Jungkookie setengah berlari membawa barang-barang bawaan untuk orang yang dipanggil papa sebagai Sersan Namjoon. Berulang-ulang panggilan itu disebutkan papa, dan aku yang belum wamil dengan umurku seolah merasa tersindir.
Dengan lambat-lambat aku berjalan dibelakang mereka sambil mengamati apa saja yang ada di kamp militer itu. Tentu saja tentara dimana-mana. Dan tak tahu pasti orang seperti apa yang akan dia dapati nantinya.
Rupanya hari ini hari berkunjung keluarga bagi para wamil sehingga banyak orang tua dan juga anak-anak yang datang ke tempat ini memenuhi kursi-kursi kayu ditengah ruangan yang seperti aula besar khas militer. Serta kursi-kursi yang ada di ruangan terbuka yang menghadap taman dan perbukitan yang menampakkan jalan raya yang telah kami lalui sesaat yang lalu.
"Kalian disini saja, papa mau serahkan berkas ini biar Joonie bisa cepat keluar" ujar papa menyuruhku duduk di ruangan terbuka yang menghadap taman yang begitu tertata rapi khas kamp atau asrama tentara.
Aku kembali duduk, ditengah tentara yang sedang bercengkrama dengan keluarganya. Masih muda-muda dan nampak sehat.
Tapi jangan tanya apa yang dilakukan Kookie, anak itu berlarian mengejar-ngejar anjing kecil yang hidup di kamp itu.
"Okay, sebentar lagi dia keluar, dia habis memimpin apel dan olahraga. Mana Jungkookie ??" tanya papa sambil duduk disampingku. Aku sangat malas dengan segala protokoler seperti ini. Berapa kali harus melapor, berapa kali harus tanda tangan.
"Itu" jawabku menunjuk pada anak yang berlarian diantara orang yang berlalu lalang. Tak peduli banyak tentara berseragam ditempat itu.
"Oh anak itu, padahal dia sudah sekolah menengah atas tapi tingkahnya...." itu bukan protes, aku melihat binar bahagia, bukan jengkel di mata papa. Saat itu juga kekhawatiranku semakin bertambah. Bahwa saingan-sainganku sudah benar-benar masuk dalam hidupku.
Aku kembali menghela nafas, merasa bukan lagi prioritas papa. Kenyataan itu sangat menyakitkan buatku. Selama tak punya mama tak apa buatku, masih ada papa. Tapi sekarang papa memiliki dua putra lagi yang sepertinya meski bukan darahnya tapi papa menyambut mereka dengan sangat baik.
Sial !! Sial !! Sial !!
"Kookie kemarilah Hyung akan segera datang, jangan kemana-mana" seru papa sambil melambai pada anak yang tampak semakin menyebalkan bagiku. Dia mendekat dengan pipi merah dan dahi berkeringat. Mengejar-ngejar anjing ?? Bodoh sekali dia.
Papa menyodorkan satu minuman dingin pada anak itu dan langsung dibuka dan ditenggaknya dengan cepat lalu tersenyum dan duduk dengan manis di depan kami.
Lalu tak ada yang berbicara. Kami duduk sambil diam, menunggu seseorang. Dan aku menunggu sosok yang memiliki wajah lucu seperti Jungkookie, tak seberapa tinggi dan memiliki tingkah yang ceria dan aneh.
Aku perhatikan beberapa tentara yang lewat dan tak ada satupun yang seperti dalam benakku. Termasuk tentara yang sedang menuju ke arah kami. Pemuda itu berjalan gagah, tinggi besar, memakai celana doreng tentara namun hanya memakai kaos olahraga, dilehernya bergelantung kalung perak yang berliontin kecil berbentuk persegi panjang yang seolah membingkai dadanya yang begitu lebar dan bidang.
Sementara tungkainya yang panjang dan besar dibalut celana doreng yang pas di pahanya. Sementara celana bawahnya menghilang ke dalam sepatu boots tactical khas tentara. Rambutnya yang pendek ditutupi topi tentara. Wow dia sangat mengesankan, tampak gagah...
"Hyung !!"
Semua kata dalam otakku menghilang ketika secara tiba-tiba Jungkookie seperti terbang menubruk sosok yang kupandangi dan aku kagumi sekian menit tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brothers
FanfictionSeokjin : Mama kamu menikah dengan papaku karena harta. Namjoon : Mama ku menikah dengan papamu karena dia terjerat rayuan playboy tua seperti papamu. Jungkook : Asik aku punya dua Hyung sekarang. Seokjin+Namjoon : Diam kau !!