6. Tangisannya meluluhkan

471 42 0
                                    


Yena mendehem pelan, "tugas saya mengantarkan Ajun selesai, kalo gitu saya pamit," pamit Yena pada Hanna dengan senyuman di bibir nya yang tidak luntur, sebenarnya Yena juga merasa tidak tega harus berpisah dengan anak itu karena anak itu sudah membuat nya nyaman meski baru beberapa hari mereka bertemu. Yena pun melangkah kan kaki nya.

Hanna memegang tangan Yena, "tunggu dulu," Hanna menghentikan langkah Yena, "ini bayaran buat kamu karena udah bantu ngembaliin cucu saya," Hanna menyodorkan sebuah amplop tebal pada Yena.

Yena menatap lekat Hanna, "tidak perlu nyonya, saya mengantarkan Ajun bukan untuk uang. Tapi saya memang kasian padanya, jujur saya menyayangi nya karena sejak bertemu dia terus memanggil saya 'mama', saya tidak menghasutnya namun yang membuat saya kasian karena tadi pagi saat bangun tidur dia menangis memanggil papa nya dan kebetulan saya melihat spanduk yang terpasang di jalan dekat rumah saya lalu saya pun mengantarkan nya kemari," tutur Yena panjang lebar.

Hanna menggeleng pelan, "kamu tidak lihat tulisan yang tertera di spanduk nya, jika siapapun yang menemukan nya pasti akan di beri upah," papar Hanna.

Yena menggelengkan kepalanya tanda menolak, "saya tidak mengharapkan upah, terima kasih sebelumnya," balas Yena membuat Hanna bungkam.

Dayeon menatap sinis pada Yena. "Hah, kamu pikir kamu ini siapa, so-soan nggak mau nerima uang dari mama saya. Jangan karena kamu beruntung bisa bertemu anak saya, kamu bisa bersikap sombong begini dan saya tau kamu pasti perempuan miskin yang sebenarnya menginginkan uang ini. Iyakan?!" sungut Dayeon dengan suara keras.

Yena mengernyit bingung, "maksud anda apa ya, seharusnya anda juga merasa beruntung karena putra anda bisa pulang dengan keadaan baik-baik saja dan bagaimana jika Ajun tidak bertemu saya waktu itu. Apa anda masih berpikir jika Ajun akan baik-baik saja," terang Yena, Yena berusaha menahan kekesalan nya.

"Jangan memperumit keadaan Park Dayeon, bibi berkata jujur jika selama  Ajun tidak pulang. Perempuan ini yang merawat nya," Junkyu yang frustasi langsung melerai.

Ajun langsung bilang pada Junkyu jika Yena lah yang sering memberinya makan dan juga membeli kan eskrim untuk nya. Dayeon pun kalah dan diam

Kini Junkyu beralih menatap Yena yang masih ada di posisi nya, "kamu terima uang itu dan anggap saja itu untuk mengganti rugi selama kamu sering membeli kan apa yang anak saya mau," ujar Junkyu dengan Ajun yang kini ada di gendongan nya.

Yena dan Junkyu melakukan kontak mata. Seketika saat itu juga jantung Yena jadi berdegup kencang saat ia menatap netra milik Junkyu, "baiklah, terima kasih banyak." Akhirnya Yena pun menerima uang itu. Tatapan Junkyu mampu membuat nya luluh.

Junkyu tersenyum manis ke arah Yena, "saya juga berterima kasih banyak sama kamu, karena kamu udah jaga anak saya," ungkap Junkyu lalu ia mencium kening Ajun.

Dayeon yang ada disana langsung menatap Junkyu smgeti, "apa yang kamu katakan, dia pasti menculik Ajun untuk pencitraan.Kamu percaya sama dia ... Kan nggak mungkin kalo dia yang nemuin Ajun, kenapa dia nganterin nya kesini lama banget bahkan kamu sampe sakit di buatnya," celotehan Dayeon benar-benar membuat Junkyu ingin sekali meniup perempuan itu hingga ke luar angkasa.

Yena yang merasa tersentil dengan kata-kata Dayeon pun langsung beranjak. "Saya pamit, permisi." Yena pun melangkah kan kakinya dan orang yang ada disana pun menatap punggung Yena yang perlahan menjauh dari mereka.

Ajun juga menatapnya, "mama..." ucap nya pelan, Junkyu menatap Hanna.

"Dia bukan mama nya Ajun," jelas Hanna sambil menggelengkan kepala nya.

