Author's POV
Sebulan berlalu dengan kesibukan peran masing-masing. Namun satu hal yang tak berubah, sikap Jin.
Semakin hari dia semakin menjauh, namun tuan Beom memutuskan mendiamkan saja dulu, dia paham bahwa putranya hanya butuh waktu untuk menerima.
"Jinnie jarang pulang" ujar Miss Haarin kepada tuan Beom.
"Dia di apartemennya, untuk sementara biarkan dulu, anak itu kalau ada sesuatu yang tak berkenan biasanya seperti itu. Tapi dia aman. Percayalah, dia sudah besar" jawab tuan Beom santai sambil meneguk teh hijau di cangkirnya.
"Aku khawatir, nanti setelah Joonie pulang dari wajib militer keadaan akan bertambah parah. Aku juga tak bisa membiarkan Joonie tinggal sendirian dirumah, dia bukan tipe anak yang bisa ditinggal sendirian, dia tak bisa lakukan apapun tanpaku" ujar Miss Haarin lagi dengan penuh kekhawatiran.
"Semua akan tinggal disini, tak ada yang tinggal masing-masing ketika Namjoonie sudah pulang. Aku akan memanggil Jinnie pulang dan tak boleh tinggal sendirian. Dia harus belajar menerima bahwa kini dia sudah punya saudara dirumah. Sebelum mereka semua menikah dan miliki keluarga masing-masing maka tak ada yang bisa pergi dari rumah ini" ujarnya tegas.
"Sayang, kau mulai terdengar seperti diktator pada anak-anak" Miss Haarin tertawa mendengar nada suara tuna Beom.
"Biar saja, kita akan hidup bersama sebagai keluarga. Jadi bantulah aku menjadi diktator di depan anak-anak" ujarnya lagi yang membuat Miss Haarin semakin tertawa.
"Tidak !! Jinnie akan semakin membenciku kalau begitu caranya, jadilah diktator sendiri" jawab Miss Haarin sambil tertawa bahagia. Pada akhirnya, dia temukan kebahagiaan karena sudah ditemukan pria tepat yang juga menyayangi anak-anaknya. Dan dia juga tampan.
Tiba-tiba seseorang masuk dan melihat kedua orang yang sedang tampak bahagia itu dia langsung naik ke lantai atas.
"Jinnie !! Kau pulang ?? Joonie dua hari lagi pulang, jangan kemana-mana kita akan rayakan kepulangannya" teriak tuan Beom pada pintu kamar yang segera tertutup rapat.
***
Dua hari kemudian...
Sore itu Jin bersiap hendak ke kampus karena ada kegiatan. Namun suara deru motor besar memasuki halaman mansionnya.
Dari lantai tiga kamarnya, dia melongokkan wajah karena tak terbiasa mendengar ada motor masuk ke dalam halaman rumahnya.
Diseberang garasi mobil dimana mobil papa dan dirinya yang berderet-deret, dia melihat motor besar berwarna hitam berhenti dan pengendaranya turun.
Sosok pemuda memakai seragam militer melepas helm nya, lalu turun dari motornya. Dan Jin sudah tahu itu siapa. Sosok yang tak habis dibicarakan oleh papa dan Jungkookie.
Sial, pengacau satu lagi sudah datang !!
Tiba-tiba dadanya berdegup dengan kencang, rasanya tak sanggup bertemu dengan saudara tirinya yang dirasanya kurang ajar itu.
Dia terlihat berjalan dengan gagah dengan seragam militer lengkapnya.
"Hyung !!"
Tiba-tiba sosok remaja lari ke halaman, berdiri tegak di depan sosok yang dipanggilnya Hyung. Memberi hormat yang kemudian dibalas sang Hyung, lalu remaja itu lari ke dalam pelukannya. Sesaat Jin terpaku melihat pemandangan hangat di depannya itu. Seumur hidup dia tak pernah dipeluk demikian oleh adik atau kakak dalam keluarganya. Karena ia tak punya.
Dengan dada berdebar dan tangan gemetar Jin mengambil tas dan jaketnya, memakai sepatu lalu berlari ke bawah untuk segera pergi dari rumah untuk menghindar. Dia berniat lewat pintu belakang agar tak berpapasan dengan siapapun. Namun rupanya sang papa bisa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brothers
FanfictionSeokjin : Mama kamu menikah dengan papaku karena harta. Namjoon : Mama ku menikah dengan papamu karena dia terjerat rayuan playboy tua seperti papamu. Jungkook : Asik aku punya dua Hyung sekarang. Seokjin+Namjoon : Diam kau !!