Mimpikan aku

265 40 8
                                    

Namjoon's POV

Sial !! Apa yang kukatakan padanya ??

Bibirnya cantik ??

What ??!!!!

Okay, aku sekarang punya saudara tiri laki-laki dan aku sudah melontarkan kata-kata kurang ajar padanya di hari pertama kami bertemu. Dasar mulutku ini.

Tapi bibirnya memang....cantik. Tak pernah aku melihat bibir secantik dan se seksi itu dimiliki oleh laki-laki. Tapi dimilikinya. Saudara tiriku.

Hyungku ?? Yang benar saja, dia tampak hampir seumuran Jungkookie, hanya lebih tinggi sedikit. Itupun adikku masih akan tumbuh tapi dia tidak lagi.

Wajahnya tak kalah cantik dengan bibirnya, dia tampan dan sangat putih. Aku sampai bisa melihat rambut-rambut halus diatas tengkuknya yang kemerahan karena panas matahari.

Dari keseluruhan penampilannya dia sangat menampakkan dia putra siapa. Mulai dari jaket, celana, sepatu, wajahnya yang tampan, kulitnya, adalah definisi dari tebalnya kantong papanya. Yang sekarang juga papaku.

Terkecuali mulutnya yang tajam, tak ada satupun yang bisa di cela dari sosok yang sepertinya sudah menjadi idola baru seorang Jungkookie, adikku.

"Kau pernah dimarahinya atau dipukul olehnya selama dirumahnya ??" tanyaku pada Kookie ketika kami berkesempatan hanya berdua saat mengantarnya ke toilet.

"Siapa ??" tanya nya sambil menatapku dengan matanya yang bundar.

"Papa atau Hyung ??" tanyanya lagi.

"Seokjin" jawabku dengan cepat.

"Hyung ?? Tidak !! Dia tak pernah marah apalagi memukulku, hanya agak...tapi tidak apa-apa, kata papa Hyung hanya butuh waktu saja, kalau Kookie baik maka Hyung juga akan baik dan sayang padaku" jawab adikku dengan menerawan begitu polosnya.

"Mama ?? Bagaimana mereka perlakukan mama ?? Apa tuan Beom baik padanya ?? Dan bagaimana Jin perlakukan dia ??" tanyaku lagi dengan cepat saat Kookie membasuh tangannya di wastafel.

"Hyung tak usah khawatir, mama baik-baik saja. Kalau Hyung sudah pulang nanti akan lihat sendiri. Dan Jinnie Hyung, jangan bertengkar dengannya ya, kata papa lagi Hyung itu sebetulnya baik dan penyayang cuma sulit percaya pada orang. Jinnie Hyung tampan kan Hyung ??"  aku mau tak mau tersenyum mendengar bagaimana anak yang susah dekat orang tapi memuji-muji orang yang baru saja menjadi keluarganya.

Jungkookie tidak tahu bahwa ketika dirinya pergi dengan tuan Beom tadi, Hyung yang dikaguminya itu berdiri di depanku dengan sombong untuk tunjukkan bahwa ia lebih tua sambil beri peringatan padaku.

Hyung Jungkookie yang baru itu tidak tahu bahwa aku tak terintimidasi sama sekali. Bibirnya yang merah dan cantik serat pipinya yang merah dan lehernya yang jenjang dan kemerahan karena panas dibalik jaketnya mematahkan kata-katanya yang tajam.

Dan Jungkookie tak akan pernah tahu dan tak boleh tahu bahwa ketika hyungnya berdiri di depanku dengan pongah, aku justru ingin tertawa, ingin menarik kedua pipinya dan... entahlah.

Tapi meski mengaku lebih tua aku tak takut sama sekali padanya. Justru merasa tertantang. Dan kabar baiknya adalah....

Aku suka tantangan !!

***

Seokjin's POV

"Kalian banyak bicara ketika kami berdua tinggal kan ??" ujar papa sambil menoleh padaku yang duduk disampingnya. Sementara Kookie mojok dan tertidur di kursi belakang.

"Mmm...ya !!" jawabku terlalu cepat. Dan rupanya jawabanku yang terlalu cepat itu membuat papa kembali menoleh padaku.

"Kalian tidak bertengkar kan  ??" tanya papa lagi.

"Tidak, tentu saja tidak. Kami baru kenal, apa yang mau kami ributkan ??" tanyaku pelan.

Ya kami bertengkar !!

Anak kurang ajar itu, berani-beraninya dia kurang ajar dengan mengatakan papa playboy tua dan...dan... melecehkan aku.