Langkah Yena sudah ke dekat gerbang halaman rumah itu dan Ajun yang ada di gendongan Junkyu langsung berontak, memaksa turun dari gendongan Junkyu.

"Mau mama..." ucap Ajun, Junkyu pun menurunkan nya detik itu juga, Ajun langsung berlari, kaki mungilnya itu berusaha agar bisa melangkah cepat dan menyusul langkah Yena.

"Ajun!" teriak Junkyu langsung mengikuti nya.

Ajun masih berlari kecil, "mama .... Jangan pelgi!!" teriak Ajun dengan suara lemah. Yena menyeka air matanya yang akan jatuh, ia memang tidak mau jika harus berpisah dengan nya namun dia sadar jika dirinya bukan siapa-siapa untuk Ajun. Yena tetap berjalan, berusaha mengabaikan panggilan dari Ajun.

Brukh!

Iyah Ajun pun jatuh dan lutut nya berdarah, Junkyu langsung menghampiri nya.

"Jangan lari-lari tuh kan, kaki Ajun jadi berdarah," kata Junkyu namun Ajun tidak peduli dengan luka nya.

"Mama .... kaki Ajun auhh!" teriak Ajun dengan tangisan nya. Yena yang mendengar itu tetap berjalan acuh.

"Mamaa!!" tangis Ajun semakin histeris.

"Udah Ajun sama papa yah, nanti obatin auh nya yah," Junkyu hendak menggendong nya namun Ajun malah menghempaskan tangan Junkyu.

Hanna juga menghampiri. "Biar bunda yang jaga Ajun, kamu kejar dia dan biarkan dia sama Ajun dulu sebelum dia pulang," titah wanita itu dan Junkyu pun menoleh. Yena sudah tidak ada di area halaman rumah nya.

Junkyu mengangguk lalu, ia pun berlari juga untuk menyusul Yena. Dan nampak Yena yang sudah memberhentikan sebuah mobil taxsi.

Saat Yena sudah hampir mau masuk.

"Tunggu dulu." Junkyu tiba disana dan menahan tangan Yena.

Yena memutar tubuh nya dan menatap Junkyu.

"Saya mohon, kamu jangan pulang dulu. Ajun nangis kalo di tinggalin sama kamu," mohon Junkyu menatap lekat mata Yena.

"Kan ada mama nya, kenapa harus saya?" jawab Yena dan membuat Junkyu mengernyit heran. Yena memang percaya ada nya dan menyangka kalo Dayeon iyalah ibunya Ajun.

Junkyu menggeleng ribut, "dia bukan mama nya Ajun, kamu tau. Ini pertama kali nya Ajun manggil perempuan yang dia kenal dengan panggilan mama. Makanya saya mohon kamu jangan pulang dulu, kasian Ajun," ucap lirih Junkyu.

Yena menghela napas berat.

Junkyu menautkan tangannya di depan Yena, "saya mohon..." kata Junkyu.

Yena tidak ingin pemperpanjang masalah lalu, "baiklah," jawaban membuat senyum Junkyu mengembang.

Ajun masih menangis bahkan sudah di bujuk dengan segala cara, mereka juga merasa heran. Pertama kalinya Ajun menangis histeris karena perempuan itu.

Yena datang dan langsung menghampiri Ajun. "Mana yang sakit?" tanya Yena membuat Hanna bangkit dari duduk nya dan mempersilahkan Yena duduk di sebelah Ajun sedangkan Dayeon yang merasa tersaingi pun hanya menatap tajam pada Yena.

Ajun menatap Yena dengan matanya yang berkaca-kaca, "mama kaki nya beldalah,"ucap Ajun dengan sesegukannya.

"Siapa suruh Ajun lari-lari heumm?"nucapan Yena pun mampu membuat Ajun langsung berhenti menangis

Walaupun sesegukan nya yang masih mengiringi.

"Kan mau kejal mama ... Mama jangan pelgi," lanjut nya sembari menggelengkan kepala nya, Yena tersenyum lalu mengobati luka yang ada di lutut anak itu.

Sedangkan Dayeon mendapat telepon lalu ia langsung pergi dan Yena menatapi perempuan itu.

"Dasar perempuan gila!" cibir ibu Hanna.


_________

𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐌𝐚𝐦𝐚 || 𝐊𝐢𝐦 𝐉𝐮𝐧𝐤𝐲𝐮 𝐟𝐭. 𝐉𝐮𝐧𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang