Untuk pertama kalinya dalam hidup Namjoon merasakan bahwa waktu seminggu itu serasa seabad. Hingga dia memutuskan terus pulang ke rumah tuan Beom agar tak merasa sendirian karena hal itu membuatnya selalu ingin mabuk dan rasanya tak karuan.
Di siang hari ia akan membongkar motornya lalu memasangnya kembali ketika hendak kembali ke tempat kerjanya. Ia akan ngebut di jalanan untuk membuang resah di hatinya.
Seperti siang ini suara motor yang dihidupkan setelah di bongkar memekakkan telinga.
Miss Haarin melongokkan wajahnya pada jendela dimana ia melihat kedua putranya belepotan oli setelah membongkar motornya. Mereka berdua menggunakan sudut garasi terbuka itu untuk bengkel.
"Mereka berdua itu, berisik sekali" ujar Miss Haarin sambil meletakkan secangkir teh panas di depan tuan Beom.
"Biarkan saja, anak laki-laki memang seperti itu seharusnya. Hanya Jinnie yang tak tahu menahu persoalan seperti itu. Nanti kita tanyakan pada Namjoonie mau dibikinkan bengkel disudut mana dirumah ini"
Miss Haarin tersenyum, langsung ingat pada Namjoon yang sejak kecil sudah menyukai dunia otomotif karena papa kandungnya. Dan perempuan itu langsung sedih mengingat hal itu.
"Tidak usah, dirumah kami sudah ada bengkel kecilnya, disini tidak usah"
Tuan Beom langsung teringat masa lalu istri barunya, dimana punya suami pemilik sebuah bengkel besar di Seoul namun pria itu kalah oleh penyakitnya. Menjual bengkel itu kepada sahabatnya untuk pengobatan namun akhirnya tetap meninggal. Pria itu adalah ayah dari Namjoon dan Jungkookie.
"Kalau Joonie sudah selesai kuliah nanti, aku punya rencana buat dia dan masa depannya" ujar tuan Beom lagi.
"Anak itu keras kepala, kalau misal dia menjawab diluar keinginan anda, tolong diterima"
Tuan Beom tertawa mendengar ucapan istrinya.
"Aku sudah terbiasa menghadapi Jinnie yang juga keras kepala, jadi jangan khawatirkan aku"
***
"Hyung !! yang ini juga harus dibersihkan"
Namjoon melihat pipi adiknya yang belepotan oli hingga nampak lucu. Namun dibiarkan saja, karena pemuda itu tahu bahwa adiknya sama dengan dirinya, suka hal-hal yang berbau bengkel.
"Ya terserahlah" jawabnya sambil mengoleskan oli lagi di ujung hidung Jungkookie dengan sayang. Baginya pemuda tanggung ini adalah separuh hidupnya. Dia sangat mencintainya sama seperti dia mencintai sang mama. Dan ia bersedia melakukan apapun untuk mereka berdua. Dan kehadirannya dirumah ini juga untuk memastikan bahwa mereka berdua baik-baik saja. Dan juga untuk....
"Kookie kau tahu Hyung akan kembali dari liburannya kapan ??" tanyanya pada sang adik.
"Jinnie Hyung ?? tidak tahu, tidak ada yang membicarakan hal ini. Kata papa, Jinnie Hyung merayakan thank...thank apa gitu...disana di Brazil, sampai kapan ga ada yang tahu. Kenapa Hyung ?? Kenapa Hyung tidak bertanya sendiri ??" tanya Kookie dengan polos.
"Hyung ?? Bertanya padanya ?? Mmmm....tidak, dia pasti akan bertanya balik kenapa bertanya demikian. Lalu aku harus jawab apa ??" tanya Namjoon sambil mencelupkan salah satu alat pada cairan seperti air.
"Jawab saja kalau Hyung kan adiknya jadi tak perlu alasan apapun untuk bertanya"
Namjoon tersenyum, andai saja Jungkookie tahu apa yang terjadi pada mereka berdua bahwa kata saudara atau adik itu sudah sangat jauh dari batasannya.
"Bagaimana sekolah kamu setelah tidak ada mama disana ??" setelah Miss Haarin tak lagi mengajar di sekolah itu maka otomatis Jungkookie harus berangkat sekolah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brothers
FanfictionSeokjin : Mama kamu menikah dengan papaku karena harta. Namjoon : Mama ku menikah dengan papamu karena dia terjerat rayuan playboy tua seperti papamu. Jungkook : Asik aku punya dua Hyung sekarang. Seokjin+Namjoon : Diam kau !!