3. Rindu Papa

415 39 0
                                    

Di kediaman Junkyu.

Kini ia tengah memegang sebuah bingkai foto di tangan nya,entah kenapa air matanya jatuh begitu saja dan membasahi kaca dari bingkai itu.

Jari-jemari tangan nya bergerak mengusap kaca dari bingkai foto itu, "maafin aku, aku nggak bisa jaga Ajun baik-baik ... Kamu pasti kecewa kan, kan aku udah bilang sama kamu. Jangan tinggalin Ajun sama aku, aku nggak bisa jaga Ajun," ucap nya lirih dengan bibirnya yang bergetar karena menahan tangis.

Kehilangan bayi bernama Ajun itu membuat Junkyu hilang semangat hidup rasanya, Ajun semangat nya dan sang istri yang menitipkan Ajun padanya yang seharusnya Junkyu jaga. Namun, semuanya kacau.

Saat ia sedang meratapi nasib, tiba-tiba seorang perempuan masuk ke kamar nya tanpa mengetuk pintu.

Ia berlari kecil lalu memeluk Junkyu dari belakang dan membuat Junkyu terjengit kaget.

"Kamu pasti kehilangan banget yah, aku juga udah nurunin anak buah aku buat nyari Juna. Kamu nggak perlu khawatir," ucap nya seraya mengeratkan pelukan nya.

Ucapannya justru membuat air mata Junkyu yang tadinya akan segera tumpah langsung surut lagi, Junkyu memutar tubuh nya. Junkyu melepas pelukan perempuan itu dengan paksa.

Walaupun pelukan nya sudah terlepas, tapi tangan perempuan itu masih saja merayap. "Badan kamu panas banget, kamu udah minum obat?" tanya nya setelah ia menyentuh dahi Junkyu. Tindakannya membuat Junkyu risih.

Junkyu mengusap wajah nya. "Saya nggak butuh peduli kamu," ucap Junkyu ketus.

Perempuan itu menautkan alisnya heran, "kamu kenapa sih, salah aku apa? Kenapa kamu selalu aja cuek sama aku. Padahal aku sering bantuin kamu ngejagain Juna dan sering bantu kamu juga," tuturnya yang sengaja mencari simpati di depan Junkyu.

Tatapan Junkyu menukik tajam, "saya nggak nyuruh, meskipun kamu nggak bantuin saya juga. Saya nggak keberatan dan satu lagi, mulai hari ini kamu jangan datang lagi kesini dan jangan deket-deket lagi sama anak saya! " ucap Junkyu tegas, jari telunjuk nya menunjuk wajah perempuan itu.

Perempuan itu menggeleng ribut, "nggak, aku bakal tetap kesini dan bakal terus ngebujuk Juna supaya dia bisa nganggap aku ibunya," bantah nya angkuh.

Junkyu menarik sudut bibir nya dan terbentuk senyuman sinis, "kamu pikir anak saya bodoh, dia tau mana yang baik mana yang nggak. Suatu saat anak saya yang bakalan ngehancurin kamu, kalau dia udah tau kalo kamu yang bikin ibunya meninggal," tuntut Junkyu menatap bengis padanya.

Perempuan itu pun diam sembari memilin bibir, "kenapa kamu fitnah aku terus dan kamu bilang kalo aku yang bikin istri kamu meninggal," elak nya tak terima.

Junkyu mendecih, "fitnah apa?Memang itu kenyataan nya, kamu terobsesi sama saya hingga kamu yang ngeracun istri saya dan bikin Juna lahir dengan ibunya yang sudah tiada," ujar Junkyu dan perempuan itu pun bungkam seketika.

Junkyu menghela napas berat, "sudah. Kamu pergi dari sini dan jangan pernah menginjakan kaki di rumah saya lagi. Pergi!" usir Junkyu. Karena kalah telak akhirnya perempuan itu pun pergi dengan emosi yang menggebu-gebu. Junkyu menghembuskan napas berat, tangan nya bergerak memasukan bingkai foto itu pada laci tempat semula nya.

Junkyu duduk di atas kasur, Junkyu benar-benar lelah menghadapi perempuan tidak tau diri itu.

*****


Keesokan harinya.

Yena yang kini tengah mencuci piring di dapur nya, tiba-tiba ia mendengar suara tangisan dari Ajun dari arah kamar. Dan itu hal yang langka dan tidak biasanya Ajun menangis jika baru bangun tidur. Yena langsung menghentikan kegiatan nya dan bergegas menghampiri Ajun di kamar nya.

"Ajun, Ajun kenapa kok nangis?" tanya Yena cemas dan langsung menggendong Ajun ke pangkuan nya, anak itu memeluk leher Yena dan kembali menangis sesegukan di bahu nya.

"Mama ... Ajun mau papa ...,"ucapnya dengan suara parau. Matanya yang berair itu menatap sendu pada Yena.

"Papaa!!" teriak nya lagi bahkan tangisan nya juga semakin menjadi-jadi. Suara Ajun juga sudah sangat serak sekarang

Yena kebingungan apa yang harus dia lakukan sekarang, anak itu memanggil papa nya dan yang membuat Yena bingung kenapa yang di panggil Ajun saat menangis itu papa bukan mama. Kan jika anak pada umumnya yang jika menangis pasti yang di panggil mama nya. Tapi sudah lah mungkin saja Ajun lebih dekat dengan papa nya.

"Mau papa ...," ucap lirih Ajun masih dengan tangisan nya.

Yena mengusap punggung Juna dengan lembut, "iya, iya nanti kita ke papa yah," ujar Yena yang berusaha menenangkan nya. Yena betulan panik sekarang, suara tangisan Ajun sangat keras dan bisa saja tetangga nya mau mendengar nya.

"Udah ya, sekarang Ajun minum susu mau ya," tawar Yena dengan suara lembut nya. Yena mulai melancarkan aksi bujuk membujuk nya.

Ajun mengangguk pelan. "Ajun mau susu, mama," jawab nya dengan segukan nya yang masih mengiringi. Ajun mengucek mata basah nya dengan punggung tangan. Namun, Yena yang mengusap pipi basah Ajun.

Yena terkekeh gemas kemudian beranjak. "Oke, ayo kita buat susu."

Ajun sangat menyukai cokelat, maka nya ketika Ajun tidak mau makan atau apapun. Yena akan membawa susu cokelat untuk membujuk nya. Bahkan jika di rasakan, Ajun ini selalu wangi susu cokelat meskipun tidak sedang meminum nya. Seperti seseorang yang berpengalaman, Yena bahkan sampai sudah tau makanan kesukaan Ajun, kebiasaan nya, bahkan dari bicara nya saja Yena kadang langsung mengerti saja. Dan itu hanya dalam beberapa hari saja Ajun ada di rumah nya. Ajaib sekali.

——————

𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐌𝐚𝐦𝐚 || 𝐊𝐢𝐦 𝐉𝐮𝐧𝐤𝐲𝐮 𝐟𝐭. 𝐉𝐮𝐧𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang