33. Trauma Yang Tidak Hilang

485 21 1
                                    


Kini di kediaman Kim.

Mereka sedang melakukan sarapan.

Tiba-tiba saja Junkyu bangkit dari duduknya. "Papa berangkat duluan ya, soal nya ada kerjaan yang harus di kerjain dan nanti siang harus sudah siap." Junkyu pun meneguk minum nya hingga tandas.

Yena juga langsung ikut bangkit, kemudian membantu Junkyu mengenakan serta merapihkan jas nya.

Cup!

Setelah selesai dengan jas nya, Junkyu memang selalu mencium kening dan bibir Yena. Di depan Juna dan Jieun?

Iya, lagipula Juna dan Jieun sudah tidak aneh dengan pemandangan itu setiap pagi. Karena Junkyu tidak pernah absen untuk melakukan itu setiap hari nya, kalau dirinya lupa, kalau Junkyu sudah di luar. Junkyu akan balik lagi sedangkan kalau sudah di kantor. Junkyu akan menelpon Yena dan meminta nya kesana.

Hanya untuk kiss saja. Bucin abis emang nih bapak-bapak satu.

"Papa berangkat ya." Junkyu langsung melangkah pergi setelah dia menyambar tas nya.

Jieun dan Juna menatap kepergian Junkyu yang kemudian hilang di telan jarak.

"Adek nggak ikut sama papa, kan biar langsung di anterin ke sekolah," ujar Juna menatap Jieun yang masih sibuk dengan makan nya.

Jieun menggeleng kan kepala nya tanpa ada niatan menjawab pertanyaan abang nya itu. Jieun juga malah lebih fokus makan, walaupun diam-diam dia tersenyum.

Juna memajukan dagu nya dan kembali dengan makanan nya.

"Kan adek mah, nanti berangkat sekolah nya di anterin sama ayang Haru. Ya kan dek," ujar Yena sambil menggoda Jieun dengan menaik-naikan alis nya.

Jieun langsung melotot pada Yena, "apaan sih ma," ketus nya. Jieun langsung menundukkan kepala nya ke bawah untuk menyembunyikan wajah merah nya itu.

Juna menoleh pada Jieun, "adek pacaran sama Haruto?" tanya Juna menyelidiki.

"Jangan nanya gitu ihh!" gerutu Jieun sembari menendang pelan kaki kursi yang di duduki oleh Juna.

Juna dan Yena langsung tersenyum.

"Ciee ada yang baper nih, adek masih kecil loh jangan pacaran dulu. Nanti kalo adek udah bisa nyaingin abang sama kak Doyoung aja," papar Yena masih saja menggoda putri nya itu.

Percayalah wajah Jieun semakin memerah dan rasa panas yang sampai menjalar ke telinga nya.

Tiba-tiba saja, ada suara klakson motor dari luar. Jangan tanya itu siapa, karena yang pasti itu adalah Haruto.

Jieun langsung buru-buru minum, meraih tas nya yang tersampir di kursi dan dengan langkah cepat. Jieun pun pergi.

"Aku pergi dulu ya!" teriak Jieun ketika sudah di ambang pintu.

Yena hanya geleng-geleng kepala saja. Setelah kepergian Jieun.

"Jieun pacaran sama Haruto, ma?" tanya Juna pada Yena.

Yena menggeleng pelan, "enggak, tapi mama juga nggak tau karena setelah sering di antar jemput sama Haruto. Jieun jadi suka senyum-senyum sendiri, apalagi kemarin kata nya dia di kasih nomer telepon nya Haruto." Yena menjelaskan sembari membereskan piring-piring kotor.

Juna mengangguk-ngangguk, "jadi keterusan itu si kulkas deketin Jieun, padahal abang gak mau kalo Jieun lebih dulu punya pacar dari abang apalagi sampe duluan nikah," ucap Juna sembari menghembuskan napas kasar.

"Harus lewatin dulu abang nya ya," sahut Yena terkekeh gemas.

"Iyalah," kata Juna.

*****

Junkyu itu bukan langsung pergi ke kantor, melainkan pergi ke kantor polisi terlebih dulu karena ada beberapa masalah yang menimpa Dayeon.

Bukan karena masih peduli, tapi kan Junkyu yang menjebloskan perempuan itu ke penjara yang jika ada masalah, Junkyu harus datang untuk mengurus nya.

Tidak sendiri, Junkyu juga di temani oleh Yoshi disana. Ternyata yang membuat Junkyu di panggil adalah, karena Dayeon yang selalu membuat kekacauan di dalam sel tahanan, banyak tahanan lain yang selalu protes tentang itu.

Dapat Junkyu dan Yoshi saksikan sekarang, Dayeon sekarang sedang teriak-teriak dengan teriakan yang memekakkan telinga, terkadang Dayeon juga tertawa dan menangis. Apa Dayeon gila?

Bisa jadi.

Sekarang Junkyu di buat terkesiap karena tiba-tiba saja Dayeon berteriak dengan memanggil-manggil nama Junkyu serta Juna.

"Kim Junkyu! Aku mencintaimu!"

"Haha, putra kita Juna!"

"Kim.... Junkyu, Kim.... Juna,"

Seperti itu kira-kira.

"Dia perlu di obati pak," ucap Yoshi pada salah satu petugas disana.

Petugas laki-laki itu mengangguk setuju dengan ucapan Yoshi.

"Tapi, jangan terlalu menganggap dia betulan tidak waras. Bisa saja Dayeon hanya bersandiwara supaya nanti dia bisa kabur dari sini," ungkap Junkyu.

Ucapan Junkyu ada benar nya juga. Siapa tau saja kalau Dayeon pura-pura kan, yang terpenting sekarang. Pengawasan nya pada Dayeon harus lebih ketat, petugas juga berusaha untuk membuat Dayeon tidak terus berulah.

"Tapi, jika kami mengirim nya ke rumah sakit jiwa. Apa pak Junkyu setuju?" ujar nya.

Junkyu langsung mengangguk ribut, "apapun kalau memang itu cara terbaik nya, tapi saya ingin dia di hukum mati," kata nya yang berhasil membuat Yoshi terkejut.

"Dia terlalu stres untuk seukuran orang yang hanya terobsesi, dia memang pantas mendapat itu."

"Dayeon sudah membuat istri pertama saya meninggal, lalu Dayeon juga hampir mencelakai istri kedua saya dengan cara menabrak nya dan itu malah jadi putra saya yang celana. Dayeon juga selalu datang dengan niat nya untuk menghancurkan rumah tangga saya. Dayeon terobsesi pada saya sehingga dia mencoba melenyapkan orang-orang yang saya sayangi, saya—"

Perkataan Junkyu terhenti, entah kenapa diri nya jadi emosional seperti ini. Membahas soal itu hanya menggali trauma yang sempat terkubur itu.

Yoshi langsung menepuk-nepuk pundak Junkyu, padahal pihak kepolisian juga sudah tau soal itu. Tapi, Junkyu sendiri malah selalu mengulanginya. Seakan rasa kesal nya pada Dayeon tidak akan hilang, kalau belum melihat Dayeon mati.

_____
Satu lagi deh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐌𝐚𝐦𝐚 || 𝐊𝐢𝐦 𝐉𝐮𝐧𝐤𝐲𝐮 𝐟𝐭. 𝐉𝐮𝐧𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang