"Hyung paling tak suka melihatmu menghilang di belokan di depan mataku, itu seperti....seolah itulah yang akan terjadi pada kita besok. Dipisahkan oleh sebuah persimpangan. Aku sekarang benci persimpangan"
Jin mendekap erat tubuh kokoh pemuda di depannya, menyusupkan wajahnya pada dadanya yang bidang dan begitu menenangkan.
Sementara air matanya merebak tak bisa ditahannya. Ia benci pada dirinya sendiri karena akhirnya dia yang merasa kehilangan disaat dia sendiri yang menolak pemuda itu.
"Hyung, aku tidak pergi kemana-mana, aku hanya mau bekerja" ujar Namjoon sambil tersenyum.
"Untuk apa kau bekerja ?? Kenapa harus kau yang bekerja sendirian sementara aku...aku hanya diam menikmati semua fasilitas papa dan ditambah kasih sayang ibu dan adikmu, betapa tak adilnya dunia padamu. Club' itu bukan tempatmu Joon, kau terlalu muda terjun ke dunia itu"
"Aku tidak apa-apa Hyung, aku melakukan semua ini untuk orang-orang yang aku cintai"
"Kau belum 21 tahun tapi kau harus keluar dari rumah dan menjalani itu semua. Berada ditengah kejamnya dunia hiburan dan orang-orang....ayo pulang, tempatmu dirumah..."
"Hyung !! Hei... dengarkan aku, aku tidak apa-apa, kalau aku dirumah aku takut merusak kebahagiaan kalian. Jadi biarkan saja keadaan begini dulu, aku akan belajar dulu untuk menjadi bagian dari kalian. Dan sepertinya aku juga harus segera belajar menganggap bahwa kau kakakku..."
"Joon oh Tuhan jangan kembali ke tempat itu, tempat itu berbahaya buatmu, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana orang-orang tembak-tembakan ditempatmu bekerja..."
Namjoon merasakan betapa sesaknya nafasnya ketika seseorang meski bertubuh ramping namun tingginya hampir sama dengannya. Namun di lain sisi ia senang karena orang yang khawatir padanya semak ok n bertambah.
"Hyung, sudah cukup mama yang selalu khawatir padaku, kau jangan. Kau harus percaya padaku bahwa apa yang aku lakukan saat ini yang terbaik menurutku"
Pemuda itu sedikit menunduk dan membaui rambut Jin yang lembut menggelitik hidungnya.
"Semenit lagi kau tak lepaskan aku sepertinya aku akan mati kehabisan nafas" bisiknya lagi dengan nakal.
"Hyung !! Hyung !! Ada apa ?? Apa papa meninggal dunia lagi ??"
Satu sosok tubuh dengan seragam sekolahnya membuyarkan pelukan keduanya. Itu Jungkookie. Wajah Jungkookie terlihat pucat dan mulai menangis.
"Hei Jungkookie, tidak ada apa-apa...hei !! Tunggu !!"
Namjoon dan Jin yang melepaskan pelukannya dengan terpaksa dan keduanya langsung lari mengejar Jungkookie yang syok dan menangis.
"Kenapa....kenapa dia begitu ??Ada apa ??"
Dengan berlari Jin berusaha mencari tahu apa yang terjadi sehingga Jungkookie bersikap demikian.
"Papa...papa kami meninggal...saat dia sedang sekolah Hyung, mungkin...kita berpelukan dan kau menangis dipikir papa...maaf tuan Beom meninggal dunia juga"
"Ah sial !! Dia tahu kita berpelukan !!"
Keduanya berlari sekencang-kencangnya mengejar Jungkookie yang sudah memasuki rumah dengan cepat.
"Mama !! Mamaaaa !!"
Jungkookie langsung berteriak-teriak histeris memanggil ketika sampai dirumah. Sang mama turun dari lantai atas dengan tergesa, melihat Jungkookie kemudian disusul dua orang anaknya lagi.
"Sayang ada apa ?? Kenapa kalian lari-lari seperti itu ??"
"Apa...apa papa meninggal ??"
Miss Haarin tercengang dan tak mengerti apa yang diucapkan Jungkookie. Namjoon langsung lari ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brothers
FanfictionSeokjin : Mama kamu menikah dengan papaku karena harta. Namjoon : Mama ku menikah dengan papamu karena dia terjerat rayuan playboy tua seperti papamu. Jungkook : Asik aku punya dua Hyung sekarang. Seokjin+Namjoon : Diam kau !!