Itu pelecehan kan mengatakan bibirku cantik ?? Hei aku ini pria, sama seperti dirinya. Jadi bagaiman mungkin dia mengatakan aku cantik ?

Namun entah mengapa sekujur tubuhku rasanya panas ketika mengingat tatapan, nada bicara dan gesture tubuh pemuda itu ketika sedang mengatakan hal-hal seksis dan kurang ajar kepadaku.

Sialan dia melecehkanku. Dan aku belum sempat membalas ketika papa dan Jungkookie datang.

"Papa, apa kita bisa menelpon Namjoon sewaktu-waktu ??" tanyaku sambil membayangkan memaki-maki pemuda kurang ajar itu lewat telpon.

"Bisa tapi pada jam tertentu atau kalau sedang libur. Kenapa ?? Ingin ngobrol dengan Joonie ??" tanya papa terlihat senang karena dia tidak tahu bahwa aku ingin menelpon karena ingin memaki-maki anak tirinya.

"Ti-tidak juga, hanya penasaran saja" jawabku sekenanya.

"Kalau dia sudah pulang, kau bisa belajar banyak padanya bagaimana suasana pelatihan dan apa yang harus kau lakukan dan persiapkan. Tunggu lulus lalu masuklah wamil" ujar papa.

"Tidak, aku mau lanjut master dulu di luar negeri. Setelahnya aku akan masuk wamil" jawabku sambil melihat jalanan yang sepi di depan kami.

"Okay, Jinnie atur sendiri saja" jawab papa.

***
Author's POV

Bergantian Miss Haarin dan tuan Beom berbicara dengan Namjoon yang masih berada di kamp pelatihan.

Karena sedang libur dan sudah malam maka keluarga boleh menghubungi.

"Tidak tuan Beom, berkas semua sudah selesai jadi tinggal pulang saja. Aku bersama temanku, jadi tak usah menjemput karena perjalanannya jauh sekali. Lagipula motorku ada dirumah teman. Saya akan pulang sendiri"

Mereka sedang membicarakan kepulangan Namjoon dari wajib militer yang bersikeras tak mau dijemput karena menurutnya akan merepotkan.

Tuan Beom memandang pada Miss Haarin yang hanya bisa mengangkat bahu, sebagai ibu dia paham bahwa Namjoon adalah anak yang keras kepala. Jika itu maunya maka lebih baik dituruti karena dibujuk bagaimanapun tak akan mempan.

"Ya baiklah, nanti kita bicarakan lagi. Oh ya, Jinnie kapan hari meminta nomer telponmu mungkin ada yang ingin disampaikan padamu" ujar Tuan Beom cukup mengejutkan Namjoon.

"Oh ya ?? beri saja nomernya saya yang akan meneleponnya"

***

"Ya Hallo, siapa ini ??"

Suara Jin serak karena dibangunkan dering telpon yang sangat mengganggunya. Dia sudah siap menyemprot nomor asing yang menelponnya.

"Wih galak sekali. Katanya ada orang yang minta nomerku, aku sudah berbaik hati menelpon lebih dulu"

Jin langsung bangun dari tidurnya ketika mendengar suara dalam yang baru ditemuinya sekali namun langsung dikenalinya saat ini.

"Hallo tuan Jin yang terhormat, atau haruskah aku juga memanggilmu Hyung seperti Jungkookie ??"

Jin hanya menghela nafas, tak tahu harus mengatakan apa. Dia tak siap menghadapi pemuda kurang ajar ini saat ini.

"Aku ngantuk jadi jangan bergurau denganku. Dan jangan kurang ajar, aku tak sesabar dan sebaik papaku. Dengar baik-baik, jangan perlakukan aku seperti perempuan, mengatakan aku cantik atau apalah itu adalah pelecehan. Dan jangan sok akrab karena kau tak akan pernah jadi siapapun dalam hidupku. Mengerti ??"

Lalu Jin langsung menutup telponnya.

Namun setelahnya ia tak bisa tidur lagi. Entah mengapa bayangan adik tiri, pemuda berseragam militer,  tinggi tegap itu memenuhi kepalanya. Namun ia berkesimpulan, mungkin ia terlalu membenci pemuda itu hingga selalu ingat padanya. Walaupun Jin sendiri tak paham apa yang membuat dirinya begitu benci di saat anak itu tak lakukan hal jahat padanya.

Ting !!

Satu pesan masuk.

"Selamat tidur...Hyung. Mimpikan aku ya"

Jin membanting ponselnya ketika membaca pesan yang bernada menggoda beserta emoticon ciuman yang semakin membuatnya emosi.

                                     *****

Step Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang