanya lagi dan memberikan sinar positif kepada yang lainnya.

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang