Dear Alvareza,chapter 30

359 37 2
                                    

_________________________________


©© : hak cipta dilindungi undang-undang.

____________


Jovian renan dan zargo sedang terduduk lemas di depan ruang oprasi. aji berhasil dibawa kerumah sakit walaupun nadinya nyaris saja putus.

Beruntung Tuhan masih memberikan nya hidup panjang. sekarang aji sedang mempertaruhkan nyawa, hidup atau mati. Oprasi sudah berjalan sekitar dua jam namun dokter masih saja belum keluar, membuat perasaan mereka semakin was was.

Pukk..

Renan menepuk pelan bahu Jovian yang terlihat sangat sadih, walaupun ia tak mengeluarkan air matanya sama sekali. Namun ia peka bahwa Jovian merasa sakit ketika melihat sahabatnya tidak baik baik saja.

"Jo, semua pasti bakal baik baik aja. Aji anak yang kuat, masa gini doang dia nyerah. " ucap renan mencoba meyakinkan jovian.

Jovian mencoba memaksakan senyumnya walaupun dadanya terasa sangat sakit, seperti di remat dengan sangat kuat.

"Lo ke kantin aja sana, belom makan kan? Nanti kalo ada kabar tentang aji gue telfon. " ujar renan pada jovian, karena mengingat jovian belum memakan makanan sama sekali.

Jovian hanya mengangguk, ia ingin menjernihkan pikirannya untuk saat ini.

"Ikut dong. " zargo mengikuti jovian dari belakang.

Renan menatap punggung zargo dan jovian yang perlahan menjauh. helaan napas mengudara, kenapa oprasi nya sangat lama? Ini sudah lebih dari dua jam.

Entah terfikir darimana, ia tiba tiba ingin menghubungi Jhonatan selaku ayah dari aji untuk mengabarkan bahwa anaknya sedang berjuang hidup atau mati di dalam ruangan oprasi.

Setelah menghubungi Jhonatan, renan langsung menyimpan ponselnya kembali lalu kembali duduk terdiam menatap keramik rumah sakit.

Klekkk..

"Keluarga aji?. " seorang dokter lelaki keluar dari ruangan oprasi.

Renan langsung berdiri dan menghampiri dokter itu, dalam hati ia berharap harap cemas dengan keadaan aji.

"Saya kakaknya dok. " dokter itu tersenyum lalu menepuk bahu renan untuk menyemangati.

"Saudara aji sudah selesai di oprasi pada bagian pergelangan tangannya dan perutnya. untung saja nadi saudara aji tidak sampai putus, hanya tergores sedikit dalam. Dan luka tusuk di perutnya cukup dalam, mungkin saudara aji akan tidak sadarkan diri selama beberapa jam karena efek obat bius. " mendengar penjelasan dari sang dokter renan bisa sedikit menghela napas lega.

Setidaknya saudaranya tidak mati muda.

"Baik dok, apa aji sudah boleh di jenguk?. " tanya renan lagi.

"Boleh asal jangan berisik. " renan mengangguk lalu berterimakasih.

Tangannya berdalih untuk menghubungi jovian yang entah sedang berada di mana.

















______________



















































Sedangkan jovian dan zargo sedang berada di rooftop rumah sakit. Jovian menyandarkan tubuhnya di pembatas rooftop, memikirkan bagaimana cara menjelaskan ini semua kepada sahabat sahabat lainnya yang sudah mulai curiga.

Dear Alvareza || Park Jisung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang