Sore ini.
Yena keluar dari sebuah cafe, ia baru saja bertemu dengan teman lama nya.
Saat ia akan menyebrang untuk pergi ke sebuah toko yang ada di seberang jalan, sebelumnya Yena menengok ke kanan dan kiri memastikan tidak ada kendaraan yang lewat. Yena pun mulai melangkahkan kaki nya.
Namun saat pertengahan jalan, Yena menoleh ke arah sebelah kiri dari jarak beberapa meter ada sebuah mobil yang melaju sangat cepat ke arah dirinya. Yen berusaha untuk lari dan menghindar tapi mobil itu jauh lebih cepat dengan lari nya.
Namun, belum sempat itu terjadi. Ada sebuah motor yang melaju kencang dari arah samping sehingga mobil nya, Yena berhasil tertolong dan motor itu yang segaja menabrakan diri pada mobil tersebut, hingga motor itu yang tertabrak dan terlempar beberapa meter.
Braaak.
Mata Yena membulat sempurna ketika melihat kecelakaan itu langsung di saksikan oleh mata kepala nya sendiri, jujur saja Yena tau itu motor milik siapa. Jantung nya kini berdetak sangat kencang, seluruh tubuh nya mati rasa, napasnya terengah-engah. Yena segera berlari untuk menghampiri pengendara motor yang kini tergeletak lemas di tengah jalan.
Motor yang terlempar jauh itu sampai mengeluarkan asap. Mobil yang menabrak itu tidak apa-apa, justru malah langsung kabur begitu saja.
Yena mendekat lalu segera membuka helm sang pengendara motor itu.
Dan.
"Juna..." betul, itu adalah Juna yang sengaja menabrakan diri nya pada mobil itu supaya Yena yang selamat.
Yena langsung memeluk tubuh lemas Juna.
"Kamu apa-apaan sih?" ucap Yena panik dan mengusap wajah Juna yang setengah wajah nya tertutup noda darah. Yena langsung menangis detik itu juga. Bisa-bisa nya Juna melakukan ini untuk menyelamatkan diri nya.
Juna membuka mata nya perlahan, "mama ma-maaf...," lirih Juna. Yena hanya memeluk Juna ke dekapan nya, tidak peduli noda darah itu mengotori baju nya.
"Mama ja-jangan..., na-nangis," kata terbata-bata, tangan Juna terulur mengusap pipi Yena yang basah. Yena juga langsung memegang tangan dingin Juna.
Yena menggeleng kan kepala nya ribut, "kamu jangan ngomong dulu, kita ke rumah sakit yahh ... Tolong! Tolong!" Yena berteriak di campur tangisan nya, tapi nihil di tempat itu sangat sepi dan tidak ada mobil yang lewat.
Napas Juna seketika sesak, "ma-mama sakit," rintih Juna, air mata menetes dari sudut mata nya itu. .
Yena semakin panik, "tahan dulu, tahan sebentar sayang," Yena langsung merogoh saku kemeja nya dan langsung segera menelpon ambulans.
"Ma... maafin aku ma," kini cairan bening di pelupuk matanya berjatuhan semakin deras.
Setelah itu perlahan mata Juna mulai tertutup "enggak sayang, tahan dulu jangan kayak gini ... Anak mama kuat, jangan dulu sayang . Sayang kamu denger mama kan?" Yena menepuk pelan pipi Juna agar anak itu tetap sadar.
"Maafin Ajun ya ma, Ajun gak bisa jadi anak yang baik buat mama." ringis Juna yang kesekian lalu mata Juna pun benar-benar menutup. Tangis Yena pecah dan memeluk Juna di ceruk lehernya.
Di tempat sepi itu kini hanya ada suara tangisan pilu Yena.
*****
Saat sudah sampai di rumah sakit, Juna langsung di bawa menuju ke IGD.
"Anak mama kuat, anak mama harus bertahan. Kamu harus bangun, jangan kayak gini sayang." Yena terus menangis di setiap langkah nya bahkan tangannya tak lepas memegangi tangan Juna yang terasa sangat dingin itu.
Juna langsung di bawa masuk ke dalam ruangan.
"Dokter tolong selamat kan anak saya." kata Yena pada salah satu dokter, perlahan Yena melepaskan pegangan nya dan menatap sendu.
"Kami akan menangani nya dengan baik, tolong tunggu di luar," balas seorang perawat lalu perawat itu menutup pintu nya.
Yena langsung berjongkok dan menangis sambil menutupi wajahnya dengan dua telapak tangan, ia tidak menyangka Juna akan melakukan ini untuk menyelamatkan nya. Juna benar-benar egois. Padahal jika saja tidak ada Juna, mungkin diri nya yang sekarang ada di dalam ruangan itu.
Di tempat lain.
Junkyu merasa perasaan nya tidak enak dan tidak nyaman, padahal saat ini ia sedang meeting.
Fokus Junkyu juga langsung memudar, karena perasaan nya yang tiba-tiba tidak nyaman seperti ini.
"Kenapa rasanya nggak nyaman gini," batin nya.
*****
Saat ini, Jieun sedang menunggu Yena yang katanya akan menjemput nya.
"Katanya mama mau jemput tapi kenapa belum datang juga," gumam nya.
"Heh bocil!" panggil seseorang.
Jieun menoleh, "kak Haru," kata nya lalu ia menghampiri Haruto yang ternyata datang bersama dua teman nya. Junghwan sudah ada di boncengan nya Doyoung.
"Ngapain lo diem disana, mau pulang nggak?" tanya nya.
"Aku lagi nungguin mama, soalnya tadi dia bilang. Dia mau jemput tapi masih belum datang juga," jawab nya.
Haruto tersenyum samar, "yaudah sama gue aja pulang nya,"
"Terus kalo nanti mama kesini gimana," tukas Jieun.
"Kan lo hubungin dulu dedek," itu Jeongwoo yang menyahut.
"Oh, oke bentar." Jieun pun mengambil HP nya dari dalam tas nya.
Namun saat ia akan menelpon Yena, malah hp nya Haruto yang duluan berdering.
Haruto langsung mengangkat teleponnya.
"Dari siapa?" tanya Doyoung.
"Bokap," jawab nya dan langsung saja, ia menempelkan benda gepeng itu di telinga nya.
"Kenapa?" tanya Haruto dengan nada dingin.
"....."
"Enggak, Ruto lagi ada di sekolah nya Junghwan,"
"....."
"Ngapain?"
"......"
"Apa!? Serius? Di rumah sakit mana?"
Empat orang itu juga langsung panik, ketika mendengar kata rumah sakit.
"Iya Ruto ajak temen-temen," setelah itu telepon pun di putus secara sepihak.
"Kenapa to?" tanya Jeongwoo dengan raut wajah panik.
"Juna kecelakaan, kita harus ke rumah sakit sekarang juga. Cil cepetan ayo naik," titah nya pada Jieun.
Jieun terkejut mendengar ucapan Haruto barusan dan langsung saja ia naik ke motornya Haruto dan langsung berangkat ke rumah sakit.
______
Gemas nya si kulkas suka sma adik temen nyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐌𝐚𝐦𝐚 || 𝐊𝐢𝐦 𝐉𝐮𝐧𝐤𝐲𝐮 𝐟𝐭. 𝐉𝐮𝐧𝐚
Teen FictionYena tidak ada niatan untuk menikah dengan seorang duda, hanya saja Yena tidak sengaja bertemu dengan anak yang terus memanggilnya 'mama'. Pada akhirnya, Yena pun di nikahi oleh papa dari anak itu. Namun, menikah dengan seseorang yang sudah berpen...