Jin merebahkan dirinya diatas ranjang kamarnya sendiri, tubuhnya rasanya remuk redam dan sakit semua.
Dan ia merasa sangat kelelahan secar lahir tapi tidak secara batin. Wajahnya yang tampan tersenyum membayangkan bahwa saat ini ada seseorang yang benar-benar disukai olehnya, meski ia tahu dirinya milik orang lain dan sepertinya dia juga milik orang lain.
Tapi saat ini itu tak mau dipikirkannya, ia memutuskan membiarkam mengalir seperti air dan menyerahkan kepada arah hidup kemana saja membawanya.
Dari kamar ini ia bisa mendengar suara seseorang itu menggema ketika ia bersenda gurau dengan sang adik.
Dua hari sejak di Sun Cruise, Namjoon tak berani mendekatinya setelah bertemu langsung dengan dokter Jin. Mereka berdua selalu berusaha meletakkan Jungkookie diantara keduanya selayaknya 'malaikat putih' yang menghindarkan mereka dari 'setan' di kepala Namjoon.
Dan akhirnya Jin benar-benar bisa bergaul dengan kakak beradik itu dalam suasana 'keluarga'. Setelah benar-benar bisa bergaul dengan dua bersaudara itu, Jin menyadari satu hal mengapa Jungkookie masih nampak kekanak-kanakan di usianya, itu karena Namjoon sangat perhatian dan sayang pada sang adik.
"Dia milikku satu-satunya selain mama Hyung" jawab Namjoon ketika ditanya bagaimana bisa ia begitu sangat perhatian pada adiknya.
"Oh ya lalu aku milik siapa ??" tanya Jin memancing.
"Mmmm...begini, mama dan Jungkookie itu ada disini di hatiku disebuah petak kamar yang aku dekorasi dengan warna hangat dan terang dan kau juga disini di hatiku disebuah kamar berwarna membara dan kadang gelap...."
Jin hanya mengedipkan bahu karena sebetulnya ia tak paham apa maksud perkataan sang adik tiri terkait dirinya dan posisi di hatinya. Membara dan gelap ??
Seperti pagi ini, setelah ia dibiarkan Namjoon tidur sendirian di kamarnya tanpa di ganggu sedikitpun. Ia bisa melihat bagaimana kedekatan kaka beradik itu. Mereka berdua terlihat memasak makanan sementara sang mama tak nampak sama sekali.
Jungkookie begitu dramatis ketika berada di hadapan hyungnya. Ia mengaduk-ngaduk masakan yang dibuatnya lalu di coba sendiri dan ia secara tiba-tiba seperti pingsan dan jatuh ke lantai yang rupanya merupakan ekspresi bahwa masakannya begitu enak. Dan Jin hanya bisa melongo melihatnya.
Sedangan sang kakak diberi tugas mencuci piring dan apa yang terjadi ?? Sendok, garpu dan mangkok berdentingan keras karena pemuda itu tak bisa meletakkan barang-barang itu dengan santai. Dan Jin memandang semua itu dengan ngeri karena jika satu jam saja pemuda itu di dapur maka bisa dipastikan mereka tak akan punya piring dan mangkok kaca lagi karena pecah semua.
Dari sana Jin menyadari mengapa pemuda itu tak bisa lembut dalam hal apapun, bahkan diatas ranjang sekalipun. Karena itu sudah habit baginya.
Namun saat Jungkookie menyadari apa yang terjadi maka ia berusaha menghentikan sang Hyung dan pemuda itu menoleh pada adiknya dan memandangmya dengan lembut sambil menaruh busa sabun pencuci piring di hidung Jungkookie.
"Haisshhh Hyung !!" lalu terjadilah perkelahian kecil di depan kompor.
Jin memandangi keduanya sambil memegang perutnya yang keroncongan dan tak tahu kapan makanan siap jika proses memasaknya begitu absurd seperti itu.
"Kapan aku bisa makan kalau kalian terus berkelahi seperti itu ??"
Seru Jin dengan tak sabar dan keduanya terkejut, langsung berhenti, saling melepaskan diri dan menyadari bahwa ada orang lain di dapur ini.
"Oh Hyung sudah bangun ?? Mau makan ?? Okay sebentar lagi siap. Aku punya...nasi goreng kimci dan daging...." ujar Namjoon sambil melongokkan wajahnya pada teflon besar berisi nasi goreng kimchi buatan Jungkookie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brothers
FanfictionSeokjin : Mama kamu menikah dengan papaku karena harta. Namjoon : Mama ku menikah dengan papamu karena dia terjerat rayuan playboy tua seperti papamu. Jungkook : Asik aku punya dua Hyung sekarang. Seokjin+Namjoon : Diam kau !